Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini bukan sulap atau sihir. Berikan singkong kepada Maria Ulfah Christianty, dalam beberapa pekan mahasiswi Fakultas Industri Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, itu akan meng-ubahnya jadi plastik. Plastik dari singkong? Begitulah. Gadis yang pekan ini sedang menghadapi ujian akhir di perguruan tingginya itu sudah membuatnya sejak 2004.
Ketertarikan Maria pa-da bioplastik bermula- dari sebuah seminar. Dia tertantang oleh pembicara seminar tentang po--tensi membuat plastik dari limbah tapioka, yang di negeri ini jumlahnya dalam setahun mencapai 1,2 juta ton. Limbah inilah—yang mengandung gliserol—sumber utama bioplastik.
Penelitian pun mulai digelar bersama beberapa temannya. Namun, membuat bioplastik tak semudah yang dibayangkannya. Untuk meminjam alat, misalnya, ia tak didukung penuh kampusnya. Terpaksa ia mengguna-kan peralatan laboratorium seadanya yang ada di fakultasnya saja. Peneliti-an pun tak bisa rampung dalam beberapa minggu, bahkan molor hingga setahun.
Kerja kerasnya mulai menampakkan hasil setelah dia sukses membuat asam laktat dari gliserol dengan bantuan bakteri Lactobacillus bulgarius. Asam laktat ini kemudian dicampur dengan pati dan gliserol dengan suhu tertentu, setelah itu difermentasi selama tiga hari.
Berkali-kali mencoba, akhirnya Ria bisa bernapas lega. ”Kegagalan biasanya karena bahan terlalu padat, atau hasilnya mengkristal sehingga pecah,” ujarnya. Temuan ini membuat Ria dinobatkan menjadi Duta Lingkungan Bayer 2005. Meskipun sudah berhasil, Ria berjanji berusaha melanjutkan temuannya. ”Saya ingin meneliti hal ini di salah satu universitas di Jepang atau di laboratorium BPPT.”
Pruwanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo