AMERIKA habis-habisan diledek. Keperkasaan negeri superkuat itu disebut-sebut tergantung pada kemurahan hati orang Jepang. Tak percaya? Baca saja buku Japan That Can Say No -- yang terbit tahun silam -- karya bersama Shintaro Ishihara, seorang anggota perlemen Jepang, dan Akio Morita, Ketua Dewan Direksi Sony Corp. Di situ ditulis: "Kalau Jepang mengatakan mau menjual semikonduktor ke Uni Soviet, dan tak mau menjualnya ke AS, itu sudah cukup mengubah peta kekuatan militer dunia." Ishihara dan Morita-San tampaknya memang begitu bangga dengan kemajuan Jepang dalam teknologi chip alias semikonduktor, komponen yang menjadi "sel otak" komputer. Maka tanpa ragu-ragu, mereka menyimpulkan bahwa teknologi semikonduktor Amerika "tertinggal lima tahun dibandingkan dengan Jepang". Celakanya, ledekan belum sempat ditangkis, kini muncul lagi kejutan baru. Baru-baru ini, raksasa elektronik Hitachi Ltd. mengumumkan temuannya yang paling mutakhir: semikonduktor DRAM (Dynamic Random Access Memory) tercanggih di dunia, dengan kapasitas 64 megabit (64 juta bit). Chip itu beratnya hanya 0,4 gram, berbentuk lempengan kecil, 20,28 x 9,74 mm -- tidak lebih besar daripada jari kelingking orang dewasa. Tapi benda mungil ini sanggup menyimpan informasi setara dengan huruf yang tertulis pada 512 halaman surat kabar, atau empat juta huruf kanji. Dalam perkiraan semula, chip 64 megabit (MB) itu baru akan dihasilkan orang pada awal tahun 2000-an. Lempengan chip ini bisa juga digunakan sebagai komponen pada perekam audiovisual. Sebagai komponen audio, dia sanggup merekam suara sepanjang satu jam. Dan sebagai komponen perkakas visual, dia bisa merekam gambar setara dengan film ukuran 35 mm sebanyak 36 jepretan. Dengan prestasi setinggi itu, chip buatan Hitachi ini bisa mempelopori "revolusi" di panggung barang elektronik. "Misalnya, membuat komputer yang setara dengan PC (Personal Computer) kantoran, yang berukuran sebesar buku harian," kata juru bicara Hitachi Ltd. kepada TEMPO. Kehadirannya juga memungkinkan diproduksinya alat perekam tanpa pita dan kamera elektronik dengan harga yang jauh lebih murah. Keunggulan Jepang telah tercatat setidaknya sejak 1984. Ketika itu, beberapa perusahaan Jepang, antara lain Hitach LTD, Toshiba Corp., NTT, dan NEC untuk pertama kalinya di dunia -- memperkenalkan semikonduktor berkapasitas 1 megabit DRAM. Dua tahun kemudian lagi-lagi Toshiba Corp. dan Hitachi LTD mengumumkan temuan chip 4 MB. Pada tahun yang sama, wakil AS, Texas Instrument Co., membukukan prestasi yang sama. Tapi tahun berikutnya, 1987, NTT, Hitachi, Toshiba, dan Matsushita Electric ngebut dan menjangkau semikonduktor berkemampuan 16 megabit, tingkat yang baru dicapai IBM Maret lalu. Hasil itu jauh di atas prestasi Siemens ataupun perusahan lain di Eropa, yang hingga tahun ini masih berada di level 4 MB. Sebenarnya, saat ini Jepang masih dalam tahap pergeseran pemakaian chip dan 1 (DRAM generasi I) ke 4 MB (DRAM generasi II). Konsekuensi penemuan baru ini: Produksi chip ukuran 1 MB akan menyusut dan yang berukuran 4 MB akan terkatrol dari sekitar 100 ribu unit di tahun lalu, menjadi 25-30 juta sepanjang tahun 1990 ini. Di pasaran Jepang, semikonduktor 1 MB itu kini bernilai 900-1.000 yen (Rp 11,7-Rp 13 ribu) sebuah, jauh lebih murah dibandingkan dengan chip 4 MB yang pasang harga 6.000 yen (Rp 78 ribu) sebuah. Untuk kedua jenis chip ini, Hitachi dan Toshiba Corp. menguasai pangsa terbesar di pasar domestik Jepang, masing-masing dengan 25%. Menyusul di peringkat berikutnya NEC dan Mitsubishi Electric, 15 dan 10%. Pihak produsen, antara lain Hitachi, Toshiba. NTT, dan Matsushita merencanakan baru akan memproduksi 16 MB secara massal pada 1992 nanti. Namun, chip 16 MB itu pun tak bakalan lama menjarah pasar. Betapa tidak, Hitachi telah ambil ancang-ancang akan meluncurkan chip kelas 64 MB pada 1995. Dan NEC serta Toshiba pun akan menyusul. Chip 64 MB tak cuma akan menciutkan perkakas elektronik saja. Konsumsi baterainya pun cuma 1,5 volt, lebih kecil dibandingkan dengan semikonduktor DRAM generasi I dan II yang perlu baterai 5 volt. Kebutuhan daya listrik oleh chip 64 MB itu hanya 1/10 dibandingkan dengan yang 16 MB. Kecepatan "langkahnya" dalam mengolah data pun tak tertandingi, yakni cuma 1/5 milyar detik. Hitachi berhasil mendapatkan chip super itu berkat pemakaian teknik Electronic beam. Alur sirkuit elekronik di dalam lempengan chip itu "diukir" dengan sinar ultraviolet berkekuatan besar. Alur sirkuit ini besarnya hanya 1/200 ukuran rambut. Lantas, dengan bekal perkakas mesin mikro, Hitachi bisa menanamkan 1,4 juta buah komponen mikro ke dalam chip yang berukuran sekitar 1 x 2 cm itu. Namun, agaknya, chip 64 MB itu bukanlah prestasi puncak Mitsubishi. Konglomerat Jepang yang beromset sekitar 4 trilyun yen itu juga merencanakan hendak mencetak chip baru yang berkapasitas 256 MB, lalu 1.000 MB alias 1 gigabit. Untuk mencapai prestasi itu, Mitsubishi harus merelakan 300 milyar yen, atau 9 dari pendapatannya, untuk biaya riset. Seiichi Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini