Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INSIDEN patah tulang panggul dapat menimpa siapa saja dan banyak pemicunya, entah terjatuh, mengalami kecelakaan atau cedera saat berolahraga, entah faktor usia. “Usia lanjut di Indonesia makin meningkat, juga kasus kecelakaan kendaraan bermotor. Permasalahan ini perlu penyelesaian,” kata Ika Kartika, peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengenai ide awal LIPI dalam riset pembuatan implan sendi panggul, 5 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menangani pasien patah tulang panggul, selama ini dipasangkan implan yang merupakan produk luar negeri. Selain harganya mahal, ukuran implan impor tak sama dengan tulang panggul orang Indonesia. Karena itu, harus ada proses fabrikasi lagi untuk menyesuaikan ukurannya. Biaya fabrikasi, operasi, dan harga produk bisa lebih dari Rp 80 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Ika, soal lain adalah desain yang mesti ergonomis. Implan lutut impor juga perlu disesuaikan dengan gerakan yang rutin dilakukan orang Indonesia. Karena sebagian besar orang Indonesia muslim dan berkewajiban menunaikan salat lima waktu, radius tekukan hasil desain implan perlu disesuaikan. Ika menambahkan, LIPI berharap bisa membantu menangani kasus patah tulang dengan biaya lebih murah sampai separuhnya.
Penelitian material implan di Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI dirintis sejak 2005. Namun riset implan sendi panggul baru dimulai pada 2018. Material implan sama dengan produk luar negeri, yaitu paduan titanium dan paduan kobalt. “Kami memilih material yang sudah ditentukan dan bisa bertahan tanpa ada keluhan. Artinya, biokompatibilitasnya teruji,” tuturnya. LIPI juga tetap melakukan riset dasar dan terapan, termasuk mencari material baru implan.
LIPI juga bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, untuk penelitian ini. Pada 3 Februari lalu, purwarupa awal implan sudah dicoba dipasangkan pada tiga mayat. Dari uji coba itu, Ika menjelaskan, ada beberapa evaluasi dari tim ortopedisnya, antara lain mengenai perlunya perbaikan bentuk dan ukuran. Ukuran harus mengacu pada periode umur dan jenis kelamin, misalnya periode umur 40-50 tahun dan 50-60 tahun, dua periode dengan ukuran tulang berbeda.
Menurut Ika, hasil evaluasi itu sedang ditindaklanjuti. LIPI kini sedang melengkapi data antropometri tulang orang-orang Indonesia. Dari hasil pemindaian di rumah sakit tersebut, diperoleh data tulang berdasarkan periode umur dan jenis kelamin di area yang dibutuhkan. “Targetnya, tahun ini kami sudah bisa mengolah data antropometri tulang tersebut untuk kemudian melahirkan desain implan tulang panggul. Dari desain baru, dibuat prototipe implannya,” ujarnya.
Dalam membuat purwarupa, peneliti juga harus memikirkan tampilan dan kualitas permukaannya. Permukaan purwarupa awal dinilai belum memuaskan. Peneliti akan membuat beberapa variasi permukaan. Tujuannya bukan untuk kebutuhan estetika, melainkan agar jaringan halusnya bisa cepat pulih dan bersatu dengan implan.
Untuk pembuatan implan permanen tulang panggul itu, ada sejumlah uji yang harus dilakukan, antara lain uji tribologi dan korosi. Uji tribologi bertujuan melihat pengaruh gesekan dan keausan material saat dipasang ketika pasien duduk, berjalan, atau berlari. Adapun uji korosi, saat masih berupa bahan baku, bertujuan melihat kestabilan implan dalam larutan elektrokimia pada darah. Setelah lolos uji, barulah implan siap diproduksi dan dipakai konsumen. Tentu saja dengan adanya izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Ika menambahkan, tahap pembuatan implan sendi panggul produksi dalam negeri ini cukup panjang. “Di luar negeri saja untuk menghasilkan hal seperti itu bisa bertahun-tahun.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo