Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi metapneumovirus pada manusia (HMPV) telah terjadi sejak lama. Infeksi virus itu juga tak endemik di Cina karena banyak juga ditemukan di negara lain. Tak terkecuali di Indonesia, spesifiknya Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjabat Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi mengungkap berdasarkan data hasil pemeriksaan bahwa infeksi HMPV di Jakarta sudah tercatat sejak 2022. Saat itu ada 19 kasus yang diketahui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023 tercatat sebanyak 78 kasus per Oktober. Sedangkan sepanjang 2024 terdata sedikitnya 100 kasus.
“Data ini akan kami terus lengkapi melalui koordinasi dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium yang ada di Jakarta,” katanya kepada Tempo, Rabu 8 Januari 2025.
Di dunia, Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Ani Ruspitawati menambahkan,
HMPV telah ditemukan sejak 2001. Virus yang menyebabkan gejala mirip flu itu diketahui termasuk dalam famili Pneumoviridae bersama dengan Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Jadi, dia menegaskan, HMPV bukanlah virus baru, tidak seperti Sars-CoV-2 penyebab COVID-19. Seperti yang juga dilakukan para pakar dan dokter, Ani berusaha meredakan keresahan akan penyebaran infeksi HMPV dari Cina, seperti yang pernah terjadi dengan COVID-19 tepat lima tahun lalu.
Ani menerangkan, gejala umum jika terjangkit virus ini meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Gejala klinis dapat berkembang menjadi bronkitis atau pneumonia dan mirip dengan virus lain yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
"Virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan bagian atas dan bawah pada masyarakat dari segala usia, terutama pada kalangan anak, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,” tutur Ani.
Masa inkubasi HMPV diperkirakan 3-6 hari dengan durasi rata-rata penyakit dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya. Seperti virus flu lainnya, HMPV dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui sekresi dari batuk dan bersin, kontak pribadi yang dekat, seperti menyentuh atau berjabat tangan, dan menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus di atasnya, lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata.
Ani merinci, berdasarkan data surveilans laboratorium yang didapatkan pada 2024, HMPV terdeteksi dan meningkat pada dua periode, yaitu Maret-April 2024 dan Oktober-Desember 2024. Dari sampel yang ada, persentase hasil positif HMPV selama 2024 bervariasi 0-12 persen.
Kemudian, berdasarkan variasi virus yang terdeteksi dari surveilans laboratorium pada Oktober-Desember 2024, jumlah temuannya di bawah rhinovirus, influenza A, dan SARS CoV2. “Saat ini, kami terus menerima laporan data dari laboratorium dan rumah sakit yang dapat memeriksa panel respirasi, termasuk HMPV, untuk kita amati di Jakarta,” kata dia.
Pilihan Editor: WHO Tak Sebut Spesifik HMPV dan Cina dalam Pernyataan Resminya