Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kisah getir mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nur Riska Fitri Aningsih yang sempat berjuang membayar uang kuliah tunggal (UKT) hingga tutup usia, membuka cerita sejumlah mahasiswa lain yang bernasib serupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesaksian pilu sejumlah mahasiswa UNY itu terungkap dalam forum diskusi bertajuk "Ada Apa Dengan UNY?" yang dihadiri langsung puluhan mahasiswa UNY di sebuah kafe daerah Sleman, tak jauh dari kampus itu pada Senin petang, 16 Januari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seruan 'Revolusi Pesawat Kertas' digaungkan dalam diskusi itu sebagai simbol agar sistem pendidikan perguruan tinggi tanah air, khususnya UNY bisa berubah.
Pantauan Tempo, dalam diskusi itu turut dihadirkan secara daring, sejumlah mahasiswa bernasib serupa Riska dengan identitas dirahasiakan. Mereka yang dihadirkan adalah mahasiswa yang pernah dan masih berjuang agar bisa membayar UKT yang dirasa amat mencekik.
"Saya terpaksa cuti kuliah sampai sekarang karena tak bisa membayar UKT yang besarnya Rp 3,6 juta," kata seorang mahasiswi UNY angkatan 2021 dalam kesaksiannya.
Mahasiswi yang kini menyambi bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran di Yogya itu bercerita, saat dinyatakan diterima sebagai mahasiswa UNY dua tahun silam, kondisi ekonominya memang sudah sulit. Ayahnya menjadi korban PHK (pemutusan hubungan kerja) akibat pandemi Covid-19 dan tak mendapat pesangon.
Belum lagi, orang tuanya harus membiayai sekolah kedua adik mahasiswa itu di bangku SMK dan SMP. Orang tuanya bahkan melego motor satu-satunya untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Kondisi itu membuat mahasiswi tersebut sempat memutuskan tak kuliah. Namun, akhirnya orang tuanya mendapat pinjaman uang dari tetangga.
"Saya akhirnya berhasil melewati semester pertama dan mendapatkan beasiswa dari kampus yang hitungannya bisa membiayai uang kuliah semester dua dan tiga," kata sulung yang adiknya masih duduk di bangku SMK dan SMP itu.
Cuti Kuliah Akibat Sulit Bayar UKT
Namun tak disangka, selepas melewati semester kedua dan hendak masuk semester ketiga, uang beasiswa yang seharusnya bisa dicairkan gagal ia peroleh. "Saat mau bayar UKT semester tiga, saya tidak bisa mengambil beasiswa itu, alasannya ada pergantian pimpinan kampus dan ada kebijakan baru," kata mahasiswi itu.
Kebijakan baru itu, kata dia, membuat jatah beasiswanya untuk semester tiga hanya bisa diambil setelah semester tujuh. Ia pun kelimpungan. Orang tuanya hanya bisa menangis mendengar nasib yang dialami mahasiswi itu.
"Saya ajukan kembali upaya keringanan biaya ke kampus. Namun, setelah kuliah semester tiga berjalan, permohonan saya baru direspons 'tidak bisa dikabulkan', sehingga saya putuskan cuti sampai sekarang sembari bekerja di restoran," kata dia.
Pinjam ke Bank Demi Bayar UKT
Kisah getir lain yang terungkap dalam diskusi itu, seorang mahasiswa baru angkatan 2020 asal Jakarta yang akhirnya memilih mundur dari UNY karena gagal mendapat keringanan biaya melalui program beasiswa kampus itu.
"UKT saya saat itu dipatok UNY Rp 3,6 juta, buat saya dan keluarga berat dan pengajuan beasiswa untuk keringanan UKT itu tak disetujui UNY," kata mahasiswa anak penjual soto itu.
Menurut dia, syarat agar pengajuan beasiswanya agar bisa dikabulkan saat itu sangat tidak relevan. Salah satunya, orang tua mahasiswa harus dalam kondisi bangkrut. Padahal, orang tuanya benar-benar dalam kondisi ekonomi pas-pasan.
"Satu porsi soto ayah saya hanya Rp 20 ribu. Penghasilan pas-pasan. Terasa berat jika saya kuliah di UNY karena mesti bayar kost dan lainnya," kata dia.
Hampir serupa, nasib yang dialami seorang mahasiswa anak penjual angkringan angkatan 2020 UNY. Ia memulai kuliah bertepatan saat pandemi Covid-19 mulai mengganas. Saat itu, penghasilan orang tuanya yang tak seberapa kian merosot karena sepi pembeli.
Sementara ibunya merupakan buruh pabrik yang memiliki penghasilan yang dipotong akibat terdampak pandemi. "Beban UKT saya di UNY total Rp 4,9 juta, sementara penghasilan bulanan kedua orang tua tak sampai sebesar itu," kata dia.
Semester pertama dan keduanya, dilewati dengan sembari bekerja serabutan sebagai buruh di sebuah perkebunan. "Aset sapi satu-satunya tabungan keluarga untuk masa mendatang juga telah dijual untuk membiayai sekolah adik saya. Sementara kuliah saya dibantu juga dari pinjaman bank," kata dia.
1.020 Mahasiswa UNY Keberatan dengan Besaran UKT
Salah satu aktivis UNY bergerak ditemui malam itu membeberkan terdapat 1.020 mahasiswa UNY yang merasa keberatan akan besaran UKT yang mereka peroleh. Data tersebut diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekspresi UNY bersama UNY Bergerak mulai dari 21 Desember 2022 sampai 2 Januari 2023 dengan menggunakan rumus Slovin.
Metode yang digunakan dalam survei ini adalah metode sampel acak dengan media Google Formulir. Populasi dalam survei ini mahasiswa aktif S1 dan D4 UNY tahun 2022 dengan jumlah 26.263 mahasiswa.
Pada survei ini, diperoleh 1.045 responden yang artinya sampling errornya sebanyak 3,1 persen. Responden tertinggi adalah mahasiswa angkatan 2022 yaitu sebanyak 51,7 persen, kemudian angkatan 2021 sebanyak 28,6 persen, angkatan 2020 sebanyak 14,2 persen sedangkan 3,6 persen dari angkatan 2019.
"Padahal berdasarkan Permendikbud Nomor 25 Tahun 2020 pasal 7 ayat 8, penetapan besaran UKT bagi mahasiswa seharusnya dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi," kata dia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.