Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Struktur genetika populasi kepulauan Nusantara telah memberikan informasi terhadap asal usul manusia Indonesia. Menurut Peneliti Kinetik dari Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo, gen orang Indonesia itu campuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gen orang Indonesia itu tidak murni 100 persen genetika orang Indonesia. Manusia pada dasarnya berkerabat dekat, kita semua hampir sama hanya sedikit yang membedakan kita, yang sedikit itu membuat kita dapat melakukan rekonstruksi dari struktur gen," ujar Herawati dalam diskusi Asal Usul Genetika Manusia Indonesia di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Desember 2018.
Manusia modern berasal dari Afrika, dan itu sudah disepakati. Manusia yang merasa sebagai homo sapien artinya semua berasal dari Afrika. Sementara manusia modern di kepulauan Asia Tenggara sampai saat ini masih misteri dan selalu menjadi topik diskusi yang hangat.
Berbagai temuan arkeologi, mulau dari rangka manusia, lukisan batu yang ditemukan, memberikan bukti bahwa Asia Tenggara khususnya Indonesia dihuni manusia modern sekitar 50 hingga 70 ribu tahun lalu. Dengan menggunakan marka genetika, Herawati melanjutkan, dirinya memberikan gambaran tahapan migrasi yang membentuk latar belakang genetika manusia Indonesia.
"Pertama, DNA mitokondria yang diturunkan melalui jalur maternal atau ibu, kedua kromosom Y yang hanya diturunkan dari sisi paternal atau ayah, serta DNA autosom yang diturunkan dari kedua orang tua," kata Herawati sembari menunjukkan peta persebaran genetika. "DNA mitokondria dan kromosom Y telah memperlihatkan bahwa populasi di Indonesia memiliki jejak genetika dari gelombang pertama migrasi out of Afrika, yang menyusuri jalur selatan sekitar 60 ribu tahun lalu."
Menurut Herawati, dari segi bahasa, Indonesia memakai dua bahasa yaitu Austronesia non-Austronesia. Hipotesis model out of Taiwan menyatakan bahwa penyebaran penutur Austronesia yang terjadi sekitar 5.000 hingga 7.000 tahun lalu ke arah selatan.
Dua gelombang migrasi tersebut, Herawati menjelaskan, pada awalnya dipercaya membentuk struktur populasi manusia Indonesia. Namun, menurutnya, studi genetik lebih lanjut dengan DNA autosom, menemukan adanya gelombang migrasi lain baik masuk maupun keluar. Misalnya, yang datang dari daratan Asia langsung maupun migrasi modern seperti dari India, Arab, dan Cina.
"Genetik sebagai penanda untuk mempelajari populasi manusia dengan tujuan menjawab aslinya mana. Kita punya DNA dalam informasi genetik dalam sel kita menjadi diri kita sekarang dengan rambut, warna kulit, dan lainnya. DNA kita kompleks dan sangat besar, sepanjang 3 miliar huruf cetak, kalau dicetak dalam kertas A4 dan ditumpuk, bisa setinggi monas," kata dia.
Secara geografi, kepulauan Indonesia memiliki peran penting sebagai penghubung daratan Asia dengan Kepulauan Pasifik. Melalui rekonstruksi dari 50 ribu tahun pergerakan populasi manusia Indonesia, Herawati melanjutkan, yang melibatkan 110 populasi etnik dari 12 pulau menggunakan penanda DNA.
Hasil studi itu, kata Herawati, DNA mitokondria dan kromosom Y menunjukkan periode hunian awal di kepulauan Indonesia berkisar 50 ribu hingga 70 ribu tahun lalu, disusul dengan jumlah lainnya. Penanda genetik ini juga memperlihatkan bukti adanya pembauran beberapa leluhur genetik yang datang dari periode maupun dari jalur yang beragam.
"Pembauran dalam sosok individu makin jelas dengan penanda genetik dan peralatan sekuenser terkini yang nampu memberikan data seluruh genom manusia. Proses itu berlangsung sampai sekarang, sehingga membentuk struktur populasi manusia Indonesia yang begitu khas dan aneka ragam warna," kata Herawati.
Dengan komposisi seperti itu, Herawati berujar, akan menjadi sulit untuk mendefininasikan siapa "orang Indonesia yang paling asli". Tidak ada satu pun memiliki gen yang 100 persen tanpa campuran. Makin tinggi kemampuan teknologi genetika molekul disertai teknologi informatika yang mampu mengolah big data, makin sensitif resolusi genetika. "Pendekatan holistik, dari berbagai disiplin ilmu termasuk budaya, akan memberi gambaran lengkap orang Indonseia," kata Herawati.
Simak artikel menarik lainnya seputar studi genetika hanya di kanal Tekno Tempo.co.