TEMPO.CO, Jakarta - Unit Riset Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran tengah melakukan riset deteksi dini penyakit infeksi virus corona 2019 cukup dengan observasi dan swab mata. Dasarnya adalah cukup tinggi persentase keluhan mata yang mendahului gejala sistemik Covid-19.
"Ini bisa menjadi skrining yang cepat dan murah untuk mengetahui siapa yang terinfeksi Covid-19 sehingga mempercepat penanganan pandemi,” kata Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Tugas Ratmono, Senin 21 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Studi di Inggris Sebut Mata Merah Termasuk Gejala Covid-19
Deteksi dini adalah kunci dalam penanganan sebuah penyakit untuk meningkatkan angka kesembuhan. Dengan deteksi dini, orang terinfeksi Covid-19 bisa sesegera mungkin menjalani perawatan atau isolasi mandiri guna memutus rantai penularannya.
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah SARS CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, juga menyebar ke mata. Menurut Tugas, penyebaran itu mungkin terjadi karena mata dan rongga hidung terhubung lewat sebuah saluran. Itulah sebabnya, dia menambahkan, saat orang menangis, hidungnya juga turut basah.
"Dan di era pandemi Covid-19, orang dilarang mengucek mata dengan tangan karena mata menjadi salah satu pintu masuk virus corona ke tubuh manusia," kata dia.
Riset deteksi dini itu dilakukan Rina La Distia Nora sebagai peneliti utama RSDC-19 Wisma Atlet Kemayoran dan dua peneliti lain, Rina Dwi Ningtias Mei Riasanti dan Gladya Utami. Penelitian berjudul ‘Potensi Deteksi Dini Infeksi SARS-CoV-2 dari Swab Sampel Konjungtiva Melalui Pemeriksaan RT-PCR’.
Konjungtiva merupakan selaput bening yang melapisi seluruh bagian terdepan dan menjadi pelindung mata. Diharapkan proses swab Covid-19 bisa dilakukan hanya dengan membuka kelopak mata bagian bawah agar stik swab bisa menyentuh selaput konjungtiva mata.
Sampel swab kemudian akan diperiksa melalui RT-PCR (reverse-transcriptase polymerase chain reaction) seperti halnya swab hidung dan tenggorokan. “Penelitian ini sangat penting untuk explor keilmuan, bukan hanya soal Covid-19, tetapi langkah strategis ke depan dalam penanggulangan ancaman kesehatan,” kata Tugas.
Kepala Sekretariat RSDC Wisma Atlet Kemayoran, RM Tjahja Nurrobi, menyatakan sebagai rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 dalam jumlah paling banyak di Indonesia, RSDC Wisma Atlet Kemayoran menjadi sumber data untuk berbagai penelitian tentang wabah penyakit ini.
Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada 70 riset tentang penanganan, pencegahan, dan manajemen penanggulangan
Covid-19 di rumah sakit itu. "Salah satu riset yang tengah dilakukan adalah mengidentifikasi COVID-19 dari pemeriksaan mata yang dilakukan dokter Rina,” kata Nurrobi.