Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus Covid-19 meningkat signifikan di Singapura sejak awal Desember 2023. Kementerian Kesehatan (MOH) setempat menyatakan bahwa terjadi peningkatan hingga dua ribu kasus serta rawat inap harian juga meningkat dari sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peningkatan kasus Covid-19 di Singapura disebut-sebut akibat varian JN.1 sublineage dari BA.2.86. Varian ini menginfeksi sebagian besar kasus Covid-19 di Singapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Kesehatan Singapura telah mengambil langkah serius untuk menangani peningkatan kasus ini. Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan menganjurkan pemakaian masker di keramaian.
"Sebagian besar kasus Covid-19 di Singapura (terdeteksi akibat) varian JN.1 sublineage dari BA.2.86. Namun, data tentang varian JN.1 mudah menular belum kami temukan risetnya," kata Kementerian Kesehatan Singapura dalam laman resminya, Senin, 18 Desember 2023 dari situs resminya.
Data terbaru infeksi Covid-19 di Singapura mencapai 56.043 kasus. Angka ini lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya 32.035 kasus. Sementara untuk rawat inap harian di Singapura juga meningkat menjadi 350 dari 225 pada pekan pertama Desember 2023.
Bagaimana dengan Indonesia?
Epidemiolog Dicky Budiman berpendapat peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh negara akibat kemunculan varian JN.1 dan perubahan suhu. Selain itu, masyarakat sudah banyak yang abai untuk protokol kesehatan karena euforia sehabis pandemi.
Walau di Indonesia belum terjadi peningkatan kasus akibat varian JN.1, menurut Dicky, pemerintah tidak boleh mengabaikannya. Sebab, jika di luar negeri saja sudah teridentifikasi varian JN.1 ini, pasti di Indonesia juga bakal datang.
"Hanya tinggal menunggu waktu saja, sebab tidak mungkin di luar ada di sini (Indonesia) tidak," kata Dicky kepada Tempo.
Dicky menyebut Indonesia kerap tertinggal mengenai informasi dan penemuan terbaru dari Covid-19. Kondisi ini juga berisiko tinggi akan menurunnya kualitas dan kesiapsiagaan pelayanan kesehatan untuk menghadapi Covid-19.
Meski begitu, Covid-19 varian JN.1 ini dinilai Dicky masih bisa diatasi dengan vaksinasi booster. Sebab, varian JN.1 adalah turunan dari Omicron yang pernah menginfeksi di Indonesia. Jika vaksinasi booster disiapkan untuk Omicron, maka diharapkannya juga mampu untuk menangkal penyebaran varian JN.1.
Dicky meminta pemerintah Indonesia harus cepat melakukan mitigasi akan kemunculan varian JN.1 tersebut. Salah satunya dengan menggiatkan vaksinasi dan edukasi kepada masyarakat. "Tapi jangan berbayar ya," ujarnya.