Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Jika Empek-empek Kehilangan Belida

Sudah lama tidak tersedia menu ikan belida. Ada konservasi ex situ di kampus Universitas PGRI Palembang.

17 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELASAN getek berjejer rapi di Dermaga Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, menjelang siang awal pekan lalu. Sekitar lima langkah dari dermaga, tampak beberapa rumah makan terapung yang bersiap menyapa pelanggan sajian kuliner khas Palembang seperti pindang ikan, pindang tulang, dan iwak berengkes. “Silakan, Kak, ada pindang patin juga,” kata seorang pegawai Rumah Makan Mbok Sri yang sejak 1970-an terkenal dengan sajian pindang pegagan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rega Aris Munandar, putra pemilik rumah makan itu, mengatakan menu favorit di sini adalah pindang tulang. Sedangkan menu berbahan ikan belido atau belida Sumatera (Chitala hypselonotus) tidak ada sama sekali di warungnya. “Kami sudah lama tidak menyediakan menu ikan belido,” ucap Rega, 11 Desember 2023. Menurut dia, belida makin sulit didapatkan lantaran nelayan mengetahui pelarangan penangkapan ikan tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kelangkaan belida juga dirasakan J. Martoyo, anggota Angler Sriwijaya Fishing Club. Pria yang akrab disapa Toyo ini mengaku sudah malang melintang berburu ikan di sejumlah sungai dan rawa di Sumatera Selatan. Misalnya Sungai Musi di sekitar Kota Palembang hingga Pangkalan Balai, Sungai Telang, Sungai Ogan, serta perairan tawar di sekitar simpang Tanjung Lago. “Saya punya hobi mancing sejak sekitar 21 tahun lalu, tapi belum pernah dapat belido,” ujarnya.

Padahal Toyo sudah menerapkan teknik dasaran yang dikenal jitu untuk mendapatkan belida. Metode dasaran adalah penggunaan timah sebagai pemberat mata kail hingga ke dasar sungai dan lider atau tali di bawah timah sepanjang 50 sentimeter. “Angler biasa pakai umpan anak udang,” tuturnya. Namun Toyo yakin belida masih ada di Sungai Musi. Dia pernah melihat ikan itu saat mengail di sekitar Jembatan Ogan. “Masih sesekali dapat ikan putak.”

Berbagai pihak berikhtiar menyelamatkan ikan belida dari kepunahan. Salah satunya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat, yang bekerja sama dengan PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju dan Universitas PGRI Palembang. Ketiganya berkolaborasi untuk melestarikan ikan belida melalui upaya konservasi ex situ.
 
Pada 2023, tim mengumpulkan berbagai jenis belida dari Sungai Musi, Kampar, Way Kanan, Kapuas, dan Mahakam. Boby Muslimin dari Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat mengatakan di kolam Universitas PGRI Palembang ada 62 ikan dari Sumatera Selatan dan Riau, sementara di kolam Animalium di Kawasan Sains Terpadu Cibinong, Jawa Barat, terdapat 49 ikan dari Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Per Desember 2023, ada tambahan 13 ekor F1.

“Kami mendapatkan ikan belida lopis di Sumatera Selatan dari nelayan yang tertangkap pada musim tertentu di anak Sungai Ogan, Ogan Ilir,” kata Boby, 12 Desember 2023. Dia juga beroleh informasi bahwa belida terdapat di aliran Sungai Musi di Muara Belida, Muara Enim. “Nelayan memberikan informasi untuk kami koleksi di konservasi ex situ,” ujarnya. 

Ikan belida di penangkaran, Boby menambahkan, akan diproyeksikan untuk optimasi maturasi dan pemijahan secara semibuatan. Kegiatan yang akan dilakukan pada 2024 ini, kata dia, mampu menghasilkan generasi lanjutan belida melalui penguasaan teknologi reproduksi yang presisi. Diharapkan hasilnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat perikanan untuk menelurkan generasi lanjutan F2 hingga F3.

Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility Kilang Pertamina Plaju, menjelaskan bahwa pihaknya mengupayakan konservasi ex situ belida itu sejak 2018. Pada 2020, Pertamina menggandeng Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang dengan lokasi konservasi di Instalasi Mariana, Banyuasin. Kemudian Kilang Pertamina menggandeng BRIN untuk mengembangkan teknologi reproduksi pada penangkaran belida. 

“Kami berharap dapat berkontribusi untuk mengubah status ikan belida dari yang mendapat perlindungan penuh menjadi perlindungan terbatas hingga nantinya dapat dinikmati kembali menjadi olahan pempek khas Palembang,” ucap Rachmi,12 Desember 2023. Progres pengembangan saat ini, dia menambahkan, adalah maturasi gonad induk ikan belida dengan suplementasi dan perkawinan semibuatan. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tatkala Lidah Tak Merasai Belida"

Parliza Hendrawan

Parliza Hendrawan

Koresponden Tempo di Palembang, Sumatera Selatan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus