Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dari rami menjadi kain

Hasil penelitian bbppit, serat rami (haramy) dapat dibuat (ditenun) menjadi kain. karaeng agus gussery, pensiunan perwira rpkad, berhasil membuat mesin pengolahan batang rami menjadi bahan tenun.

31 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANTUN "dari kapas menjadi benang, benang ditenun menjadi kain" agaknya perlu ditinjau kembali. Di Bina Graha, Selasa pekan lalu, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil (BBPPIT) Bandung menggelar hasil penelitian mereka: bahan celana dan kemeja yang ditenun bukan dari kapas, melainkan serat haramay. "Orang awam tak akan tahu kain ini dibuat dari rami," ujar Soemarno, Kepala BBPPIT. Kisahnya bermula pada 24 Mei tahun lalu, ketika Karaeng Agus Gussery memperagakan pengolahan batang rami mentah menjadi bahan tenun di hadapan Sesdalopbang, Solichin G.P., ya di Bina Graha juga. Karaeng pensiunan perwira RPKAD yang suka bermain mesin itu. sudah sepuluh tahun meneliti rami. Ia bercita-cita melakukan "revolusi bahan baku tekstil", dengan mengangkat rami sebagai pengganti kapas (TEMPO, 21 November 1981, Tamu Kita). Rupanya, banyak yang terkesan dengan penampilan Karaeng dan raminya. Mei 1983 itu juga, Sesdalopbang menginstruksikan BBPPIT meneliti pemanfaatan serat rami. Tetapi, baru dua bulan kemudian instruksi itu bisa dilaksanakan. Sebab, "kami baru menerima serat rami panjang dari Karaeng pada bulan Juli," kata Soemarno. Proses pengolahannya sendiri memang cukup panjang. Mula-mula, batang rami dengan panjang rata-rata dua meter dimasukkan ke dalam mesin yang berfungsi mengupas kulit. Kulit yang berbentuk serat memanjang itu kemudian dimasukkan lagi ke dalam mesin penyisir, tempat segala kotoran yang masih tertempel pada serat dikikis habis. Untuk memperoleh serat yang lebih halus, hasil tadi dimasukkan ke dalam mesin penggaru. Setelah itu, rami digodok dengan zat kimia tertentu agar zat perekatnya terlepas. Hasil godokan dipotong sesuai dengan kebutuhan, kemudian dimasukkan ke dalam mesin yang mengolah potongan berbentuk kapas. Rami, yang di Jawa Barat lebih lazim disebut haramay, dalam bahasa Latin bernama Boehmeria nivea. Terna tahunan, atau semak, ini berasal dari Asia Timur dan terhisab suku Urticaceae. Tingginya 1-3 meter, berakar rimpang. Panjang daun 7,5-15 cm, tepi bergerigi, lapisan bawah berbulu putih tebal. Batangnya menghasilkan serat, kuat, dan tahan air, tetapi kurang lentur. Daunnya mengandung protein 20%-40%, dan biasa digunakan untuk makanan ternak. Di Indonesia, rami banyak ditanam penduduk di Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Kain yang dipamerkan BBPPIT di Bina Graha memang belum seluruhnya dibuat dari serat rami. Komposisinya 65% polyester dan 35% rami. Proses akhir komposisi ini menggunakan mesin-mesin yang biasa dipakai menenun benang polyester dan kapas. Di BBPPIT, mesin jenis itu made in USA, sumbangan PBB. Dari segi dimensi sel individu, serat kapas memiliki panjang rentang rata-rata 25 mm, dengan diameter rata-rata 15 mikron. Serat rami memiliki panjang rentang rata-rata 125 mm, dengan diameter rata-rata 3 mikron. Dari segi kehalusan (yang dinyatakan dalan satuan mikrogram/cm), kapas mentah India memilik kehalusan 3,2 kapas mentat Amerika 2,0 kapas mentat Mesir 1,4 dan rami yang di buang getahnya 6,0. Dalan kekuatan (yang dinyataka dengan 10 dyne/cm), kapas mentah India mencatat 29, kapas mentah Amerika 38, kapas mentah Mesir 60, dan rami 91. Untuk sifat kemuluran (yang dinyatakan dalam %), kapas mentah India memiliki 6,9 kapas mentah Amerika 7,2 kapas mentah Mesir 7,6 dan rami memang rendah - hanya 3,7. Dari sifat-sifat ini, Soemarno berani menyimpulkan, "kain yang terbuat dari bahan rami paling kuat." Karena itu pula, bahan ini dinilai cocok untuk "bahan pakaian, tenda, kantung pos, tali sepatu, karpet, dan sebagainya." Kelebihan rami yang lain, daya serapnya 1,5 kali kapas. Kelemahannya, bahan rami memang tidak bisa dibuat tipis sekali. Menurut penelitian BBPPIT, yang bernaung di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perindustrian, dari setiap 1 kg batang rami dapat diambil 100 gr kulit, atau 35-49 gr bahan yang siap dipintal. Bila petani menjual raminya Rp 25/kg, kata Soemarno, harga beli 1 kg serat rami sekitar Rp 750. Di Bina Graha, pekan lalu itu, Dirut PT Industri Sandang I, Atam Surakusumah, menyatakan "bersedia menampung serat rami yang siap dipintal dengan harga Rp 1.200/k." Menurut Pawitro, Kepara Penelitian Benang BBPPIT, dari setiap kg campuran poliester 65% dan rami 35% bisa dibuat kain celana sekitar 3,5 meter. Menurut Karaeng Agus Gussery, yang sejak 1973 menanam rami di kebunnya di Bandung, panen pertama dilakukan pada umur tanaman 4,5 bulan. Panen berikutnya tiap 2,5 bulan. Tiap kali panen mendapat 20 ton batang rami mentah per hektar. Dengan mengambil harga Rp 25/kg, dari tiap hektar petani rami bisa mengantungi sekitar Rp 2 juta/tahun. Bukan main. Soemarno yakin, rami bakal "membuka cakrawala baru pertekstilan Indonesia." Selama ini, kata sarjana tekstil lulusan Universitas New Sydney, Australia, itu sekitar 135 ribu ton dari 150 ribu ton kebutuhan kapas kita setiap tahun harus diimpor. "Devisa yang diperlukan untuk kapas mencapai Rp 225 milyar per tahun," katanya. Maka, dalam buku laporan BBPPIT ke Bina Graha, disebutkan bahwa keperluan luas areal tanaman rami sekitar 20 ribu hektar. Karaeng Agus Gussery, yang ditemui di bengkelnya di Bandung, "merasa bangga setelah penelitian bertahun-tahun itu akhirnya sampai ke Bina Graha." Mengaku sudah menyerahkan tiga kuintal serat rami siap pintal ke BBPPIT, ayah tujuh anak ini juga telah merampungkan beberapa mesin. Antara lain: 1 mesin pembelah batang, 28 mesin pemotong, dan 62 mesin pemecah batang dan pelepas kulit. Semua mesin produksmya diberi merk Sri Kaindo - singkatan Serat Rami Industri Katun Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus