Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Gunung Agung Erupsi Lagi, Sempat Tertidur Saat Gempa Lombok

Gunung Agung erupsi lagi, Kamis, 10 Januari 2019, pukul 19.55 WITA.

11 Januari 2019 | 11.34 WIB

Cahaya magma terlihat saat Gunung Agung menyemburkan abu vulkanis di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, Jumat dinihari, 29 Juni 2018. Abu vulkanis Gunung Agung terus menyebar mengikuti arah angin ke arah barat dan barat daya. REUTERS
Perbesar
Cahaya magma terlihat saat Gunung Agung menyemburkan abu vulkanis di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, Jumat dinihari, 29 Juni 2018. Abu vulkanis Gunung Agung terus menyebar mengikuti arah angin ke arah barat dan barat daya. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bandung - Gunung Agung erupsi lagi, Kamis, 10 Januari 2019, pukul 19.55 WITA. Erupsi yang terjadi semalam merupakan letusan kedua setelah pertama terjadi pada 30 Desember 2018. Sebelum itu, Gunung Agung sempat "tertidur" selama lima bulan selama berlangsungnya rangkaian gempa Lombok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Ini balik lagi ke fase erupsi Gunung Agung sebelum Gempa Lombok," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy K Syahbana, saat dihubungi, Kamis, 10 Januari 2019.

Menurut Devy, aktivitas erupsi Gunung Agung sempat terhenti bersamaan dengan munculnya rangkaian gempa Lombok yang dimulai 29 Juli 2018. Diduga gempa kuat Lombok berikut rangkaian gempa susulannya mengganggu aktivitas magmatik untuk erupsi. "Gas vulkanik tak bisa terakumulasi karena terkena goncangan gempa terus-menerus," ujarnya. "Untuk terjadi erupsi, harus ada akumulasi gas vulkanik di tubuh gunung."

Dia memperkirakan, fase erupsi Gunung Agung yang sempat terhenti berbulan-bulan itu akan kembali lagi seiring dengan mulai menurunnya aktivitas after-shock atau gempa susulan gempa Lombok. "Sekarang bisa terjadi akumulasi gas magmatik. Kalau sudah dalam kondisi tertentu sudah penuh, bisa erupsi," kata Devy.

Saat ini, aktivitas Gunung Agung masih di Level III atau Siaga. PVMBG melarang warga memasuki radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Warga yang beraktivitas di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga harus mewaspadai potensi ancaman bahaya aliran lahar hujan yang dapat terjadi saat hujan turun.

Devy mengatakan abu letusan mengarah ke arah sekitar barat, barat laut, dan utara gunung. Peralatan seismograf merekam erupsi dengan amplitudo maksimum 22 milimeter. Erupsi terjadi 4 menit 26 detik. "Daerah permukiman di barat, barat laut, utara yang kemungkinan terpapar abu. Masyarakat diimbau memakai masker. Yang paling penting agar tidak masuk ke dalam radius 4 kilometer," kata Devy.

Menurut Devy, erupsi Gunung Agung malam kemarin malam diperkirakan tidak mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali. "Bandara di Denpasar berada di arah selatan," kata dia.

Meski begitu, PVMBG tetap menerbitkan peringatan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) Oranye, agar aktivitas penerbangan di sekitar gunung berhati-hati. "Kalau terjadi erupsi pasti menghasilkan abu, jadi kita langsung keluarkan VONA orange," ujarnya.

Devy mengatakan, laporan pantauan satelit Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin, ketinggian abu letusan Gunung Agung menembus 2 ribu meter dihitung dari ketinggian puncak gunung tersebut atau 5.400 meter di atas permukaan laut.

Simak perkembangan terbaru seputar Gunung Agung erupsi hanya di kanal Tekno Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus