Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Forum Negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum) membantu Indonesia dalam mengembangkan ARHEA, drone (pesawat nirawak) canggih yang berfungsi sebagai pemantau kondisi air laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat pemantauan dan pengukuran karakteristik perairan berbasis teknologi digital itu diciptakan oleh dosen Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran Noir Primadona Purba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak pertama kali diperkenalkan dalam pertemuan AIS Forum di Manado, Sulawesi Utara, 2018 silam, banyak negara peserta menyatakan miatnya untuk meminang ARHEA—yang adalah akronim dari Advanced Drifter GPS Oceanography Coverage Area.
"Ini membanggakan bagi kami karena alat ini hampir 80 persen bahan bakunya buatan dalam negeri dan ARHEA diproduksi di Indonesia, kecuali transmiter untuk pengiriman data ke satelit yang masih harus diimpor," kata Noir dalam keterangan tertulis dari Tim Komunikasi dan Media KTT AIS Forum 2023, Selasa, 10 Oktober 2023.
ARHEA berbentuk tabung aluminium berwarna kuning sepanjang satu meter berdiameter 144 milimeter dengan bobot sekitar 15 kilogram. Pada tabung dipasangi berbagai sensor, baterai, penyimpan data, global positioning system (GPS), serta sistem komunikasi lewat radio dan satelit.
Di perairan terbuka atau tertutup, tabung itu akan mengapung karena dipasangi pelampung. Artinya, alat ini mengikuti parsel air kemana pun arus mengalir. Sekilas, cara kerjanya mirip pesawat nirawak atau drone, tetapi bergerak di bawah air.
Alat ini juga dapat diaplikasikan untuk perairan tertutup seperti waduk dan danau, serta bisa dipakai untuk meneliti perairan sangat dangkal.