Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Ketawa bersama kaum hawa

Lomba lawak wanita i di jakarta diselenggarakan oleh lhi & dinas kebudayaan dki dalam rangka hari kartini. diikuti 50 peserta. setelah lomba akan diadakan penataran. (hb)

28 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI memang ulah LHI (Lembaga Humor Indonesia) yang belum setahun berdiri. Bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pemda DKI, April ini diselenggrakanlah Lomba Lawak Wanita I. Memang disengaja untuk memperingati Hari Kartini. Babak penyisihan berlangsung di gedung Pusat Pengembangan Kesenian DKI, 17-19 April. Final diselenggarakan di Taman Ismail Maruki, 25 April. Wanita melawak memang bukan aneh dan bukan baru. Ingat saja misalnya almarhumah Ratmi B29. Dalam lomba-lomba lawak yang lalu pun sudah ada satu-dua peserta wanita -- meski belum ada yang sempat menang. Malah cukup mengejutkan panitianya diketuai Ny. Pitarso, dari organisasi wanita (MKGR) bahwa peserta grup dan perseorangan kali ini mencapai jumlah 50. Padahal tidak dijanjikan hadiah-hadiah menarik. "Kita tak sangka sebanyak itu," kata nyonya ketua. Hebatnya lagi, 50 peserta itu terdiri dari semua umur: ibu-ibu 40-an ke atas, beberapa pelajar SLP, dan mahasiswa. Ternyata mereka semua memandang lawak dengan optimis. "Kerja melawak tak kalah dengan kerja sekretaris," kata seorang peserta yang ternyata memang sekretaris satu perusahaan. Bukankah perempuan Indonesia itu lucu-lucu? Kejutan kedua, yang juga menjotos ketua dewan jurinya (Hardjodipuro, yang dulu dikenal sebagai Mang Cepot) ialah bahan lawakan para perempuan itu. Sebagian besar sekali berkisar di soal sex. "Ibu-ibu ini kok bisa cari bahan begitu. Dan berani-beraninya itu, lho. Masyaallah . . ., " kata Mang Cepot cengar cengir. Sementara itu Arwah Setiawan, Ketua LHI yang kali ini hanya diberi peran penasehat panitia, berpendapat: "Justru karena lawakan porno itu datang dari wanita, saya tidak risih mendengarnya." Keterangannya: kalau yang melawak pria, ada rasa kikuk: jangan-jangan nanti menyinggung wanita. Tapi karena lawakan porno itu datang dari wanita sendiri, ya sudah, aman. Tapi sesungguhnya bahan lawakan yang disuguhkan dalam lomba wanita ini tak lebih porno dari biasanya. Misalnya dibanding yang datang dari Warung Kopi Prambors. Hanya mungkin karena datang dari wanita, pandangan orang jadi lain. Yang mengejutkan Arwah "Padahal semula sudah diberi pengarahan agar membatasi yang nyrempet-nyrempet pornografi. Kok nekad juga." Ada seorang ibu tampil dan bercerita. Katanya: "Burungnya bapa kesayangan ibu." "Astagfirullah," sahut Mang Cepot. Tapi itu belum apa-apa. Ada satu grup terdiri dari dua orang ibu. Ceritanya, mereka dari persatuan janda-janda. Ibu yang satu bercerita: "Saya pernah punya suami empat kali. Suami saya yang pertama, maunya berdiri saja". Tentu saja penonton tertawa sambil nyengir. Padahal ternyata suaminya bekerja sebagai kondektur bis. "Suami saya yang kedua lain lagi. Dia maunya terlentang terus. Dia memang montir yang suka betulin mobil di kolong mobil." Bambu Berkondom Yang paling hebat adalah suaminya yang nomor tiga. Katanya: "Capek, deh. Saya digenjot terus." Lho? Ternyata suami ketiganya ini tukang becak. Dan sambil senyum-senyum diceritakanlah suaminya yang keempat. "Assooi! Tukang begini . . . ," katanya sambil kedua tangannya diangkat dan jari telunjuk dengan ibu jari digesek-gesekkan seolah-olah sedang memilih-milih sesuatu yang lembut. Memang suaminya yang terakhir itu montir radio. "Melihat begini, mau bagaimana kita?" kata Mang Cepot. Tapi diakuinya: "Sebenarnya yang porno itu pikiran kita sendiri. Bukan salah mereka." Lalu diceritakanlah seorang pelawak yang menceritakan pengalamannya menjadi petugas KB (Keluarga Berencana). Suatu saat dia memberi contoh bagaimana memakai kondom. Pikir punya pikir, akhirnya dia ambil sapu ijuk bertangkai bambu. Ke bambu itulah kondom diselubungkan. Sudah bisa ditebak: sejak itu sapu ijuk di tiap rumah di desa itu berkondom . . . Dan Pak Hardjo pun menduga, kalau zaman ini jenis lawakan memang banyak pornonya. "Mungkin maunya aman. Kalau ndak begitu ndak lucu." Yang patut dicatat juga, ternyata mental pelawak wanita hebat juga. Ketika seorang pelawak sama sekali tak disambut dengan ketawa, langsung saja dia ngomong begini: "Yang dipojok sana tidak tertawa karena giginya sakit. Yang sana giginya ompong . . . " Untuk lomba lawak wanita pertama ini, juri ada 9 orang. Diketuai Hardjodipuro, anggotanya antara lain Mang Dudung (Reog BKAK), Ny. Sugandhi (isteri Mayjen Sugandhi), Ny. Henny Purwonegoro, Ny. Jakobi dari Badan Penghubung Organisasi Wanita. Direncanakan sesudah lomba akan diadakan juga semacam penataran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus