Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TERINSPIRASI artikel dari sebuah jurnal ilmiah yang terbit di Amerika Serikat tentang alat pendeteksi kantuk pada masinis kereta, Muhammad Nur Azis dan kawan-kawannya membuat jaket antikantuk. Mereka mempersembahkan temuan ini untuk pengendara sepeda motor. "Kecelakaan lalu lintas pada pengendara motor acap kali terjadi karena mengantuk," kata Nur, Rabu pekan lalu.
Nur, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya, Malang, menggagas temuan ini sejak akhir 2014. Dia mengajak empat teman sekampus: Ahmad Fauzi, Azis Yasir Naufal, Novita Qurrota Aini, dan Nardo Gulan. Ahmad dan Yasir dari Jurusan Teknik Mesin, Novita dari Jurusan Kedokteran, serta Nardo dari Jurusan Teknik Elektro.
Karena tak punya dana untuk penelitian, mereka lalu menyusun proposal dan mengajukannya ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada Juni 2015. Dari Dirjen Pendidikan Tinggi, mereka mendapatkan dana penelitian Rp 6 juta.
Mereka merancang jaket ini selama tiga bulan. Bahan dan komponen yang tak ditemukan di Malang mereka beli secara online. Tapi merangkai jaket antikantuk bukan perkara mudah. Beberapa kali rangkaian elektronik yang sudah mereka susun rusak karena korsleting listrik.
"Kami juga pernah mengubah rancangan," ujar Nur. Mulanya jaket mereka rancang memanfaatkan daya dari suhu panas tubuh pengguna. Tapi ternyata dayanya tidak cukup kuat. "Kami akhirnya menggunakan power bank 5.000 miliampere."
Berkali-kali gagal, pada Oktober tahun lalu jaket yang mereka beri nama Smart Electric Jacket for Safety and Relaxation (Sejsar) akhirnya jadi juga. "Sudah kami uji coba ke sejumlah mahasiswa, hasilnya memuaskan dan aman buat kesehatan," kata Novita.
Cara kerja jaket pengusir kantuk ini sederhana. Ada alat sensor denyut nadi dipasang di ujung jari telunjuk kiri, terhubung dengan mikrokontroler di jaket. Jika pengemudi mengantuk, detak nadinya akan turun hingga kurang dari 60 denyut per menit. Kemudian sensor akan mengirim sinyal ke mikrokontroler. Seketika alarm berbunyi dan elektroda yang menempel di punggung akan mengeluarkan kejut listrik sebesar 36 miliampere, cukup untuk menyadarkan pengemudi dari kantuk.
Jaket ini sudah mereka pamerkan pada pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2015 di Kendari. Menurut Novita, Sejsar akan mereka sempurnakan dengan sensor saturasi oksigen, sehingga nanti jaket ini memiliki dua sensor pendeteksi kantuk "Orang yang mengantuk biasanya kadar oksigen dalam tubuh kurang dari 90 persen," ujar Novita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo