SAAT ini Patallacta di lereng Pegunungan Andes, wilayah selatan
Peru, tak lagi punya arti. Hanya belasan keluarga miskin dengan
susah payah bercocok tanam di tanah kurus, gersang dan berdebu
iN. Bahkan selama musim panas hampir tak ada yang mau tumbuh.
Padahal 5 abad lalu Patallacta pernah jaya. Waktu itu kota di
lereng lembah Sungai Cusichaca merupakan salah satu pusat
penting dalam kerajaan Inca yang makmur -- mampu memberikan
kehidupan yang layak bagi sekitar 5000 Jiwa.
Patallacta dulu terletak di jalan raya berlapis batu, yang
melingkar-lingkar sepanjang 8000 km menembus Pegunungan Andes.
Jalan ini bagian dari jaringan lalu lintas yang menghubungkan
Ibukota Cuzco dengan semua pelosok di kerajaan bangsa Indian
itu. Agaknya Patallacta, pada ketinggian 2.500 m, merupakan '
tempat persinggahan bagi orang Inca yang dalam perjalanan dari
Cuzco menuju Manchu Picchu," ujar Ann Kendall, arkeolog bangsa
Inggris.
Cuzco -- yang dalam bahasa Indian Guechua berarti "pusar" --
sekitar 80 km ke arah tenggara dari Patallacta, ialah ibukota
Kerajaan Inca waktu itu. Ke arah barat daya dari Patallacta, di
balik punggung bukit, terleuk Machu Picchu, sebuah kota Inca
lain yang penting. Di areal seluas 13 kmÿFD terdapat benteng, kuil
dan berbagai bangunan lainnya -- semuanya dikelilingi kebun
bersusun teras. Kota kuno ini baru ditemukan tahun 1911 oleh
Hiram Bingham dari Universitas Yale. Kendall sudah selama 13
tahun menjelajahi pusat arkeologi tersohor itu. Daerah bekas
Kerajaan Inca itu Menurut Kendall, "terindah di dunia."
Ia yakin daerah itu punya potensi dalam bentuk jaringan saluran
irigasi, peninggalan zaman Inca, yang membelah lereng
pegunungan,itu di mana-mana. Memang jaringan itt sudah hancur
dan tertimbun tanah dan semak belukar. Tapi, menurut Kendall,
jaringan irigasi kuno itu bisa dimanfaatkan kembali. Azasnya:
menerapkari informasi zaman lampau bagi kegunaar praktis masa
kini untuk meningkatkan ekonomi.
Selama empat kali musim panas sudah, Kendall--dibantu sekelompok
sukarelawan berbagai bangsa--sibuk memugar kembali saluran
irigasi bekas Kerajaan Inca itu. Pek'erjaan itu meliputi
penyingkiran tanah, tumbuhan dan sampah daun, perbaikan susunan
batu saluran dan pembangunan kembali bagian dinding waduk yang
runtuh. Selalu diusahakan mempertahankan teknik Inca asli,
antara lain menyusun batu unpa perekat. Hanya bila sangat perlu
dipergunakan sedikit adukan semen atau lapisan plastik.
Untuk proyek itu Kendall memperoleh sumbangan sukarela berbagai
pihak. Meski dana sangat terbatas, ia yakin investasi kerja yang
tak pula banyak itu bakal menghasilkan keuntungan yang cukup
berarti. "Bukan maksud saya mengajukan proyek ini sebagai .
usaha pemugaran kembali peradaban-Inca," kata Kendall. "Tapi ini
memungkinkan lahan pertanian kembali jadi subur dengan metoda
yang dipergunakan bangsa Inca zaman dulu." Bahkan metoda itu
mungkin juga bisa diterapkan di tempat lain yang kondisinya
mirip dengan Patallacta.
Sampai saat ini upayanya sudah membuahkan hasil. Sekitar 30 ha
lahan gersang sudah bisa dialiri oleh sebagian saluran itu.
Hasil kecil itu sudah mulai berarti bagi para petani di daerah
itu. Bahkan salah seorang petani minta pinjaman US$ 400 (Rp 254
ribu) untuk membayar sejumlah pekerja yang memperbaiki saluran
dekat ladangnya. Kendall dengan senang memenuhi permintaan itu.
"Permintaannya itu merupakan bukti gagasan ini punya arti,"
katanya gembira.
Pemerintah Peru juga menyambut baik gagasan Kendall itu. Awal
tahun ini, ia menjadi wanita asing pertama yang menerima bintang
jasa, sebagai penghargaan atas upayanya itu. Namun di antara
para arkeolog, upayanya itu sempat menimbulkan kontroversi.
Sebagian ahli itu berpendapat pemugaran saluran irigasi itu
mungkin mengganggu banyak peninggalan lain. Tapi Luis Valcarlel,
seorang peneliti utama arkeologi Inca, tidak sependapat.
"Proyeknya itu sangat terpuji," kata Valcarlel. "Ia tidak hanya
berusaha menyusun sebuah katalogus benda purbakala, melainkan ia
mencoba memugarnya pada kondisi asal."
Jangan Mencuri
Jaringan irigasi bikinan Inca itu menyalurkan air dari sungai es
di puncak Pegunungan Andes. Salurannya dirancang berkelok-kelok
agar air -- dalam perjalanan ke bawah--mencukupi bagi lahan yang
diteras, tanpa membanjirinya atau meluap keluar. Sepanjang tahun
regu pemeliharaan bangsa Inca harus bekerja agar saluran itu
tidak tersumbat oleh endapan. Kerja keras memang salah satu asas
bangsa Inca itu yang terungkap dalam sambutan pada setiap
upacara: Manan sua, manan lluclla, manan quella yang
berarti"Janganlah mencuri, janganlah membunuh, janganlah
bermalas-malas."
Sistem kerja dan jaringan itu ternyata demikian baik hingga bisa
mendukung suatu peradaban di abad ke-16 itu yang ditaksir
mencakup sekitar 12 juta penduduk. Bahkan Hernando de Soto yang
membantu Fransisco Pizarro menaklukkan Kerajaan Inca itu di
tahun 1533, terpaksa mengakui: "Tak pernah diketahui ada
kelaparan di wilayah kekuasaan Inca itu. "Tapi justru penaklukan
dan penjajahan oleh Spanyol kemudian melenyapkan kemakmuran itu.
Pengerahan massal tenaga pertanian ke dalam pertambangan emas
dan perak menelantarkan lahan pertanian, dan tentunya juga
jaringan saluran irigasi.
"Banyak yang masih bisa dipelajari Peru masa kini dari zaman
itu," kata Valcerlel: Menurut dia, orang Inca itu punya
kesadaran yang dalam sekali akan ketergantungan mereka pada
Mama-Pacha, ibu pertiwi mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini