Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Jatiluhur memandu endeavor

Stasiun bumi jatiluhur milik pt indosat mendapat tugas mempertemukan pesawat angkasa endeavor dan satelit intelsat vi yang pernah hilang. endeavor akan mereparasi satelit tersebut di angkasa.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSIAPAN penerbangan perdana Endeavor, pesawat ulang-alik mutakhir Amerika, bergema sampai ke Jatiluhur, Jawa Barat. Rupanya salah satu misi peluncuran Endeavor awal bulan depan ialah menyelamatkan satelit Intelsat VI (F3), yang selama ini gentayangan di angkasa. Stasiun bumi Jatiluhur milik PT Indosat ini kebagian tugas ikut menggiring satelit yang salah orbit itu agar dapat digaet Endeavor. Ikhtiar penangkapan satelit Intelsat VI ini menurut rencana akan dilakukan 4 Mei mendatang. Misi itu, menurut A. Rivai, General Manager Operasi Teknik Indosat, cukup istimewa. "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dua wahana angkasa saling bermanuver untuk bisa kencan di satu tempat," ujar Rivai, sarjana elektro lulusan ITB 1975 itu. Posisi satelit IS 603, nama lain Intelsat VI, kini pada orbit setinggi 550 km. Padahal, pesawat ulang-alik semacam Endeavor itu hanya dirancang untuk mengembara sampai ketinggian 400 km. "Posisi satelit itu terlalu tinggi untuk dijangkau Endeavor," tutur Rivai. Maka, diambil jalan tengah. Kedua belah bermanuver, Endeavor dipaksa naik dan IS 603 digiring turun. Kondisi satelit IS 603 itu berbeda dengan Palapa B2. Setelah gagal diluncurkan dengan pesawat ulang-alik Chalengger Februari 1984, konon gara-gara roket pendorongnya ngadat, Palapa B2 gentayangan pada orbit sekitar 360 km di atas bumi. Maka, pada saat pesawat Discovery diberi tugas memboyongnya, Palapa B2 tak perlu bermanuver. B2 bisa digaet turun, diperbaiki, lalu diluncurkan lagi sebagai B2R pada pertengahan April 1990. Tugas Edeavor tak sama dengan Discovery. Awak Endeavor ditugasi untuk mereparasi satelit itu di angkasa, antara lain memasang motor baru agar IS 603 bisa melanjutkan perjalanan ke orbit geostasioner, 36 ribu km dari muka bumi. Peluncuran kembali dilakukan dari geladak Endeavor. Satelit IS 603 ini milik Intelsat, koperasi dunia yang menyediakan sarana transmisi satelit internasional. Intelsat kini mempunyai 15 satelit, 4 buah di atas Samudera India, 4 di atas Samudera Pasifik, dan 7 buah lainnya di atas Samudera Atlantik. Sedianya satelit IS 603, yang harganya US$ 150 juta, sekitar Rp 300 milyar, harus menempati posnya di atas Pasifik. Namun, peluncuran dengan roket Titan dari Cape Canaveral di Florida, 14 Maret 1990, itu gagal mencapai tujuan. Roket peluncur raksasa bersusun dua itu bertingkah. Roket pertama menyala dan lepas secara otomatis. Roket keduanya pun menyala habis, tapi tak mau lepas. Alhasil, rute penerbangan satelit kacau balau. Kalau tak ada gangguan, mestinya roket Titan dua susun itu membawa IS 603 sampai pada titik orbit rendah, LEO (Low Earth Orbit). Di situ, roket Titan sama sekali lepas. Untuk naik ke orbit yang lebih tinggi, satelit ini memakai motor pendorong PKM (Perigee Kick Motor). PKM ini akan mendorong satelit sampai pada titik di dekat orbit geostasioner. Sampai di situ usai tugas PKM, lalu lepas. Tugas berikutnya dilanjutkan oleh LAM (Liquid Apogee Motor). Namun gara-gara roket Titan tahap dua tak mau lepas, maka motor PKM pun tak bisa bekerja. "Akhirnya roket PKM itu dikorbankan," ujar Susatyo Adiwibowo, 26 tahun, tenaga ahli Stasiun Bumi Jatilihur. Akibatnya, satelit ini kehilangan sumber tenaga untuk naik orbit. "Kalau tak dilepas, satelit itu lambat laun akan jatuh," tambahnya. Setelah gagal mengorbit, satelit itu sempat menghilang. Semua stasiun bumi jenis TTC & M (Tracking, Telemetry, and Monitoring), seperti yang di Jatiluhur, Perth (Australia), Paumalu (Hawai), dan Raisting (Jerman) dikerahkan untuk melacaknya. Pengomandonya adalah stasiun induk Intelsat di Washington. "Ketika itu kami sempat begadang dua hari dua malam," tutur Susatyo. Ikhtiar Susatyo dan kawankawannya tak sia-sia. "Stasiun Jatiluhur yang pertama kali membuat command ke IS 603," ujar sarjana elektro ITS Surabaya, yang lulus pada umur 21 tahun itu. Sesuai dengan program stasiun induk Intelsat, stasiun Jatiluhur mengirim perintah agar motor PKM dilepaskan. Setelah motor PKM dan sisa roket lepas, baru motor LAM dinyalakan. Tujuannya, untuk membawa satelit itu ke orbit yang lebih tinggi, 550 km dari muka bumi. Ini dimaksudkan untuk menghindari kontak dengan atmosfir yang dapat melemahkan satelit itu. Selama dua tahun melayanglayang di orbit rendah, dan memutari bumi enam kali sehari, kata Susatyo, kondisi satelit itu fit. Kondisi sel surya dan baterai-baterainya, sebagai sumber tenaga, masih bagus. Begitu pula perangkat elektroniknya. "Satelit itu masih dalam kondisi sempurna," kata Susatyo. Memang sebagian bahan bakar motor LAMnya sempat terpakai. Namun, menurut Rivai, sisa yang tersedia masih cukup banyak untuk menuntaskan tugasnya. Para ahli di Jatiluhur, yang mendapat tugas menolong awak Endeavor mereparasi dan meluncurkan kembali IS 603, optimistis bakal berhasil. Satelit itu masih bisa menghabiskan usianya yang 10 tahun. Endeavor akan menggarap satelit besar (1,8 ton) Intelsat VI bisa melayani 120.000 percakapan telepon sekaligus plus 3 saluran TV selama 4-5 jam. Awak Endeavor akan mengganti motor PKM-nya. Dengan PKM baru itu, satelit bakal menuju ke titik GTO (geostasionary transfer orbit), dan dengan motor LAM dia bakal mencapai orbit geostasionernya. Keseluruhan proses perlu waktu waktu 29 hari. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus