DUNIA dan alam orang baik mempunyai corak dan organisasi. Contohnya: dunia keagamaan yang diatur Al Fiqh atau Canon Law. Gerak-gerik makhluk yang berniat baik diatur oleh sistem perlembagaan, yang diteliti dalam ilmu etika dan dibukukan dalam codex hukum. Apakah alam orang jahat juga mempunyai aturan dan organisasi? Yang dimaksudkan bukan organised crime dari mafia dan usaha out-laws, melainkan semacam civitas diaboli yang dilukiskan Augustinus sebagai lawan civitas Dei. Pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh ahli sejarah yang bisa mencari contoh dalam riwayat hidup umat manusia: Apakah setan kadang-kadang berhasil membuat suatu organisasi yang serupa universum symbolicum dari orang yang berniat baik? Dalam buku Firdaus Pembunuh diberikan contoh yang cukup mengerikan dari kode etik yang dibalikkan, sehingga di bawah jajahan Khmer Merah, hal yang baik dianggap jahat dan hal jahat dianggap baik. Anak dibunuh di muka ibunya, dan sang ibu harus mengucapkan terima kasih. Anak yang mengkhianati orangtuanya dipuji, dan anak yang merahasiakan sikap orangtua dihukum. Jujur ialah jahat, dan bohong ialah hal yang bagus. Kita belum tahu cukup tentang jajahan Pol Pot, sehingga suatu analisa civitas diaboli itu belum mungkin. Lain dengan jajahan Adolf Hitler: suatu babak dalam sejarah manusia yang rupanya sudah ditutup, diampuni, dan dilupakan. Sejarah adalah laboratorium eksperimen untuk studi tingkah laku manusia. Kalau lampu panggung padam, kita sekonyong-konyong ingat ada penerangan. Kalau dengan kaca mata Stratton ruang biasa dikembalikan, kita ingat ada ruang. Ikan ingat ada air kalau ikan mulai digoreng. Kehilangan sistem etika (aturan untuk hal baik dan pantas) baru nyata kalau setan naik tahta, dan terjadi Umwertung aller Werte, perubahan semua nilai yang biasanya berlaku. Adolf Hitler menulis: (Halder NCA VIII) Perang ini (lawan Rusia) bukan perang kesatria. Perang ini adalah perang ras dan ideologi, sehingga tidak ada rasa kasihan atau peri kemanusiaan. Para prajurit harus membuang norma-norma yang layak berlaku, meskipun perintah ini tidak akan masuk di akal para opsir, yang menuntut perintah itu dilakukan secara sempurna. Segala hal itu baru mulai mengesankan kalau perintah abstrak ini menjadi permulaan suatu organisasi raksasa dengan ribuan pegawai, dan fasilitas yang mutakhir yang bermaksud memperwujudkan perintah itu. Tanggal 7 Oktober 1939, Hitler mengangkat Himmler sebagai Reichskommisar dengan tugas meniadakan suku-suku asing (orang Yahudi, misalnya) dan menciptakan daerah permukiman untuk orang Jerman yang dimasukkan kembali ke dalam wawasan negara. Teori dan praxis ini diambil dari ilmu hewan, tempat ahli genetika mencoba membuat generasi murni dengan memelihara bibit baik dan memusnahkan bibit jelek. Bagi Hitler, yang baik ialah ras Arya, sedangkan bangsa Slavia atau Yahudi dianggap Untermenschen atau nonpersons. Membunuh puluhan juta orang bukan perkara kecil, dan membutuhkan suatu organisasi kerajinan yang tidak kalah dengan pembuatan mobil atau senjata. Organisasi yang dipakai Himmler ialah SS, yang ditugasi membuat kamp-kamp politik. Salah satu kamp adalah Buchenwald, yang dianggap kamp yang baik, karena dari 239 ribu orang hanya 34 ribu yang mati. Lain Auschwitz dan Treblinka. Auschwitz masih ada, dan banyak buku ditulis mengenai pabrik pembunuhan itu. Auschwitz diorganisasikan oleh Hoss, yang dapat tugas pada Juni 1941. Hoss mencari pengalaman di Treblinka, tempat, dalam waktu enam bulan, 80.000 orang dilikuidasikan. Yang dipakai di Treblinka ialah gas monoksida. Tapi menurut Hoss, metode itu kurang efisien. Yang dipakai di Auschwitz adalah Cyclon B, semacam prussic acid dalam bentuk kristal, yang dalam waktu tiga sampai lima belas menit dapat membunuh orang. Korban berduyun-duyun didorong ke kamar gas, dan pintu ditutup. Kalau petugas tidak lagi mendengar teriakan orang, pintu dibuka lagi, dan mayat-mayat dikerjakan. Gigi emas dikumpulkan, begitu juga cincin-cincin, dan kemudian dikirim ke bank negara untuk kas SS. Satu kamar gas bisa berisi dua ribu orang. Kemudian, fasilitas diperbaiki, sehingga ada laporan tiga ratus orang Yahudi dibunuh pada sebuah kamp dalam waktu 46 hari. Rambut, sepatu, pakaian, dan arloji dikumpulkan. Dan orang memikirkan: Apakah mayat tidak dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun? Kalau kuota yang dikirim melebihi kapasitas kamar gas, maka jalan yang sering dipakai ialah penembakan masal. Para korban ditembak di pinggir lubang, yang mereka gali sendiri. Di Teresienstadt, ada kamp khusus untuk anak-anak dengan metode pembunuhan sama. Tapi, sesuai dengan watak khas Jerman, terdapat pula tempat latihan musik dan suatu orkes yang baik. Sesudah perang, orang Yahudi menangkap Eichmann, dan ia diadili di Yerusalem. Eichmann menciptakan organisasi yang berhasil membunuh lima setengah juta orang Yahudi. Waktu diinterogasi, dia dengan bangga memberikan semua keterangan tentang corak aparatur dengan tenang dan penuh keyakinan, seperti seorang wiraswasta bangga memperlihatkan pabriknya. Yang boleh dipikirkan ialah strategi yang dipakai setan waktu mengorganisasikan civitas diaboll ini. Bangsa Jerman bukan sejumlah orang jahat dan gila. Kita boleh heran: bagaimana holocaust menjadi mungkin kalau hampir semua orang Jerman berniat baik, sopan, rajin, dan setia. Jawabannya terletak dalam penelitian watak Eichmann. Dia tidak tahan melihat mayat. Dia merasa kasihan terhadap orang yang menderita dan sakit. Dia seorang pegawai yang melakukan perintah kalau diberikan. Frederik Agung menciptakan Prusia sebagai negara prajurit dan pegawai. Befehl ist Befehl -- perintah adalah perintah. Yang berpikir ialah atasan. Para pegawai dan prajurit tidak usah berpikir, mereka hanya eksekutif yang memakai tangan, dan tidak memakai otak. Himmler adalah seorang ayah yang baik dan mencintai anaknya, padahal dalam sejarah modern tidak ada pembunuh yang dapat diperbandingkan dengan dia. Kerjakan tugasmu, dan jangan memikirkan apakah tugas itu sesuai atau tidak dengan norma. Kita, di Indonesia, harus waspada terhadap perkembangan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini