Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kobra Udara Rusia

9 Juli 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pesawat supermanuver. Inilah julukan pesawat tempur terbaru yang dipertontonkan Angkatan Udara Rusia di Paris Air Show, Prancis, dua pekan lalu. Prototipe MiG-29 OVT menjadi bintang pertunjukan dengan manuver menukik vertikal, yang belum pernah dilakukan pesawat mana pun. Rusia lebih suka menyebut gerakan pesawatnya itu Manuver Kobra.

Kunci manuver itu adalah sirip samping pada ekor pesawat. Teknologi sirip seperti ini sebenarnya telah digunakan oleh sebagian pesawat tempur Inggris sejak 1960-an, dan pesawat terbaru Amerika Serikat, Lockheed Martin F-22. Bedanya, sirip pada kobra Rusia ini bisa bergerak ke segala arah sehingga mampu mendukung manuver menukik itu.

Manuver aneh itu mengingatkan pesawat Rusia lainnya, Sukhoi, yang mampu berdiri tegak lurus (seperti ular siap mematuk) dengan kecepatan zero. Manuver-manuver macam ini bermanfaat untuk menghindari kejaran roket musuh, sekaligus mengecoh lawan. Selama ini, pesawat buatan Rusia memang dikenal dengan manuvernya.

Amerika Serikat sebenarnya tengah menyiapkan pesawat dengan manuver menukik, yaitu F-35 Lightning II, hanya saja belum siap diproduksi massal. Russian Klimov, perusahaan pembuat kobra ini, bahkan telah mematok US$ 32 juta untuk pesawat yang dipiloti Pavel Vlasov. Ini hanya separuh dari harga produksi F-16, bahkan lima kali lebih murah dibanding Raptor F-22.

Roket Dextrose Buatan Pelajar

Bukan cuma pakar di pusat penelitian, siswa sekolah menengah umum pun mampu merancang roket sendiri. Empat siswa dari SMU 1 Pamulang, Ciputat, Tangerang, dan SMU 1 Bogor, Jawa Barat, berhasil meluncurkan lima roket RX-70 yang berbahan bakar dextrose. Uji coba dilakukan di Garut, Jawa Barat, tiga pekan lalu. Kini, para siswa tengah merancang roket untuk uji coba selanjutnya.

Memang, saat uji coba di Garut, roket hanya sempat terbang beberapa detik sebelum meledak. Menurut Atik Bintoro, tenaga ahli Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang mendampingi para siswa, kesalahan hanya terletak pada proses pencetakan. “Jika pencetakan padat, tidak terjadi ledakan.” Selebihnya, roket bisa dikatakan berhasil.

Roket berbahan bakar dextrose ini merupakan yang pertama kali dirancang para siswa. Sebelumnya, mereka biasa menggunakan roket berbahan bakar air. Dextrose adalah campuran gula dan potasium nitrat. Dua jenis bahan itu dicampur hingga mirip pasta gigi sebelum dicetak dan dimasukkan ke dalam pipa. “Ini sekaligus praktek pelajaran fisika dan kimia,” kata Atik.

Adek Media R. (Jakarta) dan Ahmad Fikri (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus