PENGUSAHA minuman kini tak perlu lagi bingung-bingung memikirkan kemasan yang tepat bagi produk mereka. Perusahaan gelas terbesar di Amerika Serikat, Owens-Illinois, menawarkan kemasan baru dengan biaya murah. Akibatnya, kemasan botol dari gelas, yang selama ini menyedot cukup banyak ongkos produksi, dan disyaratkan banyak perusahaan untuk dikembalikan, tak perlu lagi dilakukan. Selama ini, syarat pemulangan botol itu diberlakukan karena kemasan tersebut bisa dipergunakan kembali. Untuk pemasaran ke daerah terpencil tentu saja mereka tidak bisa mengharapkan botol-botol itu kembali. Sehingga, biaya produksi kemasan itu terpaksa dimasukkan ke dalam harga jual kepada konsumen di sana. Karena itu mereka lebih suka memakai kemasan kaleng (can) atau karton. Kini, perusahaan gelas Owens-Illinois menawarkan kemasan alternatif: one-way bottle (OWB) -- juga dikenal dengan nama non-refillable packaging atau non-deposit packaging. Kemasan baru ini persis seperti botol, tapi ketebalannya cuma 1 mm. Kemasan baru ini memang disiapkan untuk satu kali pemakaian saja. Setelah itu dibuang. Di Amerika, kemasan semacam ini sudah dikenal sejak 25 tahun lalu, dan terbuat dari kaleng. Pemakai pertamanya adalah kalangan industri bir. "Kata para penggemar bir, rasa bir dalam kaleng tidak seenak rasa bir dalam botol," ujar R. Rogers, manajer pemasaran Owens-Illinois, seusai memperkenalkan produk baru mereka di Jakarta, pekan lalu. Dengan bantuan teknologi dari Amerika dan Australia, Kangar Consolidated Industries (KCI) -- perusahaan patungan Owens-Illinois, Australian Consolidated Industries, dan perusahaan lokal -- merintis pembuatan dan pemasaran one-way bottle (OWB) di sini. Menurut Bastian Tito, manajer penjualan KCI, 90 persen bahan baku pembuatan OWB tidak perlu diimpor. Misalnya batu kapur (limestone) bisa didatangkan dari Sukabumi, pasir silika dari Belitung, beling (cullet) bisa diperoleh dari perusahaan pengumpul beling. Hanya soda abu yang perlu diimpor dari Kenya. Proses pembuatan OWB tak berbeda dengan pembuatan botol biasa. Bahan baku dicampur, lalu dilelehkan hingga suhu 1.300-1.500 derajat Celsius. Selama proses peleburan berlangsung, dimasukkan bahan pembantu, seperti sodium sulphate (untuk proses pembentukan), alumina (untuk penguatan fisik botol), slag (untuk proses peleburan), dan cobalt oksidasi (untuk pewarnaan). Setelah proses peleburan, campuran tadi dialirkan secara otomatis ke alat pembentuk. Hasil bentukan yang masih lembek ini kemudian dipindahkan ke cetakan terakhir, blow mould, untuk ditiup menjadi bentuk akhir. Dari sini cetakan tersebut dimasukkan ke dalam lehr pendingin. Dalam pembuatan OWB, jalur proses ini ditambah dengan pengerjaan pelapisan (coating). Pada pelapisan pertama -- sebelum lehr -- dipergunakan bahan zinc flouride. Sedang pada pelapisan berikutnya dipakai bahan valspex. Kendati demikian, Bastian Tito menghitung, "Ongkos pembuatan OWB lebih murah 25 persen ketimbang ongkos pembuatan botol biasa." Apa keuntungannya bagi pengusaha minuman? Baik Rogers maupun Tito sependapat bahwa bobot OWB jauh lebih ringan ketimbang botol biasa. Selain itu, haranya pun murah. Perusahaan Owens-Illinois menawarkan harga Rp 96 per satu OWB isi 300 ml kepada dua pabrik bir di sini, Bir Bintang dan San Miguel -- kurang dari separuh harga satu kaleng kosong berkapasitas 330 ml. Harga kemasan kaleng 330 ml di sini sekitar Rp 200 per buah. James R. Lapian, Laporan Mohamad Cholid (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini