Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

BRIN Gelontorkan Rp 200 Miliar untuk Pengembangan Vaksin Merah Putih

Anggaran itu berasal dari BRIN yang khusus direlokasikan untuk pengembangan Vaksin Merah Putih.

23 Agustus 2021 | 14.45 WIB

Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Rabu, 12 Agustus 2020. Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA/Dhemas Reviyanto
Perbesar
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Rabu, 12 Agustus 2020. Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Deputi Penguatan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erry Ricardo Nurzal membeberkan bahwa lembaganya telah menggelontorkan anggaran senilai Rp 200 miliar untuk mengembangkan vaksin Merah Putih. Anggaran itu berasal dari BRIN yang khusus direlokasikan untuk pengembangan vaksin dalam negeri itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Itu anggaran tahun ini, BRIN sudah merelokasikannya khusus untuk vaksin,” ujar dia dalam acara webinar bertajuk Kemajuan Riset Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Peluangnya Terkini yang digelar Socienty of Indonesian Science Journalism, Senin, 23 Agustus 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, pengembangan Vaksin Merah Putih telah dilakukan oleh tujuh institusi, yakni Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Erry melanjutkan, anggaran tersebut digelontorkan untuk pengembangan vaksin yang dimulai dari riset sampai dengan hilirisasinya. Menurutnya, alokasi anggaran khusus untuk pengembangan vaksin sudah didukung sejak tahun lalu. “Tahun lalu ada sebanyak Rp 20 miliar, berasal dari pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Unair sudah dapat tahun lalu,” tutur Erry.

Menurut Erry, anggaran tersebut termasuk juga akan digunakan untuk mendukung dari segi fasilitas, seperti membangun Good Manufacturing Practice atau GMP dan fasilitas BSL 3 untuk pengembangan vaksin. “Supaya nanti vaksin yang akan dihilirkan benar-benar sesuai dengan standar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” katanya.

Dia juga menerangkan bahwa saat ini fasilitas GMP di Indonesia hanya dimiliki oleh PT Bio Farma, sehingga pembangunan fasilitas tersebut perlu dilakukan. Tujuannya, kata Erry, untuk melakukan penguatan infrastruktur, tidak hanya sumber dasar manusia saja.

“Ini sangat penting untuk membangun technological capacity, sehingga kita sudah siap untuk antisipasi virus yang berkembang ke depan. Sehingga perlu dibangun secara komprehensif,” ujar dia.

Baca:
Kepala BRIN Beberkan Tiga Masalah Pengembangan Vaksin Merah Putih

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus