Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kedigdayaan itu Terkecoh Pagi

Sudah miliaran dolar dana anggaran pertahanan Amerika. Kenapa teknologinya yang canggih dan berlapis bisa bobol pada Selasa pagi itu?

30 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENTAH terlelap di mana teknologi canggih Amerika Serikat ketika terjadi bencana Selasa itu. Pagi itu, gedung pusat Departemen Pertahanan Amerika, Pentagon, dan menara kembar World Trade Center dihajar pesawat-pesawat gila. Bersembunyi ke manakah sistem pengindraan dahsyat Airborne Warning and Control System (AWACS), peluru kendali (rudal) pencegat Patriot, dan segerobak sistem pertahanan Amerika yang telah mem-boroskan anggaran negeri itu? Sistem mutakhir berikut peralatan bernilai jutaan dolar itu sepertinya tercokok oleh ulah pembajak. Para penyerang edan memilih aksi pada pagi hari, tatkala orang sibuk mengawali kerja. Mereka menghunjam tempat yang sebelumnya dianggap mahaterjaga, dengan senjata yang tak diduga, yakni pesawat terbang. Amerika pun berang bercampur tercengang. Dunia terenyak. Kalau Pentagon sebagai pusat pertahanan saja ternyata rentan, apalagi keamanan Amerika. Padahal, sistem dan teknologi pertahanan Amerika sudah dikondangkan demikian digdaya. Setidaknya sejak 1985, Presiden Amerika (saat itu) Ronald Reagan telah mengumandangkan program Strategic Defense Initiative alias Perang Bintang. Program ini berintikan kekuatan rudal-rudal pencegat (interceptor) untuk menghantam peluru kendali musuh, jauh di atas langit sasaran. Walhasil, bersamaan dengan bayang-bayang Perang Dingin, dibuatlah proyek sistem pertahanan nasional dengan peluru kendali atau National Missiles Defense (NMD). Sistem itu, menurut Nira Schwartz, ahli teknologi militer yang sempat bekerja untuk proyek Perang Bintang, menelan dana tak kurang dari US$ 100 miliar. Biaya sebesar itu tak hanya untuk membangun basis-basis peluncuran rudal, tapi juga untuk riset agar sistem radar, laser raksasa, satelit pengindra, dan peluru kendali menjadi kian canggih. Itu berarti Amerika mumpuni dalam soal sistem peringatan dini untuk keamanannya. Menurut Oetarjo Diran, investigator pada beberapa kecelakaan penerbangan di Indonesia, Pentagon sudah menengarai aksi gila pesawat itu. Buktinya, "Pihak Pentagon mengirimkan pesan ke pesawat," ujar Oetarjo. Selain Pentagon, radar di Pangkalan Angkatan Udara Langley, Virginia, mendeteksi adanya pesawat yang siap menghantam Pentagon. Karena itu, dua menit sebelum kejadian, dua pesawat jet pemburu jenis F-16 segera lepas landas. Namun, Pentagon keburu dihantam pesawat tersebut. Kalaupun itu belum terjadi, Oetarjo menyatakan tak yakin bahwa Pentagon ataupun kedua F-16 tadi akan menembakkan rudal ke pesawat buruan yang berpenumpang sipil itu. "Sangat sulit. Bagaimanapun, penumpang pesawat itu kebanyakan warga Amerika," katanya. Pendapat senada diutarakan seorang jenderal TNI-AD yang pernah bertugas di Amerika. Kata perwira tinggi ini, kedua pesawat pemburu tadi hanya akan melakukan prosedur baku untuk kejadian begitu. "Paling banter mereka menggiring pesawat buruan atau mengikutinya hingga pesawat itu kehabisan bahan bakar," katanya. Menembak jatuh pesawat gila itu jelas tak mungkin. Alasannya, ya itu tadi, banyak penumpang sipil. Selain itu, pesawat-pesawat tersebut terbang di langit yang sesungguhnya wilayah larangan terbang, dengan deretan gedung komersial di bawahnya. Jelas pula bencana itu amat mahal buat Amerika. Demikian pula bagi sistem dan teknologi pertahanannya, yang dikabarkan canggih dan telah menelan biaya besar. Tak aneh bila proyek NMD dianggap gagal mendeteksi bencana tersebut. Sebelumnya, program pertahanan itu pun pernah dinilai tak layak diteruskan, terutama setelah kampanye Perang Bintang usai. Soalnya, hanya dua dari 14 kali percobaan Perang Bintang yang dianggap berhasil. Keberhasilan ini pun masih diragukan lantaran bukan dalam perang sesungguhnya. "Secara umum hanya 13 persen percobaan dari proyek besar NMD yang berhasil," kata Schwartz. Saat ini, performa program terakhir dari proyek NMD berupa Theater High-Altitude Area Defense juga tak menggembirakan. Ketika dicoba di Perang Teluk pada 1991, kehebatannya ternyata tak berbeda dengan Operasi Crossbow dalam Perang Dunia II. Padahal, program inilah yang memayungi pertahanan Amerika sekarang. Darmawan Sepriyossa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus