Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekerjaan rumah kebun botani tertua di Indonesia ini sebagai kawasan konservasi ex situ sangat besar seiring dengan kian terancamnya keanekaragaman hayati oleh deforestasi, alih fungsi hutan, dan bencana alam. Menurut Global Strategic for Plant Conservation, sebuah kawasan konservasi ex situ harus mengoleksi 75 persen spesies yang terancam. Kebun Raya Bogor baru dapat mengoleksi 147 spesies dari 467 spesies tumbuhan Indonesia yang terancam versi Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1811-1816
Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan pembangunan taman di halaman rumah dinasnya yang kini menjadi Istana Bogor.
1817
15 April
Direktur Pertanian, Seni, dan Pendidikan Pulau Jawa Caspar G.C. Reinwardt mengusulkan pembuatan kebun botani untuk eksplorasi tumbuhan obat kepada Gubernur Jenderal Godert A.G.P. van der Capellen.
18 Mei
Gubernur Jenderal Van der Capellen meresmikan pembangunan kebun botani bernama ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Sekitar 47 hektare lahan di sekitar Istana Bogor menjadi area awal kebun.
1817-1822
Reinwardt menjabat direktur pertama. Ia mengumpulkan tumbuhan dan benih dari berbagai wilayah Nusantara. Diperkirakan ada 900 tumbuhan yang dikoleksi.
1823-1826
Carl Ludwig Blume menggantikan Reinwardt. Ia menginventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun dan menyusun katalog pertama yang berisi 912 jenis tanaman.
1826-1830
‘S Lands Plantentuin te Buitenzorg berhenti beroperasi karena kekurangan dana.
1830-1869
Johannes Elias Teijsmann, ahli kebun Gubernur Jenderal Johannes G. van den Bosch, mengepalai kebun botani Buitenzorg itu. Ia menata penanaman tumbuhan yang dikelompokkan berdasarkan suku (familia).
11 April 1852
Kebun Raya Cibodas berdiri dengan nama Bergtuin te Tjibodas.
1869-1880
Di bawah arahan Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer, jurnal Annales du Jardin Botanique de Buitenzorg terbit dan sekolah pertanian Landbouwschool te Buitenzorg berdiri.
1880-1905
Direktur Melchior Treub menjadikan Kebun Raya Bogor lembaga ilmiah bidang botani yang terkemuka di dunia. Banyak riset penting dilakukan, terutama tentang penyakit tanaman pertanian.
1948-1951
Di bawah kepemimpinan direktur Dirk Fok van Slooten, pada 1949 nama ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg diganti menjadi Lembaga Hortus Botanicus Pusat atau Kebun Raya Bogor di bawah naungan Jawatan Penyelidikan Alam.
1951-1959
Koesnoto Setyodiwiryo menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat kepala jawatan itu, yang lalu berganti nama menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) di bawah Departemen Pertanian.
1951-1959
Saat Soedjana Kassan menjabat Kepala LPPA, terbentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) pada 1956. Pada 1962, LPPA menjadi Lembaga Biologi Nasional (LBN) di bawah MIPI (kemudian menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI).
1986
LBN berganti nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI. Peneliti yang semula berada di Kebun Raya Bogor ditarik ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi.
2010
Kebun Raya Bogor disetujui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI.
2019
Kepala LIPI Laksana T. Handoko menerbitkan peraturan tentang reorganisasi dan restrukturisasi. Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI diubah menjadi Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya.
Kebun Raya Bogor
Luas: 87 hektare
Spesialisasi: tumbuhan tropis dataran rendah basah
Jumlah spesimen koleksi: 13.061 batang
Terdiri atas: 213 suku (familia) | 1.200 marga (genus) | 3.151 jenis (spesies) Dari 467 spesies tumbuhan Indonesia yang terancam punah, 147 ada di Kebun Raya Bogor Dari 24.600 spesies tumbuhan berbunga (spermatofita), baru 7.365 yang dikonservasi di 37 kebun raya di Indonesia
Pegawai: 289 orang (180 pegawai terkait langsung dengan pengelolaan koleksi)
Peneliti: 57 orang (18 peneliti strata 1 | 26 peneliti strata 2 | 12 peneliti strata 3 | 1 profesor riset)
Pengunjung: 1,6 juta (2018) | 1,27 juta (2017) | 952 ribu (2016)
Spesies Prioritas
Strategi konservasi dijalankan dengan menetapkan prioritas, yakni seratus jenis tumbuhan dari empat suku.
- 14 jenis palem (Arecaceae)
- 8 jenis pakis (Cyatheaceae)
- 34 jenis tumbuhan berkantong (Nepenthaceae)
- 44 jenis anggrek (Orchidaceae)
Koleksi primadona:
Peneliti Kebun Raya Bogor telah dapat membungakan Rafflesia patma di luar habitat aslinya.
SUMBER: PUSAT PENELITIAN KONSERVASI TUMBUHAN DAN KEBUN RAYA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA | WAWANCARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo