Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua buah satelit saling berkomunikasi memakai sinar laser. Dan artinya, sejarah baru komunikasi telah ditorehkan di angkasa. Komunikasi itu dilakukan antara Kirari dan Artemis, dua pekan lalu.
Kirari adalah satelit Jepang yang mengorbit rendah pada ketinggian 610 kilometer dari bumi. Adapun Artemis (Advanced Relay and Technology Mission) merupakan satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) yang melayang pada orbit geostasioner berketinggian 36 ribu kilometer.
Kedua satelit yang berada pada dua lintasan orbit yang berbeda itu menjadi wahana pengorbit pertama yang berhasil melakukan komunikasi memakai sinar laser. Padahal, menjaga dan mengarahkan koneksi laser antarsatelit adalah hal yang sulit dilakukan. ”Sebab, keduanya berjarak 45 ribu kilometer dan bergerak dengan kecepatan relatif beberapa kilometer per detik,” kata Keiji Tachikawa, Kepala Badan Antariksa Jepang (JAXA). Tapi, uji coba itu berhasil setelah Kirari mampu menembakkan laser dengan tepat menuju Artemis.
Para peneliti berharap, keberhasilan ini membuka peluang bagi pengembangan komunikasi data supercepat antarwahana antariksa lainnya. Hal ini dimungkinkan karena laser beroperasi pada frekuensi yang lebih tinggi ketimbang gelombang radio.
Teknik ini juga diharapkan dapat digunakan untuk mengirim informasi dari satelit pengamat lingkungan yang mengorbit rendah ke satelit geostasioner yang selalu berhubungan dengan stasiun bumi.
Ponsel Mendeteksi Kanker Payudara
Dr Nitzan Yaniv sungguh ”bertangan dingin”. Di tangan ahli dari Israel itu, sebuah ponsel yang biasa digunakan untuk komunikasi sehari-hari dapat dipakai mendiagnosis kanker payudara dan berbagai tipe penyakit jantung. Keberhasilan itu dilakukan setelah Yaniv mengaplikasikan sebuah peranti lunak dan kamera inframerah pada ponsel.
Menurut Yaniv, kamera inframerah ciptaannya itu memiliki dua kegunaan. Pertama, untuk menganalisis perbedaan suhu di beberapa bagian payudara. Kedua, untuk menganalisis oksigen yang mengalir menuju payudara. Alhasil, kegunaan ponsel pun tak hanya untuk berkomunikasi, tapi juga menjadi alat diagnosis yang sangat efektif. Apalagi, hasil pencitraan ponsel dapat segera dikirim ke sebuah laboratorium medis untuk dianalisis.
Memang, alat yang masih terus dikembangkan itu hingga kini belum mendapat persetujuan dari Food and Drugs Administration (FDA) Amerika. Namun, Cellcom, sebuah operator ponsel di Israel, tengah mengintegrasikan teknologi sensor inframerah—seperti yang dikembangkan Yaniv—pada kamera yang kini banyak terpasang di ponsel. Bahkan, rumah sakit Soroka di sebelah selatan Kota Beersheva, Israel, sudah menguji apakah alat ciptaan Yaniv itu mampu mendeteksi penyakit jantung sebaik mendiagnosis kanker payudara.
Alat Penunjuk Bintang
Banyak jalan melihat bintang. Salah satunya dengan memakai alat penunjuk bintang yang dikembangkan oleh Celestron, perusahaan pembuat teleskop dan teropong.
Dengan berat kurang dari 450 gram dan seukuran handycam, perangkat genggam ini secara cepat dapat mengidentifikasi dan menentukan lokasi lebih dari 6.000 obyek di angkasa yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Uniknya, dengan pengguna menekan sebuah tombol, alat bernama SkyScout tersebut dapat memberi keterangan tentang obyek yang dilihat, beserta sejarahnya.
Perangkat mungil ini juga dilengkapi GPS (global positioning system) internal. GPS memandu pemakai untuk melihat 10 obyek terindah di angkasa yang dapat dilihat pada malam tertentu. Bahkan, SkyScout dilengkapi fitur yang memungkinkan pemakai memilih obyek yang ingin dilihatnya, semisal planet Mars. Obyek yang ingin dilihat itu akan ditunjukkan oleh tanda panah yang dimunculkan SkyScout.
”Alat ini dapat dibawa saat berkemah untuk mengeksplorasi langit malam hari,” kata Richard Hedrick, Senior Vice President Celestron, pekan lalu. Dengan kemampuan itu, Hedrick melanjutkan, SkyScout juga dapat digunakan sebagai perangkat bagi mereka yang ingin mempelajari astronomi. Alat ini akan diluncurkan awal 2006 di Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo