TAK henti-hentinya terobosan teknologi dilakukan produsen perangkat keras komputer. Pekan lalu, giliran perusaha-an peralatan komputer terbesar di dunia, IBM, meluncurkan chip terbaru bernama PowerPC 405LP, yang dinyatakan amat hemat energi. Chip ini mampu mereduksi penggunaan energi listrik sampai 90 persen. Berarti, pemakaian listrik dengan chip itu hanya sepersepuluh pemakaian normal.
Kalau itu benar, bukan main terobosan IBM kali ini. Menurut pihak IBM, terobosan hemat energi itu dimungkinkan dengan pemakaian kawat tembaga yang dikombinasikan dengan teknik SOI (silicon-on-insulator) dan low-k dielectric pada chip PowerPC 405LP.
Toh, tak bisa dimungkiri, chip terbaru itu masih merupakan bagian dari pelbagai kiat IBM untuk menerobos pasar perangkat keras komputer. Maklum, pangsa pasar chip dan prosesor yang diraih IBM masih jauh di bawah para pesaing utamanya. Dua tahun terakhir, Intel dan VIA Technologies tetap merajai pasaran chipet. Memang ada juga perusahaan lain, yaitu Acer Labs (ALi), Silicon Integrated System (SiS), serta Advanced Micro Device (AMD). Namun, porsi perusahaan-perusahaan ini, sebagaimana juga IBM, belum sebanding dengan Intel, yang menguasai 80 persen pasar prosesor dunia.
Tak aneh bila gebrakan IBM kian mempernyaring genderang perang yang telah lama ditabuh para pesaing di pasar prosesor. Apalagi Intel sebagai raja di bisnis ini sudah dua kali dipecundangi. Tahun lalu, mereka dikalahkan oleh AMD saat bersaing menembus batas 1 gigahertz (sejuta putaran sedetik) untuk kecepatan prosesor. Memang, tahun ini Intel mampu menebus rasa malu itu dengan memperkenalkan Pentium 4 sebagai prosesor pertama yang menembus batas kecepatan 2 gigahertz. Tapi, untuk kedua kalinya, Intel kecolongan. Isu hemat energi yang semakin bergaung di Amerika segera disambar IBM sebagai peluang. Kali ini perusahaan Raksasa Biru itu menampar Intel lewat chip PowerPC 405LP. Alhasil, Intel kembali menjadi pengekor.
Tapi, sedemikian seriuskah isu hemat energi di Amerika, sebagaimana yang dimanfaatkan IBM? Soalnya, selama ini Amerika sudah dikenal ingin serba besar. Paling tidak tilik saja betapa besarnya porsi big mac atau banana split, kendati tak selalu dikonsumsi habis.
Richard Dougherty, direktur sebuah perusahaan konsultan di New York, menyatakan bahwa kepedulian terhadap isu hemat energi memang semakin besar. Faktanya bisa ditilik pula dari penuturan Mark Sieczkowski, Direktur Pusat Data Operasi Gap Inc. untuk San Francisco. Menurut dia, perusahaan itu pada musim panas tahun lalu mengganti perangkat komputer mereka dengan buatan IBM—tentu belum berbasis PowerPC 405LP. Ia mengaku, penggantian itu menghemat biaya listrik sekitar US$ 100 ribu setahun. Tentu penghematan itu cukup signifikan.
Meskipun demikian, jangan lekas mengi ra bahwa IBM melenggang sendirian di urusan chip jenis baru ini. Bagaimanapun, ongkos listrik yang terus membubung di Amerika membuat upaya memangkas penggunaan energi menjadi sebuah bisnis tersendiri. Tak terkecuali bagi perusahaan pembuat chip, seperti Intel, AMD, dan IBM. Itu sebabnya mereka bersaing menjadi pioner di mata para konsumen produk mereka dalam urusan pemangkasan biaya listrik. Selain itu, SOI bukanlah teknologi baru yang hanya dimiliki IBM. Baik AMD maupun Intel sudah akrab dengan SOI.
Makanya, tatkala PowerPC 405LP dipresentasikan dalam sebuah pertemuan internal pejabat IBM di San Jose, California, tak mustahil Intel Corporation juga sedang menimbang-nimbang kapan waktu peluncuran Banias, sebuah chip produksi mereka yang juga didesain untuk hemat energi.
Sementara itu, Budi Raharjo, pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung, berpendapat bahwa penemuan chip terbaru yang dikabarkan amat hemat energi itu tidaklah spektakuler. Menurut Budi, banyak trik yang lebih urgen ketimbang sekadar menghemat listrik. Justru angka penghematan energi listrik yang demikian fantastis, tutur Budi, bisa menimbulkan pertanyaan: bagaimana dengan daya kerja atau kecepatan chip tersebut, tidakkah malah dikorbankan?
Sepengetahuan Budi, kemampuan kerja sebuah chip biasanya berbanding lurus dengan daya listrik. "Mung-kinkah penemuan teknologi baru kali ini sudah bisa menanggulangi persoalan mutu chip?" katanya. Kalau itu benar, Budi menambahkan, tentu penemuan itu menguntungkan para pemakai notebook yang sering mengeluhkan daya tahan baterai notebook mereka. Penggunaan daya listrik yang amat kecil juga akan mengurangi peluang kebocoran yang bisa menyebabkan panas.
Darmawan Sepriyossa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini