Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seekor hyena tutul ditemukan di Mesir setelah menghilang ribuan tahun. Hewan itu ditemukan jauh dari habitat aslinya di Gurun Sahara, yang terletak ratusan mil dari wilayah tempat spesies ini biasa hidup. Setelah memakan dua kambing, hyena tersebut dilacak dan dibunuh oleh penduduk setempat dengan truk pickup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hyena tutul atau Crocuta crocuta pernah hidup di wilayah yang kini disebut Mesir, tapi punah sekitar 5.000 tahun lalu akibat perubahan iklim yang mengubah lanskap menjadi lebih kering. Mesir yang dulunya memiliki ekosistem subur dengan banyak mamalia besar, termasuk gajah, jerapah, dan macan tutul, berubah menjadi Gurun Sahara karena proses aridifikasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebelumnya wilayah ini memiliki lanskap subur yang mirip dengan Afrika sub-Sahara, yang mendukung beragam mamalia besar,” kata Abdullah Nagy, penulis utama studi dan seorang ekologi satwa liar di Universitas Al-Azhar Mesir, dikutip dari Live Science, Selasa, 28 Januari 2025.
Penemuan hyena ini terjadi tahun lalu di Wadi Yahmib, yang terletak sekitar 30 kilometer dari perbatasan Sudan dan Mesir. Peneliti menduga hyena itu mengikuti mangsa yang memanfaatkan musim hujan di wilayah tersebut. Setelah membunuh dua kambing, hyena tersebut dilacak oleh penduduk setempat yang familiar dengan mamalia besar di daerah tersebut dan akhirnya dibunuh menggunakan truk pickup. “Hyena itu dilacak oleh penduduk setempat, ditemukan, dikejar, dan sengaja dihantam oleh truk pickup.”
Menurut Nagy, foto hyena yang telah mati mengejutkan dirinya. “Saya terkejut saat melihat foto-foto tersebut,” kata dia. Penelitian yang dipublikasikan pada 15 November 2024 di jurnal Mammalia ini juga menunjukkan bahwa perubahan lingkungan yang lebih baru, termasuk peningkatan curah hujan dalam lima tahun terakhir, mungkin telah memungkinkan hyena untuk kembali ke wilayah tersebut. Siklus cuaca regional yang meningkatkan pertumbuhan tanaman dapat menyediakan mangsa bagi hyena yang penasaran dan sedang bepergian.
Selain itu, rumah potong hewan yang ada di sekitar wilayah tersebut mungkin juga menarik hyena, yang dikenal sebagai karnivora serbaguna. Peneliti berspekulasi bahwa ketidakstabilan politik dan perang saudara di Sudan juga dapat berkontribusi pada peningkatan jumlah hyena tutul di kawasan tersebut, karena hyena dapat terlibat dalam antropofagi, yaitu memakan daging manusia, terutama dalam masa krisis.
“Hyena terlibat dalam antropofagi (memakan daging manusia) dan akan memangsa manusia yang lemah atau rentan, terutama pada masa krisis manusia,” kata penulis studi.
Adapun Hyena tutul biasanya hidup dalam kelompok sosial yang kompleks dan mampu berburu mangsa besar seperti anak badak, wildebeest, dan zebra. Namun, dalam kondisi kekurangan mangsa, hyena tutul juga dapat berburu sendirian.
Meskipun hyena yang ditemukan di Mesir ini mungkin berburu sendirian, peneliti juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada hyena lain yang ikut terlibat namun tidak terdeteksi. “Ketika mangsa tidak melimpah, hyena tutul berburu sendirian, tapi mungkin saja ada yang lain di sana yang tidak terdeteksi,” ucap Nagy.
Pilihan Editor: Benarkah Pagar Laut dari Bambu Punya Potensi Cegah Abrasi?