Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kecelakaan pesawat sudah berulang kali terjadi. Yang paling anyar adalah jatuhnya pesawat Susi Air di Timika, Papua, pada 23 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soal kecelakaan pesawat, banyak faktor penyebabnya. Di antaranya karena cuaca buruk, kesalahan teknis, tertabrak burung, juga pembentukan es pada sayap pesawat atau biasa disebut frozen wings.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Scientific American, biasanya es dapat terbentuk ketika tetesan awan kecil menabrak permukaan depan pesawat. Es yang menumpuk dapat mengubah aliran udara di atas sayap pesawat. Hal ini akan menyebabkan gaya angkat pesawat menurun drastis.
Es yang membeku pada sayap pesawat berefek aerodinamika pesawat. Kekasaran es mampu mengubah aerodinamis sayap sehingga dapat terjadi lebih banyak daya hambat atau drag dan lebih sedikit daya angkat atau lift. Keadaan ini juga berpotensi membuat pesawat kehilangan kendali.
Sebenarnya, pesawat dapat bertahan di bawah titik beku normal atau 0 derajat Celcius. Tetapi pada titik tertentu udara tidak dapat mengalir di atas permukaan.
Ketika musim dingin, awan yang terdiri dari tetesan air kecil dapat menempuh suhu yang sangat rendah, sekitar negatif 40 derajat Celcius. Dalam keadaan seperti itu penumpukan es bisa terjadi di permukaan depan, hidung, ekor, sampai ujung depan sayap pesawat.
Muncih Air Disaster
Kecelakaan akibat frozen wings dikabarkan pernah terjadi dalam peristiwa yang disebut dengan Muncih Air Disaster. Saat itu, pesawat Elizabethan yang terbang dari Beograd, Yugoslavia, menuju Manchester, Inggris, mengalami kecelakaan ketika transit di Munich, Jerman, pada 6 Februari 1958.
Penumpangnya tim sepak bola Manchester United yang dijuluki “Busby Babes”, beserta supporter dan jurnalis. Dalam pesawat, terdapat 44 orang. Sebanyak 23 orang tewas dan 21 selamat.
Melansir flightzona.com, sebelum kecelakaan, pesawat sempat mengisi bahan bakar saat bandara sedang hujan besar. Pilot, Kapten James Thain diduga tidak mempertimbangkan awak kapal.
Ia mencoba tiga kali lepas landas ketika transit. Yang pertama dan kedua gagal, namun masih dicoba lagi. Usaha lepas landas ketiga pesawat gagal juga dan pesawat jatuh.
Tim penyelidik menemukan lapisan es yang membeku di atas sayap pesawat. Bahkan ketika pesawat terbang, salju tebal telah menyelimuti delapan sentimeter di sayap pesawat. Ini menjadi dugaan utama yang membuat pembentukan es mengurangi kecepatan pesawat.
Pemerintah Jerman menyalahkan Kapten Thain karena tidak mencoba melelehkan es yang menumpuk di permukaan lebih dahulu. Namun, Kapten Thain yakin bahwa penyebab utama peristiwa itu adalah penurunan drastis dari kecepatan pesawat terbang dari 170 Mph ke 100 Mph. Penurunan kecepatan itu disebabkan lumpur es di landasan pacu.
Antisipasi
Bagaimana mengantisipasi pembentukan es ataupun mencegahnya? Ada sistem de-icing yang bekerja sebelum es terbentuk dan dipecah. Sistem anti-icing ini akan mencegah pembentukan es. Caranya dengan mengibaskan udara panas dari dalam kompresor mesin.
Melansir newatlas.com, beberapa pesawat dari maskapai internasional telah menggabungkan elemen panas di aera utama pesawat mereka. Sistem ini akan lebih efektif dan meminimalkan kebutuhan de-icers yang terbilang cukup mahal.
FATHUR RACHMAN