Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Consumer Psychology menunjukkan bahwa memberikan hadiah terlambat tidak berdampak negatif sebesar yang dikhawatirkan oleh pemberi hadiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian ini dilakukan oleh Cory Haltman, mahasiswa doktoral bidang pemasaran di Fisher College of Business, Universitas Negeri Ohio, bersama Rebecca Reczek, profesor pemasaran di universitas yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi ini terdiri dari enam penelitian yang mengeksplorasi bagaimana orang memandang hadiah yang terlambat. Hasilnya menunjukkan bahwa penerima hadiah lebih memaafkan keterlambatan dibandingkan dengan kekhawatiran yang dirasakan oleh pemberi hadiah.
“Jangan ragu untuk mengirim hadiah terlambat, karena ternyata hal ini tidak terlalu mengganggu sebagian besar orang seperti yang dikhawatirkan pemberi hadiah,” ujar Haltman, seperti dikutip dari Earth.com, Kamis, 12 Desember 2024.
Penelitian ini juga menemukan perbedaan pandangan antara pemberi dan penerima hadiah. Dalam salah satu eksperimen, mahasiswa diminta membayangkan memberi atau menerima hadiah ulang tahun yang tiba tepat waktu atau terlambat dua minggu. Pemberi hadiah merasa keterlambatan dapat merusak hubungan lebih dari yang dirasakan oleh penerima.
“Salah satu fungsi sosial utama pemberian hadiah adalah untuk menunjukkan kepedulian terhadap penerima, sehingga wajar jika orang takut hubungan mereka terganggu jika memberikan hadiah terlambat,” kata Reczek. Namun, penerima tidak menganggap hadiah terlambat sebagai tanda kurang perhatian. “Mereka lebih memaafkan daripada yang dipikirkan pemberi hadiah,” tutur Haltman.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usaha lebih penting daripada ketepatan waktu. Partisipan merasa lebih senang dengan hadiah terlambat jika mereka memberikan usaha ekstra, misalnya dengan membuat hadiah lebih personal. “Orang merasa bahwa jika mereka memberikan usaha ekstra untuk hadiah itu, membuatnya lebih personal, hal itu dapat menebus keterlambatannya,” ujar Reczek.
Namun, penelitian ini juga menemukan batas toleransi. Semakin lama keterlambatan hadiah, semakin besar dampak negatif yang dirasakan, meskipun penerima tetap menganggapnya lebih ringan dibandingkan yang dikhawatirkan pemberi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa memberikan hadiah terlambat lebih baik daripada tidak memberikan hadiah sama sekali. “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali dalam hal pemberian hadiah,” ujar Haltman.
Lebih lanjut, studi ini menunjukkan bahwa dalam pemberian hadiah, yang dinilai penting bukan besarnya hadiah, tapi niat di baliknya. Hadiah yang dipilih dengan baik, baik tepat waktu maupun terlambat, dapat menunjukkan perhatian dan memperkuat hubungan. “Jadi, fokuslah pada makna di balik hadiah itu daripada terlalu memikirkan waktunya. Pastikan saja tetap memberikan hadiah.”