Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sepotong Wajah Hibrid dari Lyon

Tim dokter Prancis berhasil melakukan cangkok wajah. Inilah operasi transplantasi wajah yang pertama di dunia.

19 Desember 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANGAN Adelie tampak bergetar ketika mendekatkan cermin ke arah wajahnya. Sekeping raut muka hadir di cermin itu. Sesaat, perempuan itu tertegun. Paras yang asing. Dengan napas tersengal-sengal, ia mencoba berkata-kata. Namun tak juga ada suara. Slang bantuan pernapasan menyumbat batang tenggorokannya.

Satu dari para dokter yang merubungnya menyodorkan pena dan secarik kertas. ”Merci (terima kasih),” tulis Adelie dengan mata berkaca-kaca. Kemudian, perempuan itu tenggelam dalam tangis.

Hari itu, ketika angin musim gugur mulai menyapu Kota Lyon, Prancis Utara, Adelie mendapat kado dari para dokter di rumah sakit di Lyon. Hadiah itu adalah wajah baru!

”Sekarang dia memiliki wajah hibrid,” kata Jean-Michel Dubernard, ketua tim operasi, senang. Setelah operasi, perempuan itu telah bersalin-rupa. Wajahnya bukan seperti yang dulu, tapi juga tak mirip wajah donor. Yang terjadi adalah wajah gado-gado.

Adelie—bukan nama sebenarnya—memang baru saja menjalani operasi transplantasi wajah. Dia adalah pasien pertama yang menjalani operasi seperti di film Face/Off, yang dibintangi John Travolta dan Nicholas Cage. Tim dokter pimpinan Jean-Michel Dubernard pada 27 November silam berhasil mencangkokkan hidung, dagu, dan bibir dari seorang perempuan donor ke wajah Adelie. Perempuan berusia 38 tahun itu mengalami kerusakan pada sebagian wajahnya setelah anjing Labrador piaraannya menerjangnya, Juni lalu.

Wajahnya koyak. Mulutnya sobek. Ia tak bisa lagi menikmati croissant yang empuk dan gurih. Tak juga sup krim. Mulutnya tak lagi bisa menyeruput, apalagi mengunyah. Perempuan malang itu juga kesulitan berbicara.

Cacat inilah yang membuat dia minder dan suka mengurung diri di rumah. Harapan satu-satunya adalah meminta ahli bedah membuatkan ”topeng” untuk mukanya.

Kerusakan fungsional itu membuat tim dokter sepakat melakukan transplantasi terhadap Adelie, yang tinggal di Kota Valenciennes. ”Kami berada dalam sebuah situasi yang memerlukan respons khusus,” ujar Philippe Domy, Direktur Klinik Amiens, yang bekerja sama dengan rumah sakit di Lyon melakukan operasi wajah hibrid itu.

Argumen itu didukung oleh beberapa psikiater yang sebelumnya melakukan pemeriksaan psikologis kepada Adelie. ”Mereka memberikan lampu hijau,” kata Dubernard, dokter yang terkenal setelah berhasil melakukan transplantasi tangan.

Tim itu kemudian mengubek-ubek Prancis untuk mencari donor wajah. Bantuan datang dari wilayah utara Prancis, yakni Lille. Seorang perempuan yang nyaris sekarat, karena otaknya sudah tidak berfungsi lagi, sukarela menyumbangkan dagu, mulut, dan hidung.

Setelah semua siap, operasi wajah hibrid ini pun dimulai. Dokter menyayat wajah sang donor agar dagu, mulut, dan hidung terkelupas. Lebar sayatan disesuaikan dengan kerusakan wajah Adelie. Para dokter itu tak hanya memindahkan kulitnya, tapi juga jaringan ototnya.

Segumpal daging dan kulit inilah yang kemudian ditempelkan ke wajah Adelie. Tentu saja, bagian wajah Adelie dikelupas lebih dulu dan dibuang. Proses selanjutnya adalah menyambung jaringan otot wajah, kulit, pembuluh darah, dan saraf (lihat infografik: Kembalinya Sepotong Senyum).

Empat jam setelah operasi, darah dialirkan melalui lapisan menyerupai kertas lunak yang diletakkan di antara kulit dan otot. Proses menyambung otot menjadi bagian yang tersulit karena di seluruh muka ada sekitar 30 otot yang harus dipindahkan. Dari jumlah itu, ada 17 otot yang berfungsi menggerakkan wajah agar bisa tersenyum.

Operasi yang penuh rasa waswas itu berakhir. Sehari kemudian, Adelie sadar dan kaget karena seperti melihat wajah orang lain. Sepekan kemudian, dia sudah mampu makan stroberi dan cokelat. Bahkan Adelie bisa berbicara dengan lancar. ”Saya baik-baik saja,” katanya kepada wartawan Le Parisien yang menghubunginya melalui telepon. Wartawan London’s Sunday Times juga sempat mewawancarainya lewat sambungan telepon.

Perempuan berwajah baru itu membujuk para jurnalis agar tidak meng-usik kehidupannya lagi. Memang koran-koran di Prancis dan Inggris pernah melansir kabar bahwa Adelie pernah berupaya bunuh diri sebelum diserang anjing peliharaannya. Dia membantah, begitu juga Dubernard. ’’Saya sempat menenggak obat tidur melebihi dosis, yang dianjurkan untuk mengurangi stres setelah bersitegang dengan anak gadisku,’’ ujar Adelie kepada London’s Sunday Times.

Kontroversi itu memunculkan persoalan tersendiri. Pangkal soalnya adalah, jika benar Adelie menderita masalah psikologis pada masa lalu, tindakan operasi yang dilakukan dokter bisa dianggap menyalahi etika kedokteran. Persoalan ini masih jadi bahan perdebatan di Prancis. Di Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda, transplantasi wajah dilarang, walaupun pasien sudah banyak yang antre.

Pelarangan itu, selain karena urusan soal etika, juga akibat dampak fisiologisnya. Menurut berbagai jurnal kedokteran, sehari setelah transplantasi adalah saat yang menyiksa. Wajah cangkokan itu bisa saja tiba-tiba ditolak oleh tubuh. Jika itu terjadi, bisa gawat: organ transplantasi cuma jadi seonggok daging sumber penyakit. Karena alasan itulah pasien harus mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan tubuhnya sendiri agar organ asing dari donor dapat diterima.

Namun, upaya menekan sistem kekebalan tubuh bisa bermuara pada risiko kena kanker, gagal ginjal, diabetes, serta tekanan darah melambung akibat kehadiran kulit donor.

Dampak negatif itu membuat ngeri pasien dengan cacat pada wajahnya. Mary Hessel adalah contohnya. Sembilan tahun lalu, perempuan Amerika Serikat itu terkena ledakan gas. Sekitar 75 persen tubuhnya nyaris hangus terbakar.

Kini, dia tak peduli dengan cacat di parasnya. ”Wajah saya yang terbakar tidak mengancam kehidupan saya,” kata ibu rumah tangga yang tetap beraktivitas seperti biasa itu.

Untung Widyanto (CNN/BBC/ABC/Newsweek)


Kembalinya Seberkas Senyum

Topeng penutup sebagian wajah itu sudah dilepas. Perempuan Prancis itu seperti terlahir kembali. Senyum Adelie yang telah lama hilang pun kini kembali.

SEBELUM PEMBEDAHAN

Kerusakan wajah Adelie:

  • Tak mampu mengunyah makanan.
  • Tak mampu minum karena mulut sobek.
  • Sulit berbicara.
  • Kulit, otot, dan jaringan lemak di bawah kulit dipindahkan. Pembuluh-pembuluh darah dijepit sebelum pembedahan.

Kulit Wajah Donor

  • Berasal dari perempuan yang tinggal di Lille, Prancis Utara. Perempuan ini sakit parah karena otaknya sudah tidak berfungsi.

  • Dagu, mulut, dan hidung donor dikelupas. Ukurannya sesuai dengan kerusakan di wajah Adelie. Jaringan otot wajah, pembuluh darah, arteri, pembuluh nadi, kulit, dan lemak bagian bawah kulit juga dikelupas.

PEMBEDAHAN

  • Kulit dari donor diletakkan sesuai dengan posisi dagu, hidung, dan mulut. Pembuluh darah dan saraf dari jaringan donor dihubungkan ke jaringan milik Adelie. Adelie diberi obat pelemah sistem kekebalan agar tubuhnya bisa menerima benda asing dari donor.

  • Pembedahan mikro dilakukan dengan bantuan mikroskop. Ini memudahkan ahli bedah menghubungkan kembali saraf dan pembuluh darah.

PERBAIKAN WAJAH

Jaringan baru menempati tulang dan otot-otot serta akan tumbuh dan merenovasi wajah yang rusak secara alami. Wilayah jahitan akan sembuh dalam 10-14 hari.

Yandhrie Arvian (berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus