Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dengan Matahari, Bertenaga

Matahari sebagai sumber energi telah menarik banyak minat, baik negara maju ataupun negara berkembang. Indonesia akan mencobanya di dua desa, Tangerang dan Teluk Jakarta. (tek)

28 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GENERASI muda cenderung menerimanya. Enersi surya bersih, bebas dari polusi, tak terbatas dan tidak membahayakan lingkungan. Majalah Perancis Pif Gadget pernah bertanya dan bagian terbesar dari pembacanya (hampir 400.000 orang muda) nnenyetujui penggunaan enersi surya. Bukan saja pemuda berpaling kepada sumber energi ini. Pemerintah berbagai negara pun menilai enersi surya sebagai satu alternatif yang kian meyakinkan. Terutama dengan naiknya harga minyak bumi sampai 5 kali sejak tahun 1973, enersi surya mulai dipertimbangkan secara serius. Umpamanya 52 negara hadir dalam konperensi tentang enersi surya awal tahun lalu di New Delhi India. Kepentingan Indonesia dalam hal ini diungkapkan oleh ir. Wijarso, Dirjen Minyak dan Gas Bumi di depan Ikatan Ahli Geologi Indonesia di Bandung pekan lalu. "Diversifikasi ke sumber enersi lain selain minyak, menjadi sasaran utama Indonesia," katanya. Presiden Soeharto dalam kesempatan meresmikan lapangan minyak "Udang" pekan lalu, menghimbau supaya di samping sumber enersi konvensionil, juga harus diolah sumber enersi baru seperti panas bumi, tenaga angin dan tenaga surya. Untuk mengembangkan peralatan bertenaga surya ITB Bandung tahun lalu mengirim orang belajar ke Centre Universitaire di Perpignan, Perancis. Universitas Gajah Mada di Yogyakarta sudah memulai proyek penelitian dan pengolahan teknologi enersi surya di bawah pimpinan Dr. M.S.A. Sastroamidjojo. Menteri Ristek Dr. B.J. Habibie tahun lalu merintis pula kerjasama di bidang itu dengan pemerintah Jerman Barat. Desa Pincon di Tanggerang dan desa nelayan di pulau Paris, Teluk Jakarta telah dipilih sebagai tempat mencoba enersi surya. Desa ini akan dilengkapi dengan alat masak, pengering, pemanas dan pendingin serta listrik yang semuanya bertenaga surya. Fihak Jerman Barat akan menyediakan semua peralatan itu. Sejak Kecil Mungkin anda semasa sekolah pernah bereksperimen dengan kaca pembesar, berusaha memusatkan cahaya matahari di secarik kertas yang kemudian hangus terbakar. Kalau dulu guru ilmu alam menganggap eksperimen ini sebagai ilustrasi pelajarannya saja, kini Dr. A.I. Mlavsky berpendapat ini seharusnya menjadi pelajaran wajib di setiap ruang kelas di negerinya, Amerika Serikat. Mlavsky, Wakil Presiden perusahaan enersi matahari Mobil Tyco mengatakan orang sejak kecil perlu menyadari potensi enersi luar biasa yang terkandung di matabari. "Bila kita ingin memanfaatkan enersi surya menjelang tahun 2000, mulai sekarang kita harus mengajar teknologi dan manajemennya." Manusia selama ini sudah secara tak langsung menggunakan enersi surya. Adalah enersi surya yang menjalankan siklus hujan di bumi, yang menyediakan air. Juga angin yang memutarkan kincir atau menjalankan perahu layar dihasilkan oleh udara yang dipanaskan matahari. Bahkan kayu bakar untuk mmemasak pun merupakan hasil proses pengolahan sinar matahari oleh tanamam bahan-bahan ini dapat dianggap sebagai "simpanan" enersi surya selama ini. Prof. Dr. Eduard Justi, ketua kehormatan dari Cooperation mediterraine pour l'energie solaire di Perancis, dalam tahun 1965 mengajukan hidrogen sebagai bahan penyimpan enersi surya. Ia memilih hidrogen karena bahan ini terdapat dalam jumlah tidak terbatas, dalam alam dan sebagai bahan bakar tidak merupakan beban bagi lingkungan. (TEMPO 14 April). Prof. Justi menemukakan gagasan untuk membangun pusat pengolahan enersi matahari menjadi listrik, proyek itu diharapkan menghasilkan air tawar dari laut dan hidrogen berupa gas. Gas hidrogen ini katanya, akan dapat disalurkan melalui pipa ke negara pemakai bahan bakar. Tapi itu masih gagasan. Sebelum Tahun 2000 Namun Perancis telah membuat sebuah pembangkit panas matahari yang tahun 1970 ditingkatkan dayanya dari 100 KW menjadi 1000 KW di Odeillo, Font Remeu, di pegunungan Pyrenee, selatan Perancis. Suhu yang bisa diban~gkitkan oleh pantulan cermin parabolnya seluas 2.500 MÿFD mencapai 3000 sampai 3.500 øC. Tahun 1977, dibuat pula di selatan Perancis pembangkit listrik tenaga surya berkekuatan 3 MW yang akan ditingkatkan menjadi 10 MW tahun ini. Tahun lalu sebuah perusahaan Perancis membuat prototype cermin yang akan dipakai dalam jumlah ratu~san pada proyek pembangkit tenaga list~rik berkekuatan 1000 MW. Perancis memperkirakan menjelang tahun 2000 se~~banyak 10 persen enersinya dihasilkan oleh enersi surya. Juga Amerika Serikat kini mempergunakan tenaga matahari untuk berbagai bidang seperti pemanasan rumah gedung dan kolam renang yang berjumlah ribuan sudah di negeri itu. Penerangan landasan pengeboran minyak lepas pantai, rambu laut, berbagai alat telekomunikasi di darat -- semua itu telah mulai bertenaga surya. Paling utama penggunaan surya sebagai sumber tenaga adalah untuk menjalankan instrumen satelit dan pesawat antariksa. Jerman Barat, Australia dan Israel tergolong sangat berminat terhadap penelitian teknologi enersi surya ini. Industri mereka telah membuat komponen seperti kolektor enersi pemanasan, kompor serta batere surya. Di Jakarta, mungkin tidak banyak orang mengetahui bahwa sebuah jam yang di depan gedung Duta Merlin, Jalan Gajah Mada, dijalankan oleh tenaga matahari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus