Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Di Balik Warna Kembang Api

Kembang api memiliki sekring yang disulut untuk menyalakan mesiu.

2 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kembang api menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan saat perayaan malam pergantian tahun atau perayaan kemerdekaan suatu negara. Kembang api pertama kali digunakan pada zaman Cina kuno. Setelah itu berkembang, berevolusi secara signifikan, hingga memiliki berbagai warna, seperti dilansir Live Science, dua pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap kembang api modern terdiri atas cangkang udara, yang merupakan tabung berisi mesiu dan lusinan polong kecil. Setiap polong disebut bintang dan berukuran sekitar 3-4 sentimeter. Menurut American Chemical Society (ACA), kembang api terdiri atas bahan bakar, zat pengoksidasi, pengikat, dan garam logam atau oksida logam untuk warna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kembang api pertama atau petasan mesiu hanya berupa letusan sederhana. Tapi versi modern dapat membuat bentuk, banyak warna, dan berbagai suara letusan. Sebelum terjun ke dalam sejarah kembang api, penting untuk memahami cara kerja kembang api.

Kembang api memiliki sekring yang disulut untuk menyalakan mesiu. Setiap bintang membuat satu titik dalam ledakan kembang api. Ketika pewarna dipanaskan, atom mereka menyerap energi, kemudian menghasilkan cahaya karena kehilangan energi berlebih. Bahan kimia berbeda menghasilkan jumlah energi yang berbeda sekaligus menciptakan warna berbeda.

Misalnya, ketika natrium nitrat dipanaskan, elektron dalam atom natrium menyerap energi dan terjadi pembakaran. Ketika elektron turun dari ketinggian, mereka lantas melepaskan energi, sekitar 200 kilojoule per mol (satu unit pengukuran untuk zat kimia), atau energi cahaya kuning.

ACA juga menjelaskan warna-warna yang keluar dari kembang api. Warna biru menggunakan senyawa tembaga-klorida, merah menggunakan garam strontium, strontium karbonat, dan garam litium. Warna ungu dibuat dengan campuran senyawa tembaga penghasil biru dan senyawa strontium penghasil merah.

Adapun warna kuning jeruk dibuat dengan garam kalsium dan kalsium klorida, hijau dibuat dengan barium klorida dan senyawa barium lainnya.

Setelah kembang api dinyalakan, muatan pendorong mengangkatnya ke udara. Itu merupakan bubuk hitam peledak di ruang terbatas yang, ketika dinyalakan, menyebabkan peningkatan cepat panas dan gas yang dapat mengirim kembang api setinggi sekitar 300 meter ke udara.

Sementara itu, sekring waktu tunda terbakar perlahan ke bagian dalam kulit kembang api. Setelah sekitar 5 detik, saat cangkang melonjak di udara, sekring menyalakan muatan yang mencapai inti kembang api, meledak dan menyulut bintang-bintang yang mengandung garam logam. Kembang api pun tampil indah dan berwarna-warni.

Membuat kembang api bukan perkara mudah. Dibutuhkan perajin yang berpengalaman. Ini adalah proses yang kompleks. Terkadang kembang api tak meledak sesuai dengan harapan. Bisa jadi karena terlalu banyak bubuk hitam, bintang yang tidak selaras dengan benar, atau pemicu yang menyala terlalu cepat atau terlambat. Semua itu dapat menyebabkan kembang api tak meledak dengan sempurna.

MOH KHORY ALFARIZY | LIVE SCIENCE | AMERICAN CHEMICAL SOCIETY | FIRMAN ATMAKUSUMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus