Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AIR limbah organik industri tekstil, makanan, gula, dan farmasi serta minyak dan gas bumi berbahaya bagi lingkungan. Sebelum dibuang, limbah tersebut perlu diolah. Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung memanfaatkan bakteri Bacillus licheniformis sebagai agen pengurai limbah.
Eko Tri Sumarnadi dan Happu Sembiring dari Pusat Penelitian Geoteknologi serta Efendi dari Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI Bandung melakukan riset sejak 2013. Mereka membuat Material Preservasi Mikroorganisme (MPMO) alias paket bakteri pengurai limbah organik berbentuk padat. Dengan begitu, bakteri dapat disimpan lebih lama, stabil, dan tetap aman bagi lingkungan.
Efendi mengatakan Bacillus, yang banyak terdapat di tanah, telah diuji ketangguhannya menghadapi pelbagai jenis polutan. Salah satu varian mikroba ini bahkan mampu mengurai limbah oli yang menempel di lantai bengkel kendaraan. Adapun Bacillus licheniformis cocok untuk mengatasi limbah pabrik tekstil.
Metode biologi selama ini paling diminati untuk aplikasi pengolahan limbah cair industri. Mikroorganisme diyakini mampu mendegradasi limbah organik cair menjadi unsur lebih sederhana dan tidak membahayakan lingkungan. Sayangnya, belum ada metode penyimpanan mikroba yang efektif.
Para peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi membuat material penyimpanan dalam bentuk tablet atau pelet. Jumlah bakteri dalam material ini mencapai 10 miliar sel per gram. Material yang kering juga memperpanjang masa penyimpanan hingga 10 tahun. "Mayoritas sekarang berbentuk granula atau seperti pelet," kata Efendi, dua pekan lalu.
Dalam skala laboratorium, MPMO telah diuji coba pada sampel limbah cair industri tekstil, rumah sakit, minyak dan gas, serta gula pasir. Paket mikroba pengurai ini juga diuji coba pada limbah pabrik tekstil di Bandung. Hasilnya, MPMO mampu menurunkan nilai biological oxygen demand dan chemical oxygen demand yang menjadi indikator kualitas air limbah.
Di kolam air limbah, MPMO ditabur sesuai dengan takaran. Sebelumnya, komposisi limbah seperti karbon, nitrogen, dan fosfor harus diperiksa. Nilai perbandingan idealnya adalah 100 part per million (ppm) karbon, 3 ppm nitrogen, dan 1 ppm fosfor. Tingkat keasaman juga diatur pada level pH 7. Jika kandungan nitrogen dan fosfor tidak sesuai, perlu ditambah pupuk urea dan triple-super-phosphate. "Nitrogen dan fosfor merupakan nutrisi bagi bakteri," ujar Efendi.
Bakteri tetap membutuhkan oksigen untuk mengurai air limbah. Untuk tahap awal, diperlukan oksigen hingga 8 ppm. Jika proses pengolahan berulang, kadar oksigen diatur pada level 3 ppm melalui kompresor. Instalasi pengelolaan limbah juga harus dilengkapi dengan fasilitas pengaturan pengendapan lumpur residu, pengendali tingkat keasaman, dan pengatur aliran limbah ke kolam penampung.
Menurut Efendi, MPMO bisa tidak berfungsi jika aliran limbah tidak stabil. Kondisi ini juga bisa membuat bakteri berguguran karena mengalami keracunan akibat tingkat keasaman melebihi ambang pH 7. "Pasokan limbah harus konstan supaya lebih efektif," katanya.
Jenis Limbah Organik Industri Tekstil
- Detergen
- Pewarna
- Zat pembantu tekstil
- Selulosa terlarut
» Takaran MPMO: 2 kilogram per meter persegi
» Setiap 20 menit bakteri akan berkembang biak dengan membelah diri
» Volume mikroba dalam air limbah 100-250 mililiter per liter (mengendap seperti lumpur kecokelatan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo