Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAPAL ini sanggup melaju sampai 16 kilometer per jam atau sepertiga kecepatan Kapal Perang RI Imam Bonjol, yang menangkap perahu nelayan Cina di Kepulauan Natuna beberapa waktu lalu. Jayasatria Garuda atau Jagur—demikian namanya—meluncur hanya dengan mengandalkan tenaga matahari.
Jagur diciptakan Solar Boat Team (SBT) Universitas Indonesia. Tim ini beranggota 14 mahasiswa fakultas teknik angkatan 2013 dan 2014. Mereka adalah Pradhana Sadhu sebagai ketua tim, dengan anggota Rizka Yulianti, Hafizha Mulyasih, Sigit Yoga, Andika Aldi, Sandy Ugandhy, dan Aufa Yusuf. Ada juga Dendi Nurachman, M. Hanafi Lubis, Didit Andika, Ryan Wi, Danurwendo, Aldy Syarihadin, dan Yusro Fahmi.
Pradhana yang menggagas pembuatan Jagur. Ia merancang konsep pembuatannya pada Januari tahun lalu. Riset lebih jauh dilakukan pada November tahun yang sama. Saat itu Pradhana dan tim hendak mengikuti kompetisi International Dutch Solar Challenge 2016 di Belanda. Dua bulan kemudian, mereka memulai membuat kapal. "Proses pembuatan kapal baru terealisasi setelah mendaftar lomba," kata Koordinator Teknik SBT Dendi Nurachman, Senin pekan lalu.
Biaya riset hingga merancang Jagur Rp 450 juta. Mereka sempat mengalami kendala dana, tapi akhirnya mendapat sokongan dari lembaga luar negeri. Hanya butuh lima bulan, sejak Januari sampai Mei 2016, untuk membuat bahtera tenaga surya ini.
Jagur terdiri atas dua bagian utama, yakni bodi dan komponen di dalamnya. Bodi kapal terbuat dari serat fiber yang dirancang sendiri oleh tim SBT. Desainnya terinspirasi dari cukung, kapal khas Indonesia yang memiliki tiga lambung saling terhubung. Konsep trimaran ini membuat Jagur lebih stabil saat melaju atau bermanuver. "Ujung kapal dibuat selancip mungkin agar mudah memecah gelombang," ujar Dendi.
Komponen kapal terdiri atas panel surya, solar charger controller, baterai 1.400 watt, motor controller, sistem pendingin, pompa, baling-baling, shaft atau poros transmisi, serta sistem dasbor, seperti navigasi dan liquid crystal display (LCD). Panel surya memiliki empat modul. Satu modul sanggup menyerap energi 260 Watt-Peak.
Solar charger controller berfungsi mengatur daya yang masuk ke baterai. Motor controller berperan mengubah arus AC atau bolak-balik menjadi arus DC atau searah, serta untuk mengatur sistem mesin.
Baterai Jagur berkapasitas 1.400 watt terbuat dari lithium-ion yang dirangkai sendiri oleh tim SBT. Saat baterai terisi penuh, kapal dapat melaju lima jam tanpa henti. "Butuh waktu dua jam untuk mengisi kembali baterai sampai penuh," kata Dendi.
Cara kerja Jaguar serupa dengan kapal bertenaga matahari lain. Mula-mula panel surya menyerap tenaga matahari, lalu diteruskan ke solar charger controller. Baterai menyimpan energi tersebut, lalu membaginya ke komponen yang membutuhkan tenaga, seperti mesin kapal, sistem pendingin, dan sistem dasbor. Energi dari mesin kapal diteruskan ke baling-baling melalui poros transmisi. Putaran dari baling-baling itulah yang membuat kapal melaju.
Untuk sementara, Jagur hanya sanggup memuat satu orang, karena didesain untuk mengikuti lomba. Lantaran menggunakan tenaga matahari, kapal ini hemat energi. Kekurangannya, bobot kapal masih berat dan mesinnya hanya dapat bermanuver dengan sudut 45 derajat. Akibatnya, kapal mesti mengambil jarak yang jauh saat akan berputar.
Kerja keras tim SBT diganjar gelar juara kedua tingkat Asia pada Mei lalu. Mereka pun menduduki peringkat ke-15 International Dutch Solar Challenge 2016 di Belanda pada 30 Juni-9 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo