Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Jenis Itu Masih Disangsikan

Atas jatuhnya pesawat DC-10 di Chicago dan tempat lain, FAA mengeluarkan instruksi pemeriksaan semua pesawat DC-10. Mc.Donnel Douglas diusut pemerintah AS & harus menghadapi tuntutan keluarga korban.(tek)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LANGIT sore waktu itu biru cerah. Danny Niemann, 25 tahun, seorang montir mobil, menghentikan pekerjaannya sebentar untuk memperhatikan sebuah DC-10 berwarna perak, merah dan biru, tinggal landas. Pelabuhan udara internasional O'Hare dekat Chicago, berjarak hanya 2 mil dari bengkel mobil Niemann. Dengan lebih 740.000 pesawat mendarat dan tinggal landas dalam setahun, O'Hare terkenal paling sibuk di Amerika Serikat, bahkan mungkin di dunia. Niemann sudah terbiasa menyaksikannya. Tapi kali ini perhatiannya tertarik oleh gerakan aneh dari DC-10 yang baru mengudara itu. Badan pesawat itu goyang keras dan tiba-tiba menukik tajam ke kiri. Sesaat kemudian suara dahsyat menggelegar memekakkan telinga Niemann dan lantai tempat ia berdiri bergetar keras. Ia menyaksikan pesawat tadi meledak, menjadi bola api raksasa yang memercikkan ribuan keping menyala ke segala jurusan, sedang asap hitam pekat menjulang ke udara mencapai puluhan meter. "Seakan-akan sinar mata-hari tertutup," komentar Karen Sundblom, 18 tahun, teman sekerja Niemann, yang melihat kepulan asap itu, kemudian. Memorial Day Hari Jumat sore (25 Mei) itu penerbangan 191 tinggal landas menuju Los Angeles, membawa 271 penumpang dan awak pesawat. Beberapa waktu sebelumnya para penumpang dalam suasana gembira menaiki tangga pesawat itu, membayangkan malamnya akan berkumpul dengan sanak keluarga dan teman di California, menghadapi 3 hari libur. Hari Senen masih libur karena Memorial Day, memperingati korban perang Amerika, yang selalu jatuh pada hari Senen terakhir dalam bulan Mei. Tapi pesawat itu dan semua penumpangnya menjadi ribuan keping logam dan gumpalan daging, berserak sejauh ratusan meter. Kepulan asap hitam juga disaksikan oleh seorang pilot muda asal Kanada, Michael Laughlin, yang kebetulan berada di O'Hare ketika itu. Hobbynya untuk memotret kali ini membawa keuntungan besar. Ketika DC-10 itu mengudara, Laughlin mengabadikannya dengan kameranya. Kebiasaannya membuat serangkaian foto. Ia berhasil merekam kejadian ketika mesin yang berada di sayap sebelah kiri jatuh di atas landasan yang baru ditinggalkan. Ketika itu jarinya secara otomatis menekan tombol kameranya mengikuti rangkaian peristiwa. Suratkabar Chicago Tribune membeli rangkaian fotonya seharga $ 5.000. Kecelakaan pesawat itu paling buruk dalam sejarah penerbangan Amerika Serikat. Selain semua 271 penumpang dan awak pesawat, 2 orang yang berada di sekitar lapangan tempat kecelakaan, juga meninggal. Diduga bahwa di antara penumpang terdapat paling sedikit seorang bayi. Biasanya bayi tidak tercatat dalam daftar penumpang. Segera kecelakaan itu bergema sekeliling dunia. Betapa tidak. Kini terdapat 41 perusahaan penerbangan di dunia yang mempergunakan hampir 275 buah DC-10. Di Amerika Serikat sendiri terdaftar 134 buah yang dioperasikan oleh 8 perusahaan. Sisanya tersebar di Kanada, Eropa, Australia, Afrika dan Asia. Garuda Indonesia Airways memiliki dan mengoperasikan 4 buah DC-10 dan tahun ini ia menunggu kedatangan 2 lagi. Para ahli berusaha merekonstruksi rangkaian peristiwa yang menuju malapetaka itu. Di landasan ditemukan sebuah baut, yang dikenal sebagai salah satu yang mengikat mesin pesawat pada sayapnya. Baut ini menunjukkan retakan, hingga para ahli menarik kesimpulan sementara bahwa jatuhnya mesin itu karena sudah haus logam baut tadi. Pembuat DC-10, McDonnell Douglas, menjelaskan pesawat itu dirancang untuk masih bisa terbang walaupun hanya dengan 2 mesin. Tetapi ia rupanya kehilangan keseimbangan tiba-tiba, ketika sebuah mesin seberat 2 ton lebih terlepas, menyebabkan ada goncangan keras. Ketinggiannya ketika itu sekitar 150 meter, dan diduga goncangan itu membuat ujung sayap sebelah kiri menyentuh tanah, lantas terjungkir dan kemudian meledak karena muatan bahan bakar sebanyak hampir 300 ribu liter. Alur dalam tanah sepanjang 30 meter terkena ujung sayap 800 meter dari landasan, membenarkan teori ini. Penemuan pertama ini menunjukkan suatu kegagalan dalam konstruksi bagian DC-10 itu. Segera Badan Federal Pengawas Penerbangan AS (FAA) mengeluarkan insttuksi kepada seluruh perusahaan penerbangan di Amerika untuk mendaratkan DC-10 mereka dan melakukan pemeriksaan seksama. "Saya tidak mau mengambil risiko DC-10 itu mengangkut penumpang," ujar Langhorne Bond, Direktur FAA. Ralph Nader, tokoh gerakan konsumen di Amerika menulis surat kepada FAA, mendesak untuk mendaratkan semua DC-10. Menumt Nader, pemeriksaan terhadap DC-10 selama ini kurang teliti, terutama terhadap mesinnya, termasuk mesin no. 3 yang terpasang di ekor pesawat itu. "Pesawat jenis DC-10 telah lama diganggu oleh kekurangan dan kegagalan disain konstruksi," kata Nader, "dan ini telah mengorbankan ratusan jiwa." Tahun 1974 sebuah DC-10, milik perusahaan Turki tinggal landas dari pelabuhan udara Orly di Paris dan jatuh beberapa saat kemudian di hutan Ermenonville, sebelah utara ibukota Perancis itu. Diduga kecelakaan itu bermula dengan terbukanya pintu bagasi pesawat itu. Sebuah DC-10 pernah mengalami peristiwa yang sama dua tahun sebelumnya. Untungnya ketika terbang di Kanada ia sempat mendarat dengan selamat dan tidak terjadi korban manusia. Kegagalan mesin pernah terjadi di tahun 1975, ketika sebuah DC-10 tinggal landas dari pelabuhan udara internasional J.F. Kennedy di New York. Ketika itu pesawat berhasil didaratkan dan semua penumpang selamat, kemudian DC-10 itu habis terbakar. Keterangan ketika itu bahwa seekor burung tersedot ke dalam mesin jet yang kemudian mengakibatkan kerusakan. Satu lagi peristiwa DC-10 terjadi dalam tahun 1978. Ketika itu DC-10 milik Continental Airlines dengan kecepatan penuh menuju saat tinggal landas di pelabuhan udara internasional Los Angeles. Beruntun dua bannya pecah. Logam pelg roda itu kemudian menghancurkan sebuah ban lagi. Pilotnya berusaha menghentikan DC-10 itu dengan mengerem dan membalikkan arah dorongan dari mesin jet, tetapi pesawat masih melaju sampai ujung landasan, dan kemudian terbakar. Ada 200 penumpang berhasil diselamatkan. Dua orang meninggal akibat keracunan asap dan 31 lainnya mengalami luka-luka berat. Terpotong Semua perusahaan penerbangan di seluruh dunia mengikuti anjuran FAA untuk pemeriksaan. Tetapi tidak semua merasa keperluan untuk mendaratkan armada DC-10 mereka. Di Jepang dalam pemeriksaan terhadap 9 buah DC-10 milik JAL, ditemukan beberapa baut yang rusak pada sebuah pesawat. Garuda, yang mengoperasikan 4 buah DC-10 dalam penerbangan ke luar negeri, menerima telex dari FAA supaya dimulai pemeriksaannya. Pekan lalu pemeriksaan dinyatakan selesai dan tidak ditemui kelainan pada keempat pesawat itu yang masing-masing bernama Java, Bali, Irian Jaya dan Sumatera. Penerbangannya ke luar negeri tidak berhenti, sementara pemerintah Indonesia memberitahukan semua perusahaan penerbangan asing di Jakarta bahwa DC-10 milik mereka tidak diizinkan mendarat bila tidak memiliki sertifikat lulus pemeriksaan. Banyak negara lain melakukan hal yang sama, mengakibatkan banyak perjalanan orang terganggu di mana-mana. Tapi hampir tidak diketahui bahwa orang membatalkan perjalanannya karena kuatir terbang dengan DC-10. Sementara pengusutan berjalan terus, para penyidik kini menemukan bukti baru bahwa kecelakaan itu tidak disebabkan oleh lepasnya sebuah baut yang karena logamnya haus. Sebaliknya, baut itu gagal karena serangkaian kegagalan konstruksi yang lebih pelik dari dugaan semula. Juga ada kesimpulan baru bahwa pilot DC-10 yang malang itu tidak berhasil menguasai pesawatnya bukan karena semata-mata kehilangan keseimbangan, tetapi karena kegagalan sistim hidraulik yang mengatur kemudi sayap dan ekor pesawat itu. Tekanan untuk sistim itu diperoleh dari mesin nomer 1 yang jatuh. Tekanan sistim hidraulik nomer 2 tidak mengatur kemudi-kemudi itu. Hanya sistim hidraulik nomer 3 yang bisa memberi tekanan untuk itu. Tetapi ketika mesin nomer 1 terlepas, penyangganya (pylon) terlipat kebelakang melalui sayap, hingga pipa saluran tekanan sistim hidraulik nomer 3, yang berada di bagian depan sayap, terpotong. Akibatnya, pesawat tidak dapat dikendalikan lagi sekalipun dua mesin masih bekerja normal. Besar kemungkinan McDonnell Douglas terpaksa merancang kembali sistim hidraulik sehingga lebih aman. Tetapi apa obat sebenarnya untuk DC-10 belum dapat dipastikan. Seorang ahli FAA menjelaskan bahwa obatnya mungkin sekedar mengencangkan beberapa baut, atau bahkan merancang kembali bagian penyangga mesin itu. "Tetapi dugaan saya persoalannya di antara dua kemungkinan itu," katanya. Pemeriksaan di mana-mana terhadap DC-10 sekarang belum terjamin. Buktinya, DC-10 milik National Airlines yang sudah terbang 20 menit harus kembali lagi ke lapangan Kennedy di New York. DC-10 itu yang menuju Amsterdam sudah dinyatakan diperiksa pekan lalu. Ternyata mesinnya no. 1 mengalami kerusakan. Perbaikan pesawat DC-10 pasti tidak murah. United Airlines, dengan 37 buah DC-10, menemukan kerusakan penyangga mesin pada sebuah pesawatnya, dan telah mengajukan permitaan kepada McDonnell Douglas untuk menyediakan gantinya. Harganya $ 500.000, McDonnell Douglas menjelaskan. Sebuah DC-10 punya dua mesin terpasang dengan penyangga pada sayapnya, sedang mesin ketiga terpasang pada ekor pesawat itu. Lebih Dari $100 Juta McDonnell Douglas sekarang sudah jelas akan menghadapi pengusutan oleh pemerintah AS sampai ke akar persoalan, yang berarti sampai ke disain pertama DC-10. Perusahaan itu juga menghadapi kemungkinan terpaksa membiayai perbaikan pada semua DC-10 di seluruh dunia, sedang tuntutan ganti kerugian dari keluarga para korban diperkirakan meliputi ratusan juta dollar. Sesudah kecelakaan DC-10 milik Turki, dekat Paris, tahyn 1974, McDonnell Douglas terpaksa membayar $65 juta kepada keluarga para korban. Peristiwa di Chicago pasti menghasilkan tuntutan sampai "paling sedikit $ 100 juta" dan mungkin jauh lebih tinggi daripada itu, kata Stewart Speiser, seorang pengacara ahli mengenai kasus kecelakaan pesawat terbang. Seorang janda dari Hans Juergen Kahl, 35, seorang penumpang asal Austria telah mengajukan tuntutan ganti rugi di dua mahkamah di Amerika Serikat. Inge Maria Kahl dari Eisenstadt, Austria menuntut $ 15,75 juta atas kematian suaminya, dalam kecelakaan DC-10 dekat Chicago itu. Ia menuntut perusahaan penerbangan American Airlines, McDonnell Douglas sebagai pembuat dan General Electric sebagai pembuat mesin. Akan banyak kasus serupa. Kemungkinan besar akhirnya perusahaan asuransilah yang menanggung kerugian. Kecelakaan ini "akan menimbulkan goncangan dalam dunia asuransi"' demikian John Brennan, presiden U.S. Aviation Underwriters Inc. di New York. McDonnell Douglas, kata seorang ahli FAA, menghadapi kesulitan hampir sama dengan persoalan "Electra". Pesawat Electra bikinan Lockheed tahun 1959 dan 1960 kehilangan sayap dalam penerbangannya. Kemudian Lockheed memerlukan bertahun-tahun dan jutaan dollar untuk mengatasi malapetaka itu. Sementara itu di pasar bursa New York, nilai saham McDonnell Douglas anjlok dengan beberapa angka. Kecenderungan ini masih berlangsung terus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus