Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Meyrin - Ilmuwan besar dunia mengklaim alam semesta seharusnya tidak pernah ada. Menurut ahli, berdasarkan model standar fisika, alam semesta seharusnya hancur saat proses pembentukannya.
Baca: Ilmuwan Cina Menciptakan Babi Rendah Lemak
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini dikarenakan alam semesta lahir dari jumlah materi dan anti materi yang seimbang. Keduanya akan saling bertabrakan dan memusnahkan satu sama lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun hingga kini para peneliti masih mencari penyebab mengapa hal tersebut tidak terjadi. Mereka menghabiskan waktu bertahun–tahun untuk mengetahui perbedaan antara materi dan antimateri yang dapat menjelaskan mengapa keduanya tidak saling menghancurkan saat alam semesta terbentuk.
Dalam sebuah percobaan yang dilakukan oleh CERN, organisasi riset nuklir Eropa yang berada di Jenewa, hasilnya menunjukkan bahwa proton dan antiproton memiliki gaya magnetik yang sama namun memiliki tanda yang berlawanan.
Kemungkinan terbaru menyatakan bahwa kemungkinan dua hal ini memiliki dua gaya magnetik yang berbeda. Namun penelitian menunjukkan bahwa kedua benda ini sama persis. Hal ini tentu memperdalam misteri bagaimana alam semesta ini terbentuk.
Ledakan besar (big bang) diperkirakan memproduksi materi dan antimateri dengan jumlah yang sama dan hal tersebut seharusnya juga menghancurkan semua materi yang ada. Namun dengan melawan asas yang ada saat ini, alam semesta terbuat dari materi biasa dengan antimateri yang tak ditemukan di manapun.
“Semua pengamatan kami menemukan simetri lengkap antara materi dan antimateri, itulah sebabnya alam semesta seharusnya tidak benar-benar ada,” kata Dr Christian Smorra, penulis utama studi baru ini, kemarin.
“Asimetri pasti ada di sini, tapi kami sama sekali tidak mengerti di mana perbedaannya. Apa sumber pemecah simetri?“
Tim CERN mengambil pengukuran paling tepat dari 'momen magnetik' sebuah anti-proton, yaitu sebuah angka yang mengukur bagaimana partikel bereaksi terhadap gaya magnetis.
"Hasil ini merupakan puncak dari penelitian dan pengembangan selama bertahun-tahun, dan berhasil menyelesaikan salah satu pengukuran paling sulit yang pernah dilakukan dalam instrumen perangkap Penning," kata Stefan Ulmer, juru bicara kelompok penelitian.
Baca: Ilmuwan Temukan Asal Usul Emas di Alam Semesta
Ilmuwan lain kini melihat berbagai sifat untuk menjelaskan mengapa alam semesta masih ada. Hal ini termasuk kemungkinan anti-materi memiliki gravitasi terbalik, yang berarti akan jatuh ke atas.
DAILY MAIL l KISTIN SEPTIYANI