Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Media pemerintah kini kompetitif

Media elektronik pemerintah harus bersaing dengan swasta.Produa FM RRI menyiarkan programa lalu lintas dan mengubah gaya siaran. materi siaran berita nasional TVRI lebih berbobot.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RADIO sekarang ini tidak lagi hanya didengarkan pada waktu santai di rumah. Banyak pendengar mengikuti siaran radio di mobil -- di rumah malah tidak. Kebiasaan ini muncul karena hampir semua mobil pribadi kini dilengkapi radio. Ketika lalu lintas macet, radio mobil sangat berfungsi menghilangkan stres. Stasiun-stasiun radio yang bersaing dalam merebut pendengar sadar betul potensi para pendengar di mobil ini. Karena itu, bermunculan program yang khusus dirancang untuk para pendengar di mobil. Acara ini umumnya ditayangkan pada jam-jam ketika para pendengar berangkat dan pulang dari kantor. Salah satu program khusus pendengar mobil itu adalah siaran monitoring kemacetan lalu lintas, khususnya di Jakarta. Melalui program ini pengemudi mobil dapat mengetahui jalan-jalan mana saja yang macet, lalu menghindar. Salah satu stasiun radio yang sukses menyiarkan acara monitoring lalu lintas itu adalah Produa FM RRI di gelombang 105,1. Acara tinjauan lalu lintas di Jakarta ini telah membuat radio ini menjadi sangat populer di kalangan pengemudi mobil. Padahal, Produa masih dalam taraf uji coba. "Anda akan menghadapi kesulitan di jalan bila tak mendengar Produa," kata Putu seorang pendengar Produa FM yang fanatik. Tidak salah, RRI di belakang Produa FM, memang singkatan Radio Republik Indonesia, radio pemerintah. Tujuan menyiarkan programa lalu lintas juga untuk menggaet pendengar dalam bersaing dengan stasiun radio lain. Kedengarannya memang tidak biasa untuk sebuah radio pemerintah. Produa FM RRI memang berbeda dari induknya RRI. Gaya siarannya seperti radio swasta lain. Tutur bicara penyiarnya santai dan akrab, lagu-lagu yang diputar trendy, tak kalah dengan gaya radio-radio populer lainnya. Untuk penampilan yang berbeda itu, RRI menjalin kerja sama dengan PT Hasmuda Internusa. Selain menangani iklan dan pemasarannya, mitra kerja ini juga campur tangan dalam urusan siaran. Untuk meluweskan gaya penyiaran, Hasmuda menurunkan lima orang penyiar. Sementara itu, hanya empat orang penyiar RRI yang diterjunkan ke sini. Seperti kebanyakan radio swasta lain, sebagian besar program Produa FM berisi hiburan. Untuk menetapkan kebijakan dasar siaran Hasmuda membuat riset, mencari segmen pendengar mana yang dianggap potensial. Keputusannya, Produa FM ditujukan untuk kelompok menengah ke atas. Sasaran lebih khusus: bukan kalangan muda saja, juga kelompok usia yang lebih tua. "Karena itu meski ngetrend Produa tak akan menyiarkan lagu-lagu heavy metal, yang jelas tak bisa diterima telinga orang tua, " kata Kepala Stasiun RRI, R. Baskara. Adalah tugas Hasmuda untuk mencari koleksi lagu-lagu terbaru yang sedang menjadi hits di dunia. Maka, terdengarlah dari radio ini lagu-lagu top dunia seperti Tears in Heavenya Eric Clapton atau lagu disko penyanyi hitam manis Shanice, I love Your Smile. Tujuan hiburan ngepop itu tak lain untuk mendongkrak rate pendengar radio berkekuatan 10 kilowatt ini. Angka ini akan menentukan pemasang iklan. Hasilnya sudah segera terlihat. Dalam bulan April lalu, Produa FM sudah berhasil menjaring iklan separuh dari targetnya. Produa FM menargetkan dengan iklan 15 persen dari 20 jam siarannya dapat dijamin keuntungan dan biaya untuk meningkatkan mutu siaran. Baskara optimistis dapat mengalahkan popularitas radio-radio swasta. "Kalau kami diberi kesempatan, kami bisa bersaing dengan radio swasta," katanya. Media elektronik pemerintah mau tak mau harus berbenah. Pada masa kini semakin banyak bermunculan media elektronik swasta. Bahkan, di sektor televisi media pemerintah tidak sendirian lagi. TVRI juga sadar. Karena itu, seperti RRI, TVRI memoles diri. Coba tengok siaran Berita Nasional beberapa pekan ini. Penyiarannya pada setiap jam tujuh malam mempunyai wajah baru. Materi siaran ini selain lebih berbobot, juga disiarkan langsung dari stasiun-stasiun daerah. "Ini segi positif kompetisi. Saya melihat RCTI maju karena ditangani dengan baik. Ini membuat kami termotivasi, " kata Direktur TVRI, Ishadi. Maka, untuk membuat siaran beritanya TVRI sekarang menerapkan seleksi ketat. Ada kecenderungan menghindari berita seremonial. Reporter, menurut Ishadi, juga dituntut untuk melakukan wawancara untuk menggantikan cuplikan pidato. "Sekarang kalau ada event besar, tetapi tidak diliput, kami menganggapnya kecolongan," kata Ishadi lagi. Misalnya, awak stasiun Semarang pernah ditegur karena tak menyiarkan berita meledaknya tangki amoniak di Pemalang. Maka, untuk memburu Sidang anggota GPK (Gerakan Pengacau Keamanan) di Lhokseumawe dua pekan lalu, TVRI tak segan menyewa helikopter. Hasil liputannya, suasana Aceh, yang segera ditayangkan malam harinya, dipancarkan langsung dari Banda Aceh. "Ini benar-benar satu kesempatan buat daerah," ujar Eddy Ismoyo, Kepala Sub-Seksi Pemberitaan TVRI Surabaya. Beberapa berita dari Surabaya memang cukup menggigit. Misalnya, berita tentang BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh) dilengkapi kondisi tembakau di Jawa Timur. Namun, karena di TVRI tidak diperbolehkan menyiarkan iklan, peningkatan mutu siaran langsung berhadapan dengan masalah dana. Kepala Stasiun TVRI Yogyakarta, Suryanto mengeluh bahwa pola baru berita TVRI itu mengharuskan 60% berita layak siar tingkat nasional. Sementara itu biayanya harus ditanggung sendiri. "Kami kerepotan menanggung biaya ini," katanya. G.Sugrahetty Dyan K., R. Fadjri, dan Putu Fajar Arcana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus