HISTERIA ringan yang meliputi sebagian besar dunia selama hampir satu bulan pekan lalu berakhir, setidaknya sementara. Sumber kecemasan -- berupa kepingan bekas satelit Soviet Cosmos 1402 -- dini hari Senin itu memasuki atmosfir bumi dan habis terbakar. Berlangsung di Samudra Hindia, pada 25 LS dan 94 BT, sekitar 1900 km sebelah tenggara Pulau Diego Garcia, kejadian iu sempat disaksikan sejumlah awak Shorun Maru. Kapal Jepang itu sedang berlayar antara Australia dan Tanjung Harapan. Mereka melihat puluhan lintasan berapi muncul dari balik cakrawala utara, yang membusur dan kemudian lenyap setelah satu menit. Beberapa anggota armada Armada VI yang berlabuh di Diego Garcia juga menyaksikannya. Dapat dipastikan lintasan berapi itu berasal dari kepingan rakitan utama Cosmos 1402 ketika habis terbakar di atmosfir bumi. Pengamatan itu segera mendapat pengukuhan dari Norad (North American Aerospace Defense Command), badan pengamat AS yang mengikuti ulah satelit Soviet itu sejak semula. Segera banyak pihak di seluruh pelosok dunia merasa lega. Kemudian kantor berita Soviet Tass menyiarkan rakitan utama Cosmos 1402 memasuki atmosfir bumi pukul 01.10 waktu Moskow (05.10 WIB) dan "berhenti berwujud". Bagian lain satelit yang terpecah 3 bagian itu, menurut Tass, bakal menyusul antara 7 dan 13 Februari. Juga komponen ini akan "terbakar-habis". Adalah komponen ini yang mengandung sekitar 49 kg bahan bakar nuklir, paling dikhawatirkan. Banyak negara telah mengadakan tindakan kesiagaan. Tapi Uni Soviet sendiri menilai semua kesibukan itu sebagai ulah kaum kapitalis. Di Brussel, misalnya, pejabat senior dari 7 kementerian berlindung dalam sebuah benteng tua yang tahan radiasi nuklir. Mereka bertugas mengkoordinasikan segala kegiatan penyelamatan jika sempat kepingan Cosmos 1402 itu jatuh di wilayah Belgia. Juga Swedia, Jerman Barat, Prancis dan Swiss menyiapkan tim penanggulangan bahaya masing-masing. Pemerintah Kepulauan Marianas di Lautan Teduh bahkan pernah menganjurkan agar hari Minggu (23 Januari) penduduknya jangan keluar rumah. Seorang anggota parlemen mngkhawatirkan anjuran ini bakal merangsang suatu ledakan kelahiran bayi di kepulauan yang cuma dihuni 3.000 orang itu. Sri Lanka sudah lebih dulu gempar, ketika (22 Januari) sebuah benda asing sebesar bola tenis menerpa bumi di sebuah perkebunan kelapa. "Ditemukan radiasi ringan yang melebihi tingkat alamiah," ujar Dr. Granville Dharma wardane, Ketua Badan Tenaga Atom Sri Lanka. Tapi Dharmawardane yakin benda itu bukan berasal dari Cosmos 1402. Lapan (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional) di Jakarta membentuk Kelompok Kerja NPS (Nuclear Power Satellite) untuk menangani kemungkinan kepingan Cosmos itu sempat jatuh di wilayah Indonesia. Namun Ketua Lapan, Dr. Soenaryo, menyatakan "tidak perlu masyarakat panik atau berlindung." Indonesia sudah pernah kejatuhan runtuhan benda angkasa buatan. Tahun lalu selongsong roket, yang diduga untuk menembakkan sebuah satelit ke orbitnya, jatuh di kebun seorang petani di Goronulo. Untung tidak ada korban. Tepat 5 tahun lalu, yaitu 24 Januari 1978, reruntuhan bekas satelit Soviet Cosmos 954 menimpa wilayah utara Kanada, menyebarkan kepingan radioaktif sampai ratusan kilometer. Juni 1979, reruntuhan Skylab, laboratorium ruang angkasa milik AS, hancur dan mencebur di Samudra Hindia, sebelah barat-daya Australia. Beberapa kepingan sempat jatuh di daratan Australia. Syahdan Tass mengumumkan perkiraan Uni Soviet, bahwa reruntuhan Cosmos 1402 bakal jatuh di Laut Arab, bagian utara Samudra Hindia. Keruan saja berbagai negara sekitar itu menjadi sibuk. Kenapa hampir seluruh dunia merasa terancam? Pertama, karena lintasan satelit itu sendiri, yang membentuk sudut lebih dari 60 dengan khatulistiwa, sehingga, ditambah dengan perputaran bumi, seluruh muka bumi dari kutub utara sampai kutub selatan diliputinya. Ketika masih dalam orbitnya yang normal, sekitar 300 km di atas muka bumi, Cosmos 1402 itu beredar setiap 89,4 meter. Ini berarti dalam 24 jam mengitari bumi 16 kali, setiap kali melintasi khatulistiwa pada titik yang berpindah sekitar 2.500 km ke arah barat. Kedua, karena memang sulit sekali menentukan bila benda yang tidak terkendalikan seperti itu akan memasuki atmosfir bumi. Terlalu banyak varian yang harus diperhitungkan. Masa, bentuk aerodinamis, arah dan gerakan benda itu sendiri, kemudian tingginya lapisan atmosfir yang berbeda karena pengaruh sinar matahari, dan banyak hal lagi. Kesulitan ini sudah terbukti dengan peristiwa Skylab. Sampai saat terakhir belum bisa ditentukan lokasi jatuhnya Tahun 1979 itu juga (April) NASA, yang bekerja sama dengan Norad, meramalkan jatuhnya bekas selongsong roket yang dipakai meluncurkan satelit Soviet Cosmos 461. Yaitu di dekat Pulau Pitcairn, Lauun Teduh. Ternyata ia jatuh di sebelah timur laut Kepulauan Hawaii, hampir 6.000 km dari Pulau Pitcairn. Kejatuhan Cosmos 954 jatuh di wilayah Kanada praktis baru diketahui setelah terjadi. Dr. Richard Wagner, penasihat masalah nuklir Menteri Pertahanan AS, Casper Weinberger, pernah ambil bagian dalam pencariannya di Kanada. Sekalipun bahan bakar nuklir itu utuh sampai ke bumi, menurut Wagner, baru akan bahaya jika orang mendekatinya dalam jarak 150 m. Cosmos 1402 diluncurkan 30 Agustus lalu. Ia merupakan rangkaian seri satelit Cosmos yang mulai diluncurkan Soviet sejak tahun 1962. Proyek Cosmos itu, menurut Uni Soviet sendiri, dipakai dalam penelitian keadaan atmosfir, lautan, alam Antartika, komunikasi radio astrofisika dan biologi angkasa. Tapi Amerika menganggapnya satelit mata-mata dengan tujuan mengamati gerak-gerik armada AS. Setiap tahun Uni Soviet meluncurkan dua atau lebih satelit seri Cosmos itu. Peralatan elektronik yang amat banyak dan piawai itu tidak dijalankan oleh tenaga surya, seperti halnya satdit AS, tapi menggunakan reaktor kecil dengan bahan bakar uranium 235, sebagai pembangkit listrik. Heboh sekitar jatuhnya Cosmos 954 di Kanada mengurungkan peluncuran satelit seri itu beberapa waktu, tapi dimulai lagi tahun 1980. Semula nasib satelit Soviet itu terungkap oleh seorang guru sekolah di Inggris, Geoffrey Perry. Ia punya hobi mengamati ribuan satelit dan benda angkasa buatan lainnya dengan peralatan radio elektronika dan radar yang ia miliki Awal Desember lalu, Perry mendeteksi kelainan pada isyarat Cosmos 1402 itu. Menurut perhitungan Perry, satelit itu dalam beberapa minggu akan memasuki atmosfir bumi dan hancur atau membenturnya. Orang tak banyak menaruh perhatian pada ramalan Perry itu, apalagi Uni Soviet, yang berdiam diri dalam seribu bahasa. Tapi seminggu kemudian pengamatan Perry mendapatkan konfirmasi Norad. Badan pengamat AS ini bertugas utama mendeteksi sedini mungkin rudal musuh yang diarahkan ke benua Amerika, sambil mengawasi juga lintasan ribuan benda angkasa buatan, yang rongsokan maupun yang masih berfungsi. Barulah 28 Desember lalu Uni Soviet mengakui bahwa Cosmos 1402 itu memang mengalami kesulitan. Terdapat gangguan pada roket pembantu satelit itu, sehingga tak bisa lagi ditembakkan ke orbit yang lebih tinggi. Hari itu juga Uni Soviet meledakkan satelit itu menjadi tiga bagian. Rupanya dengan cadangan roket pada komponen yang mengandung bahan bakar nuklir, ini bisa ditembakkan ke orbit yang lebih tinggi, sehingga turunnya tertunda. Jika saja orbit sebuah satelit itu cukup tinggi (beberapa ratus km), usianya tak terbatas. Tapi untuk keperluan pengamatan yang lebih cermat, konon Uni Soviet sering menurunkan orbit satelit pengamat mereka, terkadang serendah 160 km. Pada ketinggian ini lapisan atmosfir bumi sudah mulai berpengaruh. Jika satelit itu cepat ditembakkan kembali ke orbit yang lebih tinggi, tak ada masalah. Tapi ini hanya bisa dilakukan beberapa kali saja tentunya, karena bahan bakar roket juga terbatas. Juga kerusakan pada radiokomunikasi bisa menyebabkan roket tak berfungsi. Mungkin salah satu sebab ini yang memaksakan Uni Soviet mengorbankan Cosmos 1402 itu Desember lalu. UNI Soviet menganggap penggunaan reaktor nuklir pada satelit mereka tidak melanggar perjanjian apa pun juga. Sementara AS memang tidak mempersoalkan masalah itu. Soalnya AS juga berkepentingan rupanya. Reaktor nuklir seperti itu juga dipergunakan pada kendaraan ruang angkasa AS, meski bukan untuk satelit yang mengorbit bumi. Tapi pesawat seperti Jupiter dan Voyager, misalnya, semua menggunakan sumber daya nuklir itu. Bahkan juga di permukaan bulan AS menggunakan sumber daya nuklir itu. Perjanjian internasional yang ada hanva mengharuskan negara pemilik benda ruang angkasa, yang jatuh di wilayah pihak lain, menggantikan kerugian bila ada korban manusia atau benda. Kanada menagih ongkos pembersihan sebesar US$ 6 juta untuk membersihkan reruntuhan Cosmos 954. Uni Soviet hanya bersedia membayar separuhnya. Alasannya kewajiban ini tidak ada, dan Uni Soviet sanggup membersihkannya dengan biaya lebih murah, jika diizinkan Kanada. Tentu saja Kanada tak bersedia. Saat ini sekitar 4.500 sampai 5.000 benda buatan mengitari bumi pada berbagai ketinggian. Dua pertiga di antaranya merupakan rongsokan tak terpakai lagi. Sisanya berupa satelit untuk berbagai keperluan ratusan negara seputar dunia. Keperluan telekomunikasi, siaran tv, ramalan cuaca, pengamatan geologis dan lahan pertanian, penelitian ilmiah lainnya serta penggunaan untuk keperluan militer dan navigasi. Dan Cosmos 1437, yang ke-9 dalam rangkaian itu, diluncurkan lagi pekan lalu. "Berhasil," kata Tass.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini