ALAN Thorne tertawa gembira. Panas matahari yang menyengat tak
diindahkannya. Bertopi pandan, bercelana pendek saja, ahli
Antropologi Ragawi dari ANU (Australian National University)
ini mendayung rakir bambunya dari pulau ke pulau di Teluk
Jakarta. "Ternyata rakit mudah sekali dikendalikan," ujarnya.
"Rasanya, analisa saya mendekati kebenaran. Bukti yang nyata,
itu yang kami cari."
Thorne, sutradara Robert Kingsbury dan sejumlah anak buah,
selama 3 minggu berada di Indonesia bulan lalu. Sejak aal abad
ini, sejumlah analisa telah ditulis, diperdebatkan, tentang
asal-usul penduduk pribumi Australia, Aborijin. Berasal dari
manusia Jawa alias Java Man. "mereka naik rakit bambu dan tidak
bisa kembali lagi setelah berakhirnya zaman es yang membuat
permukaan air laut tinggi," ujar Thorne.
Naik rakit? Pemerintah Australia akan memfilmkan semua itu. Maka
Thorne dan timnya pergi ke Tangerang, ke Desa Rumpin, tempat
"bursa" bambu. Juga ke Sungai Cisadane, rempat rakit bambu
sebagai alat angkut masih dipakai. "Saya percaya teknologi bambu
untuk berbagai keperluan tetap hidup dan telah ada sejak dulu,"
tambah Thorne.
Kemudian mereka pergi ke UGM dan bertemu dengan Dr. Teuku Jacob,
juga ahli Antropologi Ragawi. Mereka pergi pula ke Sangiran,
tempat tengkorak Aborijin dan Java Man ras Wajak dibersamakan.
Ciri-ciri kedua tengkorak itu sama, demikian pula rengkorak yang
diremukan di Liu Kian, Cina Selatan. Prof. Wu Rukang dari
Instituteof Vertebrate Paleontology & Paleoantroology di
Beijing juga tidak menyangkal bahwa anrara tengkorak yang
ditemukan di Liu Kiang-Wajak-Keilor (Victoria, Australia)
berasal dari kala dan genetik yang sama. Untuk merekonstruksi
semua inilah, film dengan biaya sekitar Rp 350 juta akan dibuat.
Setelah Indonesia, tim Thorne akan ke RRC Januari nanti. "Juni
1983, mudah-mudahan sudah bisa anda lihat," ujar Robert
Kingsbury. Judul film (sementara). The Most Ancient Moderns.
Manusia Wajak (Wajak adalah desa di dekat Madiun, Jawa Timur)
mempunyai ciri-ciri tubuh yang lebih progresif kalau
dibandingkan dengan manusia kera sebelumnya, Pithecanrhropus
Erectus. Di duga tinggi tubuhnya sekitar 13o-2lo cm, berat badan
30-150 kg, dengan cerebrum (otak besar) yang lebih berkembang.
Otot-otot pada vertebra (tulang leher) sudah mengalami reduksi,
karena Wajak yang termasuk Homo Sapiens ini sudah tidak tinggal
secara arboral lagi. Fragmen mandibularis (rahang bawah),
frontalis (busur kening) dan tulang organ yang lain, tidak
begitu banyak berbeda dengan manusia dewasa ini. Karena ia sudah
bisa berjalan tegak dengan sempurna, koordinasi otot vertebra
dan letak tengkoraknya lebih berimbang.
Masalahnya, ras Wajak ini sukar untuk dicocokkan dengan ras -
ras pokok yang ada sekarang. Hidup di kala Pleistosin sekitar
50.000 tahun yang lalu, Wajak mempunyai ciri-ciri Mongoloid dan
juga Austromelanesoid. Hanya bedanya, ciri Mongoloid
diperkirakan mempunyai tubuh yang lampai dan ciri
Austromelanesoid bertubuh lebih kekar. Fragmen rahang atas Wajak
ternyata mcmpunyai ciri-ciri yang sama dengan tengkorak yang
ditemukan di Cina Sela, tan. Demikian pula ciri-ciri terperinci
seperri remporalis (tulang kuping), orbitalis (tulang mata) dan
bagan-bagan lain juga sama dengan orang-orang Aborijin sekarang.
Di Asia Tenggara sendiri, di luar Indonesia, ada pula manusia
Niah (Serawak, Malaysia) dan manusia Tabon (Palawan, Filipina)
yang diduga berasal dar genetik yang sama dengan di Wajak atau
Liu Kiang atau Keilor, Kow Swamp dan tempat lainnya di
Australia.
Genus Homo Sapiens ini diduga telah mempunyai bahasa (secara
minimal) dan meskipun belum cukup terbukti--diduga telah
mempunyai kehidupan berburu dan meramu. Teknologinya sudah
mengenal alat perimbas (chopping tools). Tetapi karena
berevolusi dalam satu jangka waktu yang panjang dan tersebar di
beberapa tempat, genus homo yang tadinya satu ini sukar
dibayangkan akan menghasilkan keturunan yang transfertil.
Lebih-lebih kalau dilihat dari segi genetika.
Perubahan genetik dan kebudayaan sepanjang migrasi mereka dari
utara ke selatan adalah suatu yang lumrah. Orang Eropa yang
datang sekitar 200 tahun yang lalu ke senua Australia--selain
"memperkecil" populasi kaum pribumi juga kagum akan perbedaan
fisik orang Aborijin. Misalnya di Tasmania, Aborijin yang
kemudian habis terbunuh semua -- berambut keriting. Di lembah
Murray, tubuhnya kekar. Sebaliknya di Queensland Tenggara dan
Cape York, Aborijin berciri pigmy dan tidak jauh beda dengan
yang ada di Indonesia (bagian timur) dan Nugini.
Thorne yakin bahwa tengkorak yang ada di Sangiran (untuk Wajak)
sama dalam bentuk dan tahun dengan tengkorak yang ditemukan di
situs Liu Kian, Lembah Murray, Talgai dan Cossaka ini tinggal
masalah bagaimana mereka bisa tersebar begitu luas?
Rupanya Thorne mendapat ilham setelah melihat perahu atau rakit
bambu yang ada di British Museum. Dilihatnya pula penduduk di
Pantai Cina Selatan dan Okinawa hingga kini masih mempergunakan
rakit sebagai alat transportasi antarpulau "Dan di Indonesia,
banyak tumbuh pohon bambu," ujar Thorne. Karena itu dia
berkesimpulan bahwa bambu telah dipakai untuk rakit sekitar
40.000 tahun yang lalu.
Di Indonesia, rakit bambu tidak melaut lagi. Tetapi rakit ini
masih dipakai baik di Sungai Cisadane, Ciliwung sebelah hilir.
Dalam legenda Jaka Tingkir, dia pun naik rakit bambu di Bengawan
Sala, kemudian dihadang oleh 40 ekor buaya. "Tapi ini bukan
berarti kebenaranmutlak," sela Teuku Jacob dalam wawancara
TEMPO. "Rakit bambu ini hanya suatu cara orang berpikir."
Tapi mengapa mereka kemudian menetap dan tidak kembali? Tidak
ad pohon bambu di Australia. Rakit bambu kalau dipakai melaut
cuma mempunyai kekuatan 6 bulan, menurut perkiraan Thorne. Bahwa
mengapa mereka tidak kembali lagi, banyak dugaan yang bisa
direka. Semakin naiknya permukaan air laut (karena cairnya es)
mungkin telah mendesak mereka ke pedalaman. Mungkin pula, rakit
mereka telah rusak. Dugaan lain, masalah politik kala itu,
antara lain manusia -- hingga kini--selalu memperebutkan sumber
kehidupan. "Paling tidak, ada sedikit persamaan dengan boat
people yang kini disebut pengungsi Vietnam," tambah Thorne.
Sambil bergurau, ia berkisah lagi: "Masalahnya kini, bagaimana
kalau Aborijin mengklaim Pulau Jawa?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini