Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Universitas Airlangga (Unair) mengukir prestasi membanggakan di kompetisi tingkat Internasional. Dalam kompetisi International Invention and Innovation Competition (I3C) 2025, tim Unair berhasil menyabet medali emas pada Minggu, 10 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim ini beranggotakan Ibrahim Al Khawwas, Nasywa Dhiyaul Haq, Diva Firnanda Azzahra (Fakultas Vokasi); Imamul Aziz (Fakultas Farmasi); dan Farhan Aldan Khairian (Fakultas Sains dan Teknologi). Kelimanya sukses bersaing dengan 1.500 tim dari berbagai negara secara online dalam kompetisi bertema "Empowering Minds, Transforming Futures" yang digelar oleh Malaysia Innovation Invention Creativity Association (MIICA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada kompetisi ini mereka menggagas Smart Timer Reaction (STIREACT) untuk mengukur kelelahan kerja yang terstandarisasi secara global. Inovasi STIREACT berlatar belakang dari masalah kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat terjadi di berbagai sektor pekerjaan yang menyebabkan penurunan produktivitas dan bahkan berpotensi terjadi kecelakaan kerja.
Sementara itu, saat ini masih terdapat alat pengukur kelelahan kerja yang belum terintegrasi Internet of Things (IoT). “Dua hal tersebut yang melandasi kami untuk mengangkat inovasi alat pengukur kelelahan kerja terintegrasi IoT,” tutur Ibrahim melalui keterangan tertulis, Kamis, 13 Maret 2025.
Ibrahim mengatakan bahwa data mereka dikumpulkan menggunakan perangkat STIREACT berbasis IoT didukung dengan wawancara dan survei. Kemudian, data tersebut dianalisis dengan alat ukur kelelahan kerja standar internasional. Hasilnya menunjukkan bahwa perangkat STIREACT memiliki akurasi tinggi dalam mengukur tingkat kelelahan kerja.
Strategi Lomba Internasional
Ibrahim menjelaskan bahwa dalam mengikuti lomba internasional harus memastikan keunikan dan inovasi menggunakan studi literatur dan paten internasional. “Hal ini untuk memastikan bahwa STIREACT belum pernah dibuat dan punya keunggulan dari teknologi yang sudah ada,” ucapnya.
Selanjutnya, penguatan tim dan kolaborasi juga penting dalam memaksimalkan pembagian tugas yang melibatkan supervisor. Selain itu, manajemen waktu dan latihan intensif untuk menyusun timeline lomba yang baik untuk memastikan semua aspek lomba dipersiapkan dengan matang.
Hadapi Tantangan
Perjalanan menyabet juara internasional tidak mudah. Salah satu tantangan yang mereka hadapi adalah menyesuaikan desain dan teknologi IoT agar berfungsi dengan akurat dan optimal. Hasilnya pun harus tervalidasi dengan alat ukur kelelahan berstandar internasional.
Ibrahim mengatakan tantangan lain yang mereka hadapi adalah mengelola waktu antara persiapan lomba, akademik, dan organisasi karena timnya terdiri dari gabungan tiga fakultas. “Faktor pendanaan juga penting, sehingga perlu adanya dukungan dana untuk pengembangan perangkat dan penelitian,” katanya.
Dia mengatakan bahwa menjadi juara internasional adalah pengalaman luar biasa. Konsistensi, inovasi, dan kerja keras adalah kunci kemenangan. “Kami berharap inovasi riset ini dapat bermanfaat bagi sesama sesuai prinsip kami tetap rendah hati di posisi titik mana pun berada,” katanya.
Pilihan Editor: Cara Jasa Marga Optimalkan Pelayanan Mudik dengan Teknologi