MASYARAKAT Inggeris geger. Dua pekan lalu terbetik berita,
bahwa seorang dokter bernama aneh, Strangelove (tentu saja
samaran) berhasil melakukan pembibitan buatan terhadap seorang
wanita. Anak yang lahir dari percobaan itu, Michael, kini telah
berumur dua tahun. Yang menghebohkan menurut AFP, adalah ibu
bayi itu, Helen. Bersama dua wanita lain, Julie dan Alison,
Helen hidup dalam satu rumah tangga lesbian, di mana Helen-lah
yang berfungsi sebagai isteri.
Ternyata, bayi Michael hanyalah satu di antara 10 bayi percobaan
yang dikandung dan dibesarkan oleh pasangan lesbian. Malah
perkawinan buatan itu sendiri - tak jelas sperma laki-laki mana
yang berhasil disuntikkan ke dalam liang rahim Helen adalah atas
anjuran organisasi lesbian Sappho. Organisasi ini punya anggota
di seluruh kepulauan Inggeris. Namanya berasal dari nama seorang
penyair wanita Yunani di abad ke-6, yang hidup di pulau Lesbos.
Banyak yang tak setuju dengan tindakan dokter itu yang nama
aslinya adalah David Sopller, 48 tahun seorang lelaki normal
dengan 4 anak. Jurubicara bidang pendidikan kabinet bayangan
Rhodes Boyson menyatakan, bahwa semua anak "wajib mempunyai ayah
dan ibu sesungguhnya jika mereka dilahirkan." Jadi ke]ahiran
anak dalam keluarga lesbian, tak dibenarkannya. Seorang psikolog
kenamaan memperingatkan, "janganlah mempersulit kehidupan
seorang anak di dunia sekarang yang sudah cukup rumit."
'Kan Bisa Tertukar
Kekacauan yang timbul ini, mirip seperti yang terjadi tiga tahun
lalu. Waktu itu terjadi kehebohan lantaran berita kelahiran tiga
"bayi tabung"--juga di Inggeris. Bagi ketiga anak manusia yang
lahir berkat pergumulan sel telur dan sperma di tabung percobaan
laboratorium Universitas Leeds, tak ada yang memasang iklan
sukacita. Malah ketiga ibu 'yang berbahagia' pun tak dapat yakin
100, apakah bayi itu betul berasal dari sel telurnya sendiri
yang kawin dengan sperma suaminya di laboratorium yang misterius
itu. Sebab siapa tahu, sel telur atau spermanya ada yang
tertukar?
Ketiga wanita itu hanya tahu, bahwa suatu hari dr Douglas Bevis
dan anak buahnya mencangkokkan blastocyte (embryo yang belum
terbagi-bagi fungsi sel sehlya) berumur seminggu ke dalam
dinding rahimnya. Habis itu, mereka tinggal menjalankan tugas
biasa yang lumrahnya dilakukan seorang wanita yang sedang
mengandung.
Kelahiran tiga manusia baru itu pun diliputi kabut rahasia. Demi
menjaga kerahasiaan identitas pasiennya. dr Bevis hanya
mengumumkan bahwa ketiga bayi itu telah lahir dengan selamat di
Eropa Barat. Satu di antaranya di Inggeris dan satu lagi di
Italia. Kapan persisnya tanggal lahir ketiga bayi tabung itu,
tak diceritakannya kepada teman-teman sejawatnya dari Ikatan
Dokter Inggeris (British Medical Association). Dia hanya
memberikan ancar-ancar: dalam 18 bulan berselang.
Sang Dokter Marah
Begitu tertarik pada rahasia di benak dokter spesialis kandungan
itu, koran Daily Mail menawarkan bonus sebesar 30 ribu
poundsterling (sekarang sekitar Rp 25 juta) asal dr Bevis mau
membocorkan nama dokter-dokter lain yang terlibat dalam
eksperimen itu. Plus nama wanita-wanita yang 'ditolongnya.'
Namun dr Bevis malah jadi berang. Tiga hari setelah pengumuman
suksesnya eksperimen itu, dia mengumumkan bahwa seluruh
percobaan berikutnya sudah dihentikannya. Seminggu kemudian,
Dewan Penelitian Kedokteran Inggeris menimpali dengan maklumat:
tak akan melayani permintaan subsidi bagi penelitian bayi
tabung.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa berita terakhir yang
pertama dilontarkan oleh harian sore Scoop di London
membangkitkan trauma yang dulu. Ditambah trauma baru: lelaki,
cukup menyetorkan bibitnya ke bank sperma, dan setiap wanita
yang berminat dapat memesan sperma yang dikehendakinya melalui
pembibitan buatan. Lantas, lembaga perkawinan yang direstui
gereja dan masyarakat mau dikemanakan?
Namun jika dilepaskan pandangan keagamaan, dari segi biologi ide
bank sperma dan 'rahim buatan' ada manfaatnya - dan juga bahaya.
Wanita yang subur tapi sulit mengandung, karena bumpetnya
saluran penghubung indung telur dengan rahim (saluran Fallopia),
dengan itu dapat ditolong. Cuma saja, walaupun suhu dan derajat
keasaman tabung reaksi sudah diatur menyerupai rahim sungguhan,
risiko cacad pada bayi karena kekurangan gizi tak dapat
dihindari 100%. Tapi sebaliknya, buat ibu-ibu yang gizinya
kurang baik atau penyakitan, mungkin rahim buatan itu dapat
mengimbangi kelemahan itu.
Para dokter juga tertarik melanjutkan eksperimen itu, karena
lebih mudah mengatur blastocyte dalam tabung ketimbang dalam
kandungan. Embryo yang baru berumur seminggu itu, sudah dapat
ditebak jenis kelarninnya. Jadi orang tua masih dapat memutuskan
untuk menerima atau menolak embryo yang 'tercetak' di tabung.
Keuntungan lain: pencangkokan sel-sel tambahan ke dalam
blastocyte itu akan menghasilkan chimaera (embryo blasteran)
yang diharapkan tak mewarisi penyakit turunan orangtuanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini