Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Asal-usul Deteksi Kebohongan Sampai Berkembang Alat Lie Detector

Kebutuhan manusia untuk deteksi kebohongan sudah ada sejak hampir 2000 Sebelum Masehi.

7 September 2022 | 19.33 WIB

Deteksi kebohongan atau Poligraf. shutterstock.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Deteksi kebohongan atau Poligraf. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Laboratorium Forensik Polri mengumumkan hasil uji poligraf untuk deteksi kebohongan atau lie detector terhadap Richard Eliezer alias Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma’ruf, jujur atau No Deception Indicated.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tersangka lainnya dalam kasus kematian Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat, Putri Candrawathi hasil pemeriksaan lie detector sengaja tak diungkap atau hanya untuk penyidik karena alasan pro justitia. Adapun Ferdy Sambo akan diperiksa menggunakan lie detector pada Kamis, 8 September 2022.

Asal-usul deteksi kebohongan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Lie detector alat deteksi kebohongan menggunakan poligraf. Itu perangkat yang berfungsi mengumpulkan analisis respons fisiologis manusia melalui sensor yang terhubung ke individu yang diperiksa

Mengutip dari publikasi Historical Techniques of Lie Detection, lie detector ditemukan John Augustus Larson. Ia polisi juga mahasiswa Universitas California yang mendalami poligraf dalam investigasi kriminal. Seiring waktu, lie detector berkembang menjadi banyak versi yang makin canggih. Lie detector umumnya kerap digunakan untuk membantu penyelidikan aksi kriminal. Penggunaan lie detector telah digunakan polisi dalam upaya investigasi dan interogasi sejak 1924. 

Walaupun alat itu dianggap kebutuhan zaman modern untuk membuktikan kebohongan. Tapi, sebenarnya kebutuhan mendeteksi kebohongan sudah ada sejak hampir 2000 Sebelum Masehi.  

Salah satu cara deteksi kebohongan dikenal sebagai trial by combat. Kekuatan fisik digunakan untuk menyelesaikan masalah antara dua individu. Perkembangan selanjutnya dalam pencarian kebenaran dikenal dengan istilah trial by ordeal.

Meski pencarian kebenaran bersifat religius dalam niat, tapi sebenarnya didasarkan  sejumlah proses psikologis. Trial by ordeal metode lain yang digunakan pihak berwenang di Eropa untuk mendeteksi kebohongan. Itu digunakan untuk membuktikan kebenaran klaim orang yang dituduh dengan tindakan tertentu. Berdasarkan hasil yang menguntungkan atau tidak, klaim diterima sebagai benar atau salah.

Ada pula trial by the sacred ass, ini cara umum berbasis psikologis untuk mendeteksi kebohongan di India sekitar 500 Sebelum Masehi. Dalam tes ini seekor keledai ditempatkan di tengah tenda yang gelap gulita. Semua tertuduh disuruh masuk ke tenda menarik ekor keledai. Jika tetap diam, tertuduh itu jujur. Para tertuduh dituntun untuk percaya keledai itu bertuah mampu mendeteksi pembohong. 

Pada awal 1890-an Angelo Mosso, seorang ahli fisiologi Italia mempelajari efek rasa takut di sistem pembuluh darah, jantung, dan pernapasan. Ia mengembangkan perangkat bandul ilmiah dan mengajukan teori tekanan emosional darah mengalir ke kepala. Perubahan kecil berat badan akan membuat bandul terbalik menunjukkan kebohongan. Namun, metode itu tak pernah dipraktikkan, kemudian digunakan ilmuwan lain dalam pengembangan poligraf modern.

Perkembangan alat deteksi kebohongan

Merujuk Polygraph Solutions Namibia, tes deteksi kebohongan ilmiah pertama ditemukan oleh Cesare Lombrosso pada 1895. Dalam metode ini tangan dimasukkan ke dalam wadah berisi air. Volume air yang dipindahkan saat subjek ditanyai menunjukkan penyempitan pembuluh darah di ujung jari.

Pada 1914, ahli fisiologi Swiss Benussi melakukan banyak penelitian mendeteksi kebohongan menggunakan tingkat pernapasan. Pada 1917, ahli psikologi William Moulton Marston menerbitkan sebuah makalah tentang metode pengukuran tekanan darah yang terputus-putus.

Ahli kardiologi James Mackenzi mengembangkan instrumen poligraf terutama untuk dokter memantau perubahan fisiologis dalam tubuh. Leonarde Keeler dikenal sebagai penemu poligraf modern. Ia memperkenalkan komponen yang membentuk poligraf, seperti yang dikenal saat ini.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus