Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah

Ledakan pager secara bersamaan di Lebanon menewaskan setidaknya 12 orang dan melukai lebih dari 2.800 orang lainnya.

19 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Setidaknya 12 orang meninggal dan ribuan lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan pager bersamaan di Lebanon.

  • Hizbullah menuding mata-mata Israel, Mossad, memasang peledak di pager yang dipesannya.

  • Sumber di Washington membenarkan bahwa Israel berada di balik serangan mematikan di Lebanon itu.

PULUHAN orang di Desa Nadi Sheet di Lembah Bekaa, Lebanon, berkabung atas kematian Fatima Abdullah, 9 tahun, pada Rabu, 18 September 2024. Sang ibu, yang mengenakan pakaian hitam, terlihat menangis bersama wanita dan anak-anak lain saat berkumpul di sekitar peti jenazah gadis kecil itu sebelum dimakamkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fatima adalah satu dari setidaknya sembilan korban tewas akibat ledakan pager atau penyeranta secara serentak di sejumlah tempat di Lebanon, Selasa sore, 17 September 2024, waktu setempat. Hingga Rabu, jumlah korban luka-luka ditaksir setidaknya 2.800 orang. Sebagian besar mengalami luka-luka di bagian wajah, tangan, dan pinggang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ledakan serentak di berbagai tempat itu terjadi pada pukul 15.30, saat orang-orang sedang berbelanja kebutuhan sehari-hari, duduk di kafe, atau mengendarai mobil dan sepeda motor. Tiba-tiba pager yang berada di tangan atau saku mereka mulai memanas dan kemudian meledak, meninggalkan bercak darah serta membuat panik orang-orang yang lewat.

Ledakan banyak dilaporkan terjadi di pinggiran selatan Beirut, seperti Dahiyeh dan Lembah Bekaa timur, daerah yang dikenal sebagai benteng kelompok militan anti-Israel, Hizbullah. Sejumlah saksi mata Reuters dan penduduk Dahiyeh mengatakan mereka masih bisa mendengar ledakan sampai pukul 16.30.

Menurut sumber keamanan di Lebanon dan video rekaman yang ditinjau oleh Reuters, ledakan terjadi setelah pager itu berbunyi, yang menyebabkan para milisi Hizbullah memegang pager itu atau mendekatkan wajah mereka untuk memeriksa layar. Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad mengatakan banyak korban mengalami "cedera parah pada mata", sedangkan korban lainnya diamputasi anggota tubuhnya. 

Produk pager dipajang di ruang pertemuan gedung perusahaan Gold Apollo, New Taipei , Taiwan, 18 September 2024. REUTERS/Ann Wang

Video dari rumah sakit dan dibagikan di media sosial memperlihatkan orang-orang mengalami luka di wajah, jari hilang, serta luka menganga di pinggul—tempat pager biasanya diletakkan. Ledakan tidak menyebabkan kerusakan besar pada bangunan atau menimbulkan kebakaran.

Pejabat pemerintah Lebanon dan Hizbullah menuding Israel di balik serangan ini. "Setelah memeriksa semua fakta, data yang tersedia, dan informasi tentang serangan keji yang terjadi sore ini, kami menganggap musuh Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas agresi kriminal ini," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan.

Serangan ini, kata Hizbullah, tak akan menghentikan serangan mereka terhadap Israel yang dia gambarkan sebagai bagian dari front dukungan bagi sekutunya, Hamas, dan warga Palestina di Gaza yang diserang Israel sejak Oktober 2023. 

Sejak itulah Hizbullah menembakkan roket ke Israel, yang kemudian memicu serangan balasan. Keduanya saling serang hampir setiap hari, menewaskan ratusan orang di Lebanon dan puluhan orang di Israel serta menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.

Pemakaian Pager di Kalangan Hizbullah

Pemakaian pager di banyak belahan dunia merosot drastis sejak kehadiran telepon seluler. Perangkat elektronik satu arah ini masih dipakai oleh sejumlah orang di profesi tertentu, seperti dokter. Namun para pemimpin Hizbullah, salah satu faksi politik kuat di Lebanon, punya alasan keamanan untuk menggunakannya.

Menurut Reuters, semua bermula pada Februari 2024. Saat itu, Hizbullah sedang menyusun rencana untuk mengatasi kesenjangan dalam infrastruktur intelijennya setelah sekitar 170 anggotanya tewas dalam serangan Israel yang ditargetkan di Lebanon. 

Dalam pidato yang disiarkan di stasiun televisi pada 13 Februari, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dengan tegas memperingatkan para pendukungnya bahwa ponsel mereka lebih berbahaya daripada mata-mata Israel. Ia menyarankan mereka merusak, mengubur, atau mengunci perangkat elektronik itu dalam kotak besi.

Hizbullah lantas berpaling dari ponsel dan memilih pager. Mereka kemudian memutuskan menggunakan pager sebagai alat komunikasi berteknologi rendah dalam upaya untuk menghindari pelacakan oleh Israel.

Mereka lantas memesan pager buatan Gold Apollo yang berbasis di Taiwan, yang menurut beberapa sumber dibawa ke negara itu pada awal 2024 ini. Hizbullah mendistribusikan pager kepada anggota Hizbullah, dari pejuang hingga petugas medis yang bekerja di layanan bantuannya. 

Pager itulah yang kemudian meledak bersamaan dan melukai ribuan orang Lebanon. Dari lokasi, ditemukan bahwa pager tersebut menggunakan merek Gold Apollo dengan tipe AP924. Tak lama setelah terjadi ledakan, banyak mata tertuju pada perusahaan pemilik brand itu yang berkantor pusat di New Taipei City, ibu kota Taiwan.

Seorang anggota polisi tiba di kantor Gold Apollo, New Taipei, Taiwan, 18 September 2024. REUTERS/Ann Wang

Dalam penjelasan resminya, Gold Apollo menyatakan pager AP924 itu diproduksi oleh BAC Consulting KFT, perusahaan yang berkantor pusat di ibu kota Hungaria, Budapest. "Menurut perjanjian kerja sama, kami mengizinkan BAC menggunakan merek dagang kami untuk penjualan produk di wilayah yang ditentukan, tapi desain dan pembuatan produk sepenuhnya menjadi tanggung jawab BAC."

Pemimpin perusahaan Gold Apollo, Hsu Ching-kuang, mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa perusahaannya memiliki perjanjian lisensi dengan BAC selama tiga tahun terakhir. BAC Consulting Kft—perseroan terbatas yang terdaftar di Budapest pada Mei 2022.

Bagaimana Pager Meledak

Ada dua spekulasi yang berkembang soal bagaimana pager bisa diledakkan dari jarak jauh secara bersamaan dan melukai ribuan orang itu. Menurut Reuters, sumber-sumber diplomatik dan keamanan berspekulasi bahwa ledakan itu mungkin disebabkan oleh baterai di perangkat tersebut meledak, ada kemungkinan karena terlalu panas.

Namun sejumlah ahli ragu akan kemungkinan ini. Paul Christensen, pakar keamanan baterai ion litium di Universitas Newcastle, Inggris, mengatakan kerusakan yang ditimbulkannya tidak konsisten dengan kasus-kasus baterai rusak sebelumnya. "Intuisi saya mengatakan bahwa itu sangat tidak mungkin (karena baterai meledak)," katanya.

Ofodike Ezekoye, profesor teknik mesin University of Texas di Austin, Amerika Serikat, punya keraguan yang sama. Menurut dia, ledakan akibat baterai yang terlalu panas biasanya terjadi pada baterai yang terisi penuh. "Di bawah 50 persen (pengisian) itu akan menghasilkan gas dan uap, tapi tidak ada kebakaran atau ledakan," katanya.

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Kelompok Keahlian Elektronika, Adi Indrayanto, punya analisis serupa. "Kalau ada kecelakaan karena ada kerusakan di pager-nya, mungkin saja. Tapi kan enggak akan secara massal (seperti di Lebanon ini)," katanya. 

Kemungkinan kedua, yang paling banyak diyakini, adalah adanya peledak dalam pager tersebut. Sumber di lembaga keamanan senior Lebanon dan sumber lainnya mengatakan badan mata-mata Israel, Mossad, menanamkan sejumlah kecil bahan peledak dalam 5.000 pager, beberapa bulan sebelum peledakan. Perangkat itu telah dimodifikasi oleh badan mata-mata Israel "pada tingkat produksi".

"Mossad menyuntikkan bahan peledak ke dalam mainboard perangkat yang menerima kode. Sangat sulit mendeteksinya dengan cara apa pun, bahkan dengan perangkat atau pemindai apa pun," kata sumber itu kepada Reuters. Ia juga menyatakan sekitar 3.000 pager meledak ketika pesan berkode dikirim secara bersamaan yang mengaktifkan bahan peledaknya.

Sumber keamanan lainnya menambahkan bahwa hingga 3 gram bahan peledak disembunyikan di pager baru dan "tidak terdeteksi" oleh Hizbullah selama berbulan-bulan.

Adi Indrayanto juga yakin bahwa kemungkinan terbesar adalah skenario yang kedua ini. Ia menduga ada pencegatan di tengah jalan, dengan memasanginya peledak, sebelum pager itu sampai ke tangan Hizbullah sebagai pemesannya. "Pasti ada semacam rangkaian khusus yang menempel di pager. Jadi ketika pager-nya terima pesan, dia langsung terpicu."

Menurut Adi, pager disiapkan untuk meledak secara bersamaan. "Kalau pager ditambahkan alat peledak kecil saja, kan baterainya ikut meledak juga. Kalau cuma baterai (yang meledak) sih, enggak akan sampai sefatal itu," kata dia. "Sebenarnya yang bikin fatal adalah adanya bom (di dalamnya)."

Militer Israel menolak berkomentar soal serangan ini. Namun seorang pejabat Amerika Serikat di Washington mengatakan kepada media NPR bahwa Israel memberi tahu negara pendukungnya ini bahwa mereka bertanggung jawab atas peledakan pager itu. Israel memberikan informasi tersebut setelah serangan berakhir. 

Koordinator khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, menyesalkan serangan pager itu dalam sebuah pernyataan. Dalam berita yang dilansir media CBC, ia menyebutkan peristiwa pada Selasa waktu setempat itu "menandai eskalasi yang sangat memprihatinkan" dalam konflik tersebut.

Pemerintah Amerika Serikat menyatakan tidak terlibat dalam ledakan itu dan tak tahu siapa yang bertanggung jawab. Amerika kembali menyerukan solusi diplomatik untuk ketegangan antara Israel dan Lebanon serta mendesak Iran agar tidak memanfaatkan insiden apa pun untuk meningkatkan ketidakstabilan.

Tanpa berkomentar langsung mengenai ledakan di Lebanon, seorang juru bicara militer Israel mengatakan Kepala Staf Militer Israel Mayor Jenderal Herzi Halevi bertemu dengan para perwira senior pada Selasa malam untuk menilai situasi. Tidak ada perubahan kebijakan yang diumumkan, tapi "kewaspadaan harus terus dipertahankan".

Hizbullah menyatakan menghindari konflik habis-habisan dengan Israel dan menyebutkan berakhirnya perang Gaza yang akan menghentikan bentrokan lintas perbatasannya dengan negara tetangganya itu. Hanya, upaya gencatan senjata di Gaza masih menemui jalan buntu setelah berbulan-bulan perundingan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Anwar Siswadi dari Bandung berkontribusi dalam laporan ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus