Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Inovasi

29 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film Organik Multilapisan

PARA ilmuwan di Universitas Illinois menorehkan kesuksesan di bidang ilmu kimia. Mereka berhasil menciptakan film organik ultratipis yang dapat ditumpuk dan "dihapus" oleh stimulus dari luar (lingkungan). Lapisan polimer multilapis yang dapat dipakai ulang ini kelak diharapkan dapat diaplikasikan di pelbagai bidang, dari kedokteran sampai ilmu tentang materi.

"Kami memang merancang khusus bahan tersebut supaya bila ditempatkan di lingkungan yang diinginkan, dia akan siap melarutkan dan melepaskan agen-agen seperti obat-obatan," ujar Steve Granick, profesor ilmu materi di Universitas Illinois dan periset Frederick Seitz Materials Research Laboratory di kampus yang sama.

Untuk membuat materi itu mudah dihapus, Granick dan rekannya, Svetlana Sukhishvili, harus menyusun lapisan demi lapisan film yang sangat tipis dari campuran bahan asam polimer dan kristal germanium. Film tersebut juga dapat diendapkan pada bahan lain seperti kaca, mika, atau Teflon. Pelbagai materi asing pun dapat ditambahkan ke lapisan begitu terbentuk. Setelah susunan terbentuk, ilmuwan dapat "menanamkan" pelbagai bahan ke dalamnya.

Adapun mekanisme pelepasan bahan yang ditanamkan di dalam film itu terjadi manakala dia dipapari kondisi lingkungan yang sesuai, Granick menjelaskan. Obat, misalnya, dapat dilepaskan di dalam perut pasien atau di bagian tubuh yang terluka, sesuai dengan kondisi keasaman yang dibutuhkan. Kendati riset itu masih jauh dari penerapan praktis, Granick berharap konsepnya dapat terus disempurnakan.

Membaca Ulang Risalah Archimedes

FISIKAWAN Archimedes sudah lama meninggal dunia, tapi karya-karyanya tetap mendunia sampai sekarang. Salah satu di antara karyanya bertajuk On Floating Bodies, sebuah risalah berisi 174 halaman. Karya yang ditulis dalam bahasa Yunani ini dipahat di atas gulungan kulit binatang pada abad ke-3 sebelum Masehi, dan ditulis ulang oleh para ahli fisika tempo dulu pada abad ke-10 Masehi.

Karya itu terhapus sekitar 200 tahun kemudian. Seorang biarawan memahat ulang gulungan kulit hewan itu dan memakainya sebagai buku doa. Maklum, pada abad ke-12, kulit hewan sangat langka dan mahal.

Kini ada peluang menampilkan kembali risalah Archimedes yang terhapus itu. Dua tim ilmuwan dari Universitas Johns Hopkins dan Institut Teknologi Rochester berhasil melakukan percobaan membaca ulang teks berusia tua itu. Mereka memakai kamera digital dan teknik pemrosesan data modern, serta penyaring ultraungu dan inframerah yang biasa dipakai pada riset kedokteran dan luar angkasa.

Tim dari Universitas Johns Hopkins memanfaatkan apa yang disebut hyper-spectral imaging. Ini teknik baru untuk memperbaiki gambar-gambar yang terdapat pada teks Yunani kuno itu yang telah memudar dimakan usia, dengan cara membombardir bagian yang hendak dibaca dengan sinar ultraungu sehingga berpendar dan terlihat jelas kembali.

"Ini teknologi masa depan khusus untuk dokumen sejarah dan budaya yang bernilai tinggi," tutur William Christens-Barry, fisikawan dari Hopkins School of Medicine, kepada kantor berita Associated Press dua pekan silam. Para ilmuwan berharap dapat menyelesaikan semua halaman risalah pada September tahun depan.

Hubungan Mata dengan Telinga

PARA ilmuwan di San Diego School of Medicine Universitas California membuktikan bahwa indra pendengaran dan indra penglihatan ternyata berhubungan jauh lebih erat ketimbang yang diperkirakan orang selama ini.

"Kami berhasil membuktikan apa yang orang dengar berpengaruh secara signifikan terhadap apa yang mereka lihat," ujar John McDonald, ketua riset itu, kepada kantor berita Reuters dua pekan silam.

Menurut riset mereka, orang dapat melihat suatu obyek dengan lebih jelas kalau benda tersebut mengeluarkan suara. Kesimpulan tersebut, seperti yang dimuat di jurnal ilmiah Nature, diperoleh para ilmuwan setelah mereka melakukan tes "lihat dan dengar" pada 33 relawan. Dalam tes tersebut, para relawan disuruh menunjukkan lampu mana yang menyala, setelah terdengar suatu bunyi. Adapun sinar dan suara itu ditampilkan baik dari sudut yang sama maupun berbeda. Ketika sinar dan suara datang dari arah yang sama, ternyata relawan mampu menunjuk sinar mana yang menyala secara tepat.

Temuan itu sebetulnya tak baru-baru amat. Selama ini para ilmuwan memang telah mengetahui bahwa otak mengolah informasi dari pelbagai stimulus dengan menyaring data-data yang tak diperlukan. Namun, riset yang dilakukan oleh McDonald dan koleganya ini tetap penting karena menunjukkan bagaimana otak memanfaatkan salah satu indranya untuk mendukung indra yang lain. Hasil itu juga menjadi langkah awal bagi penelitian hubungan otak dengan kondisi-kondisi abnormal, misalnya penyakit semacam attention deficit disorder.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum