Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Buah Pergaulan dengan Cacing

Tiga ahli biologi meraih Nobel setelah lama bergelut dengan cacing. Penemuan obat penyakit AIDS tinggal selangkah lagi.

20 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PINTU menuju penemuan obat penyakit AIDS dan kanker kini terbuka lebar. Pembobolnya adalah tiga ilmuwan kondang, Robert Horvitz, John Sulston, dan Sydney Brenner, yang baru saja mendapat hadiah Nobel. Lewat penelitian mereka yang dilakukan secara bertahap, terpisah, dan berlangsung lama, akhirnya rahasia di balik kematian sel terbongkar. Ini merupakan temuan penting dan pembuka jalan buat mencari obat bagi penyakit-penyakit yang mematikan. Robert Horvitz sudah mulai mengorek-ngorek rahasia kematian sel sejak 1974, tak lama setelah lulus dari program doktor biologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Dia menggunakan cacing bernama caenorhabditis elegans untuk melakukan penelitian. Hasilnya? Sepuluh tahun kemudian sang peneliti bisa mengidentifikasi dua rangkaian gen yang mengatur dan menentukan kematian sel. Horvitz, yang kemudian menjadi profesor di Institut Teknologi Massachusetts, juga bisa membuktikan dengan ilmiah bahwa manusia selalu memiliki dua rangkaian gen itu. Temuan itu membuat orang gampang memahami cara bekerja sejumlah penyakit berbahaya. Penyakit kanker, misalnya, terjadi saat sel yang mestinya mati tapi malah tumbuh dengan cepat. Sebaliknya, alzheimer dan penurunan kekebalan tubuh alias AIDS terjadi karena jumlah sel yang mati dalam keadaan berlebih. Dengan pengetahuan ini, terbuka peluang bagi para ilmuwan untuk mencari obat yang bisa mengubah gen itu, agar tidak lagi memerintahkan sel untuk mati atau sebaliknya. Penelitian Horvitz menjadi lebih mudah karena sebelumnya telah dirintis oleh John Sulston, seorang doktor biologi di Universitas Cambridge, Inggris. Pada sekitar 1969, dia sudah sibuk meneliti proses perkembangbiakan dan kematian sel pada cacing elegans. Dia akhirnya bisa membuat silsilah dan kematian sel pada cacing. Proses kematian sel ini kerap disebut apoptosis. Temuan inilah yang membuat dia dinilai layak mendapat hadiah Nobel. Hanya, Sulston dan Horvitz tidak mungkin melahirkan temuan besar tanpa adanya cacing caenorhabditis elegans. Ini bukan sembarang cacing. Cacing tersebut bisa dipakai sebagai obyek penelitian karena struktur selnya sederhana, tidak seperti makhluk lain atau manusia. Siapa yang "menemukannya"? Tak lain Sydney Brenner, ilmuwan dari Universitas Cambridge, Inggris. Sejak awal 1960 dia sudah terpikat pada cacing yang memiliki panjang satu milimeter dan cuma berusia dua pekan itu. Cacing elegans—biasa hidup di tanah atau buah yang membusuk—hanya memiliki 959 sel. Bandingkan dengan manusia yang memiliki triliunan sel. Struktur sel cacing ini juga seragam satu sama lain, bagaikan dihasilkan dari proses kloning. Ini berbeda dengan makhluk hidup lainnya, yang lebih kompleks dan memiliki berbagai varian DNA (deoxyribonucleic acid). Jangan heran bila proses perkembangan sel bisa diamati dengan cukup jelas pada cacing elegans. Brenner bisa menggambarkan bagaimana sel telur pada binatang ini tumbuh dan berkembang. Setelah puas mengamatinya, pada 1980-an dia memutuskan hubungan dengan cacing. "Banyak peneliti muda berbakat yang bisa mengerjakan ini lebih baik daripada saya," katanya. Dia lalu menekuni penelitian yang lebih menantang, yakni pemetaan gen manusia. Pergaulan Brenner dengan cacing elegans belakangan dianggap amat bermanfaat oleh panitia Nobel. Ilmuwan yang kini telah berusia 75 tahun itu akhirnya mendapat penghargaan yang amat bergengsi tersebut. Kriteria "bermanfaat bagi kehidupan", menurut Sangkot Marzuki, seorang ahli biologi, memang cukup menentukan dalam pemberian hadiah Nobel. Dan, "Kerap kali temuan yang telah dihasilkan puluhan tahun silam baru dirasakan manfaatnya sekarang," katanya. Jerih payah Brenner, Sulston, dan Horvitz akan semakin terasa faedahnya jika obat untuk penyakit kanker dan AIDS bisa ditemukan kelak. Nurkhoiri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus