Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas kesehatan di Cina telah memastikan kalau sejauh ini hanya satu kasus penularan flu burung yang terjadi dan telah sembuh. Sejumlah ahli juga memastikan subtipe virus itu yang H10N3 tak tergolong ganas jika dibandingkan dengan subtipe H5 dan H7.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meski begitu penyebaran harus tetap diantisipasi, termasuk penyebaran ke Indonesia. Guru Besar Biologi Molekuler dari Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom, mengungkap ini saat dihubungi, Rabu malam, 2 Juni 2021. "Karena penyebaran itu tetap dimungkinkan," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Nidom menduga H10N3 menular melalui pernapasan, seperti flu pada umumnya. Melalui percikan air liur yang keluar dari orang yang terinfeksi. Misalnya saat batuk atau berbicara, percikan air liur bisa melalui udara dengan jarak hingga 30 cm dan akhirnya terhirup orang lain.
Hingga saat ini, informasi mendalam mengenai virus tersebut masih belum diketahui. Lagi-lagi Nidom menduga, para' ilmuwan di Cina sedang melakukan riset postulat kosch, yaitu dengan meneliti virus dari ayam yang diinfeksi kepada hewan mamalia.
“Nanti baru diperkirakan organ yang terinfeksi, gejala demam dari apa, apakah virus punya potensi mutasi yang mengkhawatirkan,” tutur Nidom yang sudah terlibat riset vaksin flu burung pada 2008.
Nidom menegaskan, virus H10N3 harus tetap menjadi perhatian para peneliti virus zoonotik influensa, bersama virus-virus yang lain, seperti H5N1, H9N2, H7N2, H1N1, dan H3N1. Tak terkecuali dari pemerintah dengan jaringan laboratorium yang dimilikinya. Dia menyarankan agar ada monitoring terhadap virus flu zoonosis strategis pada unggas dan hewan lainnya.
"Minimal identifikasi dan uji postulat koch bila dijumpai gejala yang mirip di Indonesia," katanya sambil menambahkan, Laboratorium Professor Nidom Foundation (PNF) juga akan melakukan surveilans sesuai kapasitas laboratorium pada unggas untuk mengantisipasi munculnya kasus infeksi di Indonesia.
Sementara untuk masyarakat, Nidom yang merupakan lulusan dokter hewan dari IPB University itu meminta agar tidak panik. “Protokol kesehatan yang telah dianjurkan untuk Covid-19 tetap bisa digunakan untuk antisipasi virus flu burung ini. Masker yang sesuai standar, harus disiplin dan terus digunakan,” kata Nidom.