Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Nata Semangka Obat Diabetes

Tiga siswa madrasah aliyah di Probolinggo, Jawa Timur, mengolah limbah semangka dan mengubahnya menjadi Nata De Citrulus. Bisa dipakai untuk mengobati diabetes.

 

23 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tiga siswa madrasah membuat obat diabetes dari limbah semangka.

  • Awalnya mereka hanya ingin mengurangi limbah kulit semangka.

  • Bagaimana cara mengolahnya?

LIMBAH kulit semangka yang mudah ditemui menginspirasi tiga siswa Madrasah Aliyah Model Zainul Hasan Genggong di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, membuat inovasi. Mereka mengolah limbah semangka itu menjadi Nata De Citrullus yang bisa dipakai untuk mengobati diabetes. “Niatnya untuk mengurangi limbah semangka,” kata Fiorenza An Nafisah, salah satu siswa yang membuat inovasi ini, Kamis, 21 Oktober lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Fiorenza, awalnya, ia dan dua temannya, Jinani Firdausiah dan Wilni Wahda Ulwiyati, coba-coba meneliti limbah semangka ini sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Ketiganya punya latar belakang jurusan yang berbeda. Fiorenza dan dan Wilni adalah siswa sekolah menengah atas kelas XII jurusan bahasa, sedangkan Jinani dari jurusan ilmu pengetahuan alam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Limbah semangka ini, ucap Fiorenza, jumlahnya banyak, apalagi saat musim panen. Dari jurnal dan referensi yang mereka baca, mereka mengetahui bahwa kandungan kulit semangka bisa menstabilkan tekanan darah. Sedangkan daun stevia digunakan untuk pembuatan cairan natapanganan berbentuk jeli hasil fermentasi. Daun itu berfungsi sebagai pemanis yang punya karakter rendah lemak.

Penelitiannya dimulai pada Januari lalu dan kelar pada Juli lalu. Meski sudah ada pengetahuan dari jurnal soal manfaat kulit semangka, mereka juga melakukan uji nutrisi di laboratorium sekolah. Hasilnya memperkuat temuan di jurnal dan referensi yang mereka baca. Setelah itu, mereka mulai membuat nata untuk kebutuhan uji coba terhadap 20 warga sekitar pesantren yang diketahui punya riwayat diabetes. “Hasilnya terlihat ada penurunan (kadar gula darah) dari sebelum mengonsumsi nata ini,” tutur Fiorenza.

Bahan dasar nata ini adalah bagian putih kulit semangka di bawah kulitnya yang hijau. Bahan lain adalah daun stevia untuk cairan pemanis dan Acetobacter xylinum sebagai bibit nata untuk kebutuhan fermentasi. Prosesnya dimulai dengan memblender bagian putih kulit semangka, lalu disaring. Hasil saringannya dimasak hingga mendidih.

Sari buah kulit semangka itu lantas dicampur dengan gula pasir dan sejumlah campuran lain dengan takaran tertentu. Bahan campuran ini, termasuk Acetobacter xylinum, lantas dididihkan lagi sebelum dituang ke dalam nampan. Setelah itu, hasilnya didiamkan selama satu minggu untuk membentuk nata. Menurut Fiorenza, uji coba pembuatan nata ini dilakukan sebanyak tiga kali sehingga menghasilkan nata yang diharapkan.

Untuk inovasi ini, Fiorenza menjelaskan, tidak banyak biaya yang dikeluarkan. Alat-alatnya adalah fasilitas di sekolah. Bahan-bahannya tersedia di lingkungan sekitar. Yang memerlukan biaya adalah pembelian daun stevia karena itu tak tersedia di Probolinggo. “Barangnya berupa bubuk dan kami beli secara online,” ucap Fiorenza.

Hasil inovasi inilah yang dikirim ke kompetisi Japan Design, Idea, and Invention Expo 2021 yang diselenggarakan oleh World Invention Intellectual Property Associations. Presentasi inovasinya di depan juri dilakukan pada 14 Agustus lalu dan hasilnya sudah diketahui pada 20 Agustus lalu. Pihak sekolah menyampaikan ke publik pada 25 September lalu bahwa inovasi Nata De Citrullus ini mendapatkan medali emas dalam kompetisi tersebut.

Fiorenza berharap inovasi ini bisa diproduksi massal dan dinikmati masyarakat. “Kami ingin hasil inovasi ini dikembangkan lagi, supaya bisa diedarkan ke supermarket dan swalayan setelah dapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan,” ucap siswa kelahiran Jember, Jawa Timur, ini. Harapan ini disambut baik sekolah. “Saat ini sedang pengurusan izin produk dan beberapa pihak sudah kontak saya untuk segera memasarkan,” kata juru bicara MA Model Zainul Hasan, Fathur Roziqin, Kamis, 21 Oktober lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus