SEJAK elektronik mikro mulai menyatakan kehadirannya secara komersial, Amerika Serikat dan Jepang tercatat sebagai dua negara utama yang mendominasi pasaran. Diperkirakan, menjelang 1985 nanti industri informasi yang dilandasi elektronika mikro bakal merupakan industri terbesar di dunia, dengan omset penjualan sekitar US$ 500 milyar/tahun. Di daratan Eropa, Prancis, Jerman Barat, dan Negeri Belanda ia memegang peranan penting. Inggris sedikit ketinggalan. Baru kini prosesor-mikro mulai benar-benar menyatakan kehadirannya di dunia industri Inggris. Apa faktor keterlambatan itu? Policy Study Institute (PSI) Inggris sampai merasa perlu melakukan survei yang cermat untuk menjawab pertanyaan di atas. Survei meliputi semua perusahaan manufaktur Inggris, termasuk yang mempekerjakan hanya 20 karyawan. Kini mulai terlihat, hampir separuh dari seluruh perusahaan Inggris menggunakan prosesor-mikro ke dalam produk mereka, atau ke dalam proses produksi mereka. Pada 1981, hanya tiga dari sepuluh pabrik yang menggunakannya. Penggunaan paling besar terdapat pada proses produksi, bukan dalam produknya sendiri. Mengapa? Karena aplikasi produk membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan proses aplikasi, yakni sekitar 25 bulan berbanding 15 bulan. Sebagian kecil elektronik mikro untuk aplikasi produk dapat dibeli begitu saja dari pasaran, sebagian harus didesain dan dibuat sendiri, bahkan ada yang pembuatannya harus disubkontrakkan kepada spesialis lain. Sebaliknya, para pemakai proses lebih mudah membeli kebutuhan mereka. Pada 1983, chips digunakan dalam lebih dari 100 produk - dua kali lebih banyak dari dua tahun sebelumnya. Namun, para pemakai produk di Inggris masih terbatas pada hanya tiga bidang: industri listrik (50%), rekayasa mesin (28%), dan kendaraan bermotor (14%). Sebaliknya, aplikasi proses lebih tersebar luas. Di balik semua hal itu, ada sesuatu yang menarik. Pemakaian microchips mendapatkan momentum amat cepat. Sekali sebuah perusahaan mulai menggunakannya, cepat sekali perusahaan itu merasakan faedahnya, dan segera melibatkan diri secara lebih intensif. Menggeser tenaga kerja? Ternyata, tidak demikian di Inggris. Sepanjang 1981 - 1983, masa resesi terberat, hanya 34.000 orang kehilangan pekerjaan karena microchips, atau sekitar 0,6% dari seluruh angkatan kerja di negeri itu. Sekitar 17% pemakai prosesor mikro kehilangan karyawan di 54.000 tempat pekerjaan, 13% menambah pekerjaan di 20.000 tempat, 69% perusahaan mengatakan bahwa prosesor mikro tidak memberi dampak terhadap tenaga kerja. Yang tinggal jadi soal: apakah hasil survei PSI itu mencerminkan keadaan sebenarnya. Belum pasti, memang. Diperkirakan, antara 1983 dan 1985 hanya 30.000 orang kehilangan pekerjaan. Ditinjau dari keseluruhan angkatan kerja Inggris, angka itu memang tidak besar. Ya, itu kalau kita hanya berbicara mengenai angka. M.T. Zen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini