Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Cara Kerja Deteksi Kebohongan Menggunakan Poligraf

Lie detector atau alat deteksi kebohongan menggunakan mesin poligraf

6 September 2022 | 16.46 WIB

Deteksi kebohongan atau Poligraf. shutterstock.com
Perbesar
Deteksi kebohongan atau Poligraf. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lie detector alat deteksi kebohongan menggunakan mesin poligraf. Itu perangkat yang berfungsi mengumpulkan analisis respons fisiologis manusia melalui sensor yang terhubung ke individu yang diperiksa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poligraf digunakan untuk memeriksa kecenderungan seseorang berbohong atau jujur ketika menjawab pertanyaan. Poligraf akan mendeteksi perubahan fisiologis dalam tubuh.

Cara kerja poligraf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Mengutip American Psychological Association, poligraf bekerja mendeteksi reaksi perubahan seseorang saat diajukan berbagai pertanyaan. Biasanya menggunakan instrumen perekam fisiologis yang menilai tiga indikator gairah otonom, yaitu detak jantung atau tekanan darah, pernapasan, dan konduktivitas kulit. 

Sistem pencatatan komputer, laju dan kedalaman pernapasan diukur menggunakan pneumograf, alat yang dililitkan di bagian dada. Aktivitas sistem pembuluh darah dan jantung dinilai dengan manset tekanan darah. Konduktivitas kulit diukur melalui elektroda yang dipasang di ujung jari subjek.

Tes poligraf juga mencakup pemeriksaan tipikal, ketika subjek dijelaskan mengenai teknik tes dan tinjauannya. Dilakukan pula wawancara sebelum tes yang dirancang memastikan subjek memahami pertanyaan.

Apakah poligraf berfungsi akurat? 

Merujuk Psychology Today, American Polygraph Association memperkirakan keakuratan poligraf sebesar 87 persen. Artinya, dalam 87 dari 100 kasus, poligraf secara akurat menentukan seseorang berbohong atau jujur.

Pada 2003, National Academy of Sciences menyimpulkan poligraf tidak akurat daripada yang diklaim pemeriksa poligraf. Hal ini menjadi alasan poligraf tidak digunakan sebagai alat bukti dalam persidangan pidana, karena hasilnya tidak bisa dipercaya sepenuhnya.

Saat mendeteksi kebohongan, sensor lie detector atau deteksi kebohongan akan membaca reaksi tubuh seperti kondisi tekanan darah atau detak jantung, perubahan pernapasan, dan keringat di jari tangan. Reaksi psikologis yang terjadi ketika seseorang mengucapkan sesuatu, tanpa sadar akan mempengaruhi kerja organ tubuh. 

Melalui sensor yang dihubungkan di tubuh bisa diketahui adanya perubahan abnormal di ketiga fungsi tubuh itu. Hasil dari reaksi tubuh akan tercantum di kertas grafis. Pemeriksaan melalui lie detector biasanya berlangsung selama kurang lebih 90 menit.

Meski telah digunakan sejak lama, keakuratan lie detector masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Merujuk American Psychological Association, reaksi fisiologis yang terekam dalam poligraf bisa saja terjadi ada orang jujur yang gugup saat interogasi atau sebaliknya. 

Beberapa ahli juga menyebut lie detector lebih mirip pendeteksi rasa takut. Faktor ini juga yang membuat pelatih penguji poligraf Don Grubin menyebut lie detector  bisa dimanipulasi hasilnya. Perlu penelitian lebih lanjut tentang keampuhan poligraf dan metode lain dalam lie detector atau alat deteksi kebohongan yang lebih efektif dan akurat.  

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus