INI memang ulah LHI (Lembaga Humor Indonesia) yang belum
setahun berdiri. Bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pemda DKI,
April ini diselenggrakanlah Lomba Lawak Wanita I. Memang
disengaja untuk memperingati Hari Kartini. Babak penyisihan
berlangsung di gedung Pusat Pengembangan Kesenian DKI, 17-19
April. Final diselenggarakan di Taman Ismail Maruki, 25 April.
Wanita melawak memang bukan aneh dan bukan baru. Ingat saja
misalnya almarhumah Ratmi B29. Dalam lomba-lomba lawak yang lalu
pun sudah ada satu-dua peserta wanita -- meski belum ada yang
sempat menang. Malah cukup mengejutkan panitianya diketuai Ny.
Pitarso, dari organisasi wanita (MKGR) bahwa peserta grup dan
perseorangan kali ini mencapai jumlah 50. Padahal tidak
dijanjikan hadiah-hadiah menarik. "Kita tak sangka sebanyak
itu," kata nyonya ketua.
Hebatnya lagi, 50 peserta itu terdiri dari semua umur: ibu-ibu
40-an ke atas, beberapa pelajar SLP, dan mahasiswa. Ternyata
mereka semua memandang lawak dengan optimis. "Kerja melawak tak
kalah dengan kerja sekretaris," kata seorang peserta yang
ternyata memang sekretaris satu perusahaan. Bukankah perempuan
Indonesia itu lucu-lucu?
Kejutan kedua, yang juga menjotos ketua dewan jurinya
(Hardjodipuro, yang dulu dikenal sebagai Mang Cepot) ialah bahan
lawakan para perempuan itu. Sebagian besar sekali berkisar di
soal sex. "Ibu-ibu ini kok bisa cari bahan begitu. Dan
berani-beraninya itu, lho. Masyaallah . . ., " kata Mang Cepot
cengar cengir.
Sementara itu Arwah Setiawan, Ketua LHI yang kali ini hanya
diberi peran penasehat panitia, berpendapat: "Justru karena
lawakan porno itu datang dari wanita, saya tidak risih
mendengarnya." Keterangannya: kalau yang melawak pria, ada rasa
kikuk: jangan-jangan nanti menyinggung wanita. Tapi karena
lawakan porno itu datang dari wanita sendiri, ya sudah, aman.
Tapi sesungguhnya bahan lawakan yang disuguhkan dalam lomba
wanita ini tak lebih porno dari biasanya. Misalnya dibanding
yang datang dari Warung Kopi Prambors. Hanya mungkin karena
datang dari wanita, pandangan orang jadi lain. Yang mengejutkan
Arwah "Padahal semula sudah diberi pengarahan agar membatasi
yang nyrempet-nyrempet pornografi. Kok nekad juga."
Ada seorang ibu tampil dan bercerita. Katanya: "Burungnya bapa
kesayangan ibu." "Astagfirullah," sahut Mang Cepot. Tapi itu
belum apa-apa. Ada satu grup terdiri dari dua orang ibu.
Ceritanya, mereka dari persatuan janda-janda. Ibu yang satu
bercerita: "Saya pernah punya suami empat kali. Suami saya yang
pertama, maunya berdiri saja". Tentu saja penonton tertawa
sambil nyengir. Padahal ternyata suaminya bekerja sebagai
kondektur bis. "Suami saya yang kedua lain lagi. Dia maunya
terlentang terus. Dia memang montir yang suka betulin mobil di
kolong mobil."
Bambu Berkondom
Yang paling hebat adalah suaminya yang nomor tiga. Katanya:
"Capek, deh. Saya digenjot terus." Lho? Ternyata suami ketiganya
ini tukang becak. Dan sambil senyum-senyum diceritakanlah
suaminya yang keempat. "Assooi! Tukang begini . . . ," katanya
sambil kedua tangannya diangkat dan jari telunjuk dengan ibu
jari digesek-gesekkan seolah-olah sedang memilih-milih sesuatu
yang lembut. Memang suaminya yang terakhir itu montir radio.
"Melihat begini, mau bagaimana kita?" kata Mang Cepot. Tapi
diakuinya: "Sebenarnya yang porno itu pikiran kita sendiri.
Bukan salah mereka." Lalu diceritakanlah seorang pelawak yang
menceritakan pengalamannya menjadi petugas KB (Keluarga
Berencana). Suatu saat dia memberi contoh bagaimana memakai
kondom. Pikir punya pikir, akhirnya dia ambil sapu ijuk
bertangkai bambu. Ke bambu itulah kondom diselubungkan. Sudah
bisa ditebak: sejak itu sapu ijuk di tiap rumah di desa itu
berkondom . . .
Dan Pak Hardjo pun menduga, kalau zaman ini jenis lawakan memang
banyak pornonya. "Mungkin maunya aman. Kalau ndak begitu ndak
lucu."
Yang patut dicatat juga, ternyata mental pelawak wanita hebat
juga. Ketika seorang pelawak sama sekali tak disambut dengan
ketawa, langsung saja dia ngomong begini: "Yang dipojok sana
tidak tertawa karena giginya sakit. Yang sana giginya ompong .
. . "
Untuk lomba lawak wanita pertama ini, juri ada 9 orang. Diketuai
Hardjodipuro, anggotanya antara lain Mang Dudung (Reog BKAK),
Ny. Sugandhi (isteri Mayjen Sugandhi), Ny. Henny Purwonegoro,
Ny. Jakobi dari Badan Penghubung Organisasi Wanita.
Direncanakan sesudah lomba akan diadakan juga semacam penataran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini