Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan populer Amerika Serikat, Bill Nye, ikut mengingatkan masyarakat akan potensi ancaman tumbukan dari asteroid seperti bencana yang dipercaya membuat kiamat kehidupan dinosaurs 66 juta tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Bumi akan dihantam asteroid lainnya," kata Nye pada Konferensi Pertahanan Planet yang digelar International Academy of Astronautics ' di College Park, Maryland, AS, 2 Mei 2019.
Masalahnya adalah, kita tidak tahu kapan, "tambahnya." Ini adalah probabilitas yang sangat rendah dalam hidup siapa pun, tetapi itu adalah peristiwa yang sangat konsekuensi tinggi. Jika itu terjadi, itu akan seperti control-alt-delete untuk semuanya. "
Nye, yang mempunyai nama asli William Sanford Nye, menambahkan, umat manusia tidak boleh tinggal diam menunggu sampai bencana itu terjadi. "Berbeda dengan dinosaurus, kita tidak hanya harus duduk dan menunggu ajal menghantam kita. Kita dapat melakukan sesuatu tentang ancaman asteroid - dan kita harus mulai mempersiapkannya sekarang," kata Nye, seperti dikutip laman Livescience, Minggu, 5 Mei 2019.
Langkah pertama adalah menemukan batuan luar angkasa yang berpotensi meluncur ke arah Bumi. Menurut dia, ada berita menggembirakan yaitu NASA telah menemukan sejumlah asteroid dekat Bumi dengan ukuran lebar sekitar 1 kilometer dan tak satu pun dari batu-batu angkasa seukuran gunung ini berpotensi menjadi ancaman bagi masa mendatang.
Nye menambahkan, masalahnya ada banyak asteroid yang belum ditemukan dan tetap menjadi potensi ancaman bagi Bumi. "Kita harus mendapatkan beberapa alat deteksi online yang lebih baik," kata Nye.
Beberapa inovasi memberi harapan besar untuk bisa mendeteksi ancaman dari asteroid ini. Misalnya, Teleskop Survei Sinoptik Besar, sebuah instrumen yang akan mulai mengamati langit tahun depan dari Chile, kemungkinan akan dapat menemukan dan membuat katalog 80% hingga 90% asteroid yang berpotensi berbahaya, dengan lebar setidaknya 140 meter, kata anggota tim proyek.
NASA juga sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan pemburu asteroid khusus yang disebut Kamera Objek Dekat Bumi. Misi yang diusulkan ini akan memindai batu ruang angkasa dalam cahaya inframerah, menemukan tanda panas mereka dalam kegelapan.
Koordinasi adalah langkah selanjutnya setelah deteksi, kata Nye. Asteroid besar yang melaju ke arah Bumi akan menjadi masalah global, sehingga komunitas internasional harus bekerja sama untuk menghadapinya.
Ia mengatakan, jika masih banyak waktu misalnya bertahun-tahun atau berpuluh tahun sebelum asteroid menabrak bumi, kita bisa menerbangkan pesawat dan menyenggol batu angkasa itu agar keluar dari jalur gravitasi ke Bumi.
Pesawat "traktor gravitasi" ini idealnya akan meningkatkan tarikannya dengan memetik batu besar dari asteroid, kata Kepala Ilmuwan NASA Jim Green, yang berpartisipasi dalam konferensi tersebut.
Jika tidak banyak waktu, cara yang bisa ditempuh adalah menabrakkan pesawat luar angkasa ke asteroid tersebut atau meledakkan senjata nuklir di dekat batu tersebut.
Ledakan atau tabrakan bisa memecah massa asteroid sehingga mengubah lintasannya. Strategi lain, disebut Nye, sebagai Laser Lebah, yakni pengiriman sejumlah pesawat ruang angkasa kecil ke asteroid yang berpotensi berbahaya. Sinar laser kemudian ditembakkan ke arah steroid, sehingga terjadi ledakan. Ledakan ini diharapkan bisa mengubah arah asteroid itu.
Dalam presentasinya, Green menyoroti banyak hal yang dapat dipelajari dari asteroid. Benda luar angkasa ini adalah batuan kaya karbon yang bisa jadi membantu kehidupan dimulai di Bumi. Memanfaatkan sumber daya asteroid dapat membuat pesawat ruang angkasa dan astronot lebih mandiri, katanya.
Tetapi Green setuju dengan Nye bahwa ancaman asteroid itu nyata: "Ada dampak bencana di masa depan jika kita tidak melakukan sesuatu terhadapnya. "Ini bukan masalah jika, hanya masalah kapan," kata Green.
LIVESCIENCE | SPACE | NASA