Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAPAL pelat datar rancangan peneliti teknik perkapalan dari Universitas Indonesia, Hadi Tresno Wibowo, berhasil dibawa berlayar di laut. Ini adalah kapal pertama di dunia yang mengkombinasikan model trimaran (kapal tiga lambung) dan konsep potongan menyudut yang ada pada pesawat kertas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapal yang dirancang sejak tiga tahun lalu ini menggunakan pelat baja sebagai material utama. Kapal dibangun dengan lempeng baja yang tidak melewati proses pelengkungan. "Bagian kapal yang melengkung dibuat dari segmen-segmen datar yang disatukan," kata Hadi di kantornya, Selasa pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua kapal pelat datar ini resmi diluncurkan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di Muara Angke, Jakarta Utara, pada 7 April lalu. Nasir langsung ikut berlayar.
Produksi kapal ini merupakan kolaborasi para peneliti UI dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di bawah bendera perusahaan rintisan bidang perkapalan PT Juragan Kapal Indonesia. Adapun semua material pelat baja disuplai oleh PT Gunung Garuda Steel.
Nasir berharap kapal seperti ini bisa diproduksi massal untuk nelayan Indonesia. "Meningkatkan daya saing para nelayan dan memperkuat sektor maritim Indonesia," ucapnya.
Hadi mengembangkan konsep perahunya dari desain kapal Pioneer yang dibuat peneliti Belanda pada 1980-an. Kapal itu dirancang untuk memuat kontainer sehingga tidak memiliki banyak lengkungan. "Bentuk aslinya masih melengkung dan punya hambatan besar saat meluncur," ujarnya.
Hadi mengembangkan desain kapalnya dengan menggabungkan konsep trimaran dan pesawat kertas yang biasa dilipat anak-anak. Dengan bentuk landasan seperti huruf v dan sisi samping lebih lebar, kapal bisa lebih stabil. Kapal ini dibuat dalam dua ukuran, yakni 10 dan 29 gross ton untuk kapal angkutan dan penangkap ikan.
Bagian haluan kapal dibuat meruncing agar lebih mantap membelah ombak. Bagian dasar samping kapal yang datar membuat hambatan yang didapat kapal lebih kecil. "Kapal lebih efisien melaju," kata Hadi.
Dengan menyambung segmen pelat baja, ruangan di dalam kapal bisa lebih besar. Penggunaan ruangan, termasuk peletakan tangki bahan bakar, bisa lebih efisien di perut kapal. Ini tidak bisa dilakukan pada kapal kayu karena bagian dalamnya disesaki balok-balok penunjang. "Bahan bakar malah dimasukkan ke drum-drum dan diletakkan di geladak. Boros ruangan," ucap Hadi.
Proses pembuatan kapal ini melibatkan para nelayan yang lebih berpengalaman melaut. Mereka mengusulkan kapasitas tangki bahan bakar bisa mencapai 17 ton supaya kapal bisa dipakai melaut selama sebulan. "Desain awal hanya 1,5 ton. Kami pikir itu sudah besar, ternyata masih kurang," ujar Hadi.
Hadi ingin memperluas riset untuk model kapal penangkap ikan dan cumi yang nantinya dilengkapi derek jaring berukuran besar. Selama ini, para nelayan meletakkan drum-drum berisi air sebagai penyeimbang kapal ketika mengoperasikan derek jaring berisi berton-ton hasil tangkapan. "Kami sedang menyusun proposal riset agar kapal ini tuntas."
Selain untuk kapal penangkap ikan dan angkutan, kapal pelat baja ini bisa dimodifikasi sebagai wahana patroli laut. Ruangan untuk kontainer ikan dan cold storage bisa diganti isinya dengan sistem persenjataan sesuai dengan kebutuhan pengguna. "Kapal baja lebih kuat ketika harus berhadapan dengan kapal penyelundup," kata Hadi.
Kapal penangkap ikan
Tonase: 29 gross ton
Panjang: 15,5 meter
Lebar: 4 meter
Kapasitas tangki bahan bakar: 16,4 ton
Kapasitas tangki air tawar: 7,5 ton
Ruang penyimpanan ikan: 20 meter persegi
Mesin utama: 170 horse power
Kecepatan rata-rata: 9 knot
Kru: 10-13 orang
Fasilitas: 1 kamar mandi, dapur, navigasi, dan telekomunikasi (kompas, echo sounder, GPS, VHF, dan SSB radio)
Kapal penumpang dan barang
Ukuran: 10 gross ton
Panjang: 13,5 meter
Lebar: 3,2 meter
Kapasitas tangki bahan bakar: 1.000 liter
Mesin utama: 2 x 250 horse power
Kecepatan rata-rata: 27 knot
Kru: 3 orang
Muatan: 20 orang, 1 ton barang
Fasilitas: navigasi (kompas, GPS, echo sounder, VHF, dan SSB radio)
Durasi produksi: 1-2 bulan, bergantung pada ukuran kapal
Material: Pelat baja (ketebalan)
Bagian dasar: 8 milimeter
Landasan: 6 milimeter
Dinding: 4-5 milimeter
Harga: Rp 2 miliar (untuk kapal ukuran 28 gross ton, lengkap dengan peralatan melaut
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo