BILA anak terserang polio, dokter kita selalu memberi vaksin
buatan Uni Soviet yang berbentuk tablet. Sudah bertahun-tahun
begitu. Ternyata obat Soviet itu tidak selalu manjur. Kini ia
bahkan dilarang beredar di Indonesa. Sebagai penggantinya,
sekarang muncul vaksin dalam bentuk cairan buatan Bio Farma,
Bandung.
Lackman Punjabi, pedagang yang mewakili Medexport dari Uni
Soviet, jelas heran. Kenapa? Ia mengimpor obat buatan Soviet itu
tadinya. Pemeriksaan di Soviet sendiri, bahkan juga di Jepang,
menunjukkan vaksin itu cukup baik. Tapi Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) di Jakarta menjumpai
kemanjurannya sudah susut. Aparat depkes itu sudah menelitinya
berkali-kali sejak tahun lalu. "Ah, mungkin alatnya tak
lengkap," komentar orang. "Untuk Asia, peralatan di sini justru
paling lengkap," kata staf di Litbangkes.
Terakhir pada awal tahun ini Punjabi mengimpor vaksin Soviet itu
seharga Rp 11 juta melalui Halim Perdanakusumah. Tapi obat itu
tidak bisa keluar dari Halim begitu saja. Mengetahui hasil
penelitian Litbangkes, Dirjen POM Dr Midian Sirait tidak mau
meneken izin masuknya.
Cukup Hati-hati
Tanpa saingan lagi, vaksin Bio Farma yang memasuki pasaran sejak
dua tahun lalu mendadak laris. Dalam 3 bulan ini saja penjualan
vaksinnya melonjak ke 25.000 botol, naik dari 10.000 botol @ 10
dosis dalam 2 tahun sebelumnya. Vaksin Soviet semula menguasai
pasaran Indonesia dengan 100.000 tablet setahun.
Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak dari RS Cipto Mangunkusumo,
W.A.F.J. Tumbelaka, mengatakan bahwa ada kemungkinan vaksin
Soviet itu tidak manjur lagi karena pengaruh suhu dalam "jarak
perjalanan" yang ditempuhnya. Suhunya yang tepat harus selalu
dijaga rupanya dalam pengiriman.
Di RSCM, vaksin buatan Bio Farma diperlakukan cukup hati-hati,
sebagaimana terhadap vaksin tablet buatan Soviet tempo hari.
Kalau disimpan dalam suhu minus 10øC, demikian aturan Bio Farma,
vaksinnya tahan sampai 1 tahun. RSCM mengikuti aturan itu, tapi
sesudah 3 bulan obat itu tidak dipakainya lagi.
Vaksinasi anti-polio mungkin akan menjadi program Depkes. Jika
terbukti ampuh, produk Bio Farma jelas makin diprioritaskan
untuk program itu.
Menurut dr. Adhyatma MPH, dirjen pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular. Depkes, polio belum menjadi persoalan. Tapi
"kami akan segera turun tangan begitu penyakit tersebut menjadi
persoalan di daerah perkotaan," sambungnya.
Belum ada catatan dari seluruh Indonesia tentang penderita
polio. Di Jakarta saja, dari 4945 pasien anak yang masuk RSCM
tahun 1978, ditemukan 2 penderita polio. Penyakit ini berasal
dari serangan virus terhadap sumsum tulang belakang. Badan
menjadi panas dibikinnya. Kalau. tak sempat tertolong, anak yang
terserang bisa lumpuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini